Kedua manik tajam itu menelisik tiap sudut dan sisi seseorang yang tengah terlelap dengan damai di atas kasurnya.
'Bahkan setelah bermandikan keringat semalam, wangi itu masih pekat di tubuhmu.' Pang bermonolog dalam hati selagi mengamati wajah damai Wave yang tertidur dengan bibir yang tidak mengatup sempurna. Fokus Pang beralih pada bilah merah muda yang sedikit terbuka. Bibir penuh nan ranum itu kembali mengambil atensinya, begitu lama hingga mengundang dahaga Pang. Menenggak saliva yang mengganjal dengan kepayahan. Kemudian kembali terpejam selagi menarik napas dan menarik diri. Ia berdiri tanpa alihkan pemandangan indah di atas kasurnya.
"Tahan, Pang. Dasar hormon sialan!" Pang mengepal geram seraya berbisik mengontrol dirinya. Diletakkannya secarik kertas pada meja tepat di samping kasurnya. Akalnya tentu masih sehat untuk segera meninggalkan kamarnya sebelum mendapat amukan Wave. Ya, melarikan diri dari amukan Wave adalah jalan ninja Pang.
Ia kembali menyejajarkan tubuh untuk menyematkan kecupan ringan pada dahi yang tertutup rambut itu. Selagi berpesan pada hening,
"Aku siap memberikanmu izin absen dari rapat tiap kali kau butuh. Mimpi indah, Penguntit kecil..." Pang menyempatkan diri untuk tersenyum dan mengusap bibir Wave pelan sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan gua gelapnya.
Side.story.between.TG.and.TGG
Ia mengerjap pelan sebelum akhirnya kembali menyumpah serapah kala merasakan perih pada selatannya. Tangannya terjulur meraih kaca mata yang tergeletak di atas meja tepat di sebelahnya lalu sesegera mungkin memakainya.
Ia menyingkap selimut dan terlihat di sana ia masih belum mengenakan apapun. Namun,
"Dasar idiot kau, Pang!" Wave mendapati dirinya hanya memakai baju seragam putihnya dengan keadaan terbalik –sisi dengan kancing berada di punggungnya– yang bahkan tidak dikancingkan. Dari ekor matanya, nampak selembar kertas terjatuh di lantai. Tangannya terjulur, mencoba meraih kertas itu seraya mengabaikan rasa perih yang masih dideranya.
Dibacanya dengan cepat secarik surat itu dengan geram. Wave segera meremat kertas itu setelah usai membaca. Selagi dalam hatinya sibuk merapalkan mantra penghakiman yang ditujukan untuk Pang.Dengan cepat pandangnya teralih menuju jam dinding milik Pang dan kembali menyumpah serapah.
"Sialan! Argh... Sudah gila kau, Wave!" gerutunya selagi meringis menahan rasa perih di selatannya.
Side.story.between.TG.andTGG
Pintu terbuka membuat atensi semua orang yang ada dalam ruangan itu beralih ke sumber suara. Wave berjalan menuju ke pusat ruangan yang sudah dipenuhi para teman spesialnya. Tentunya dengan sangat kepayahan menahan rasa nyeri yang mendera kala kedua utara kaki jenjangnya berhimpitan. Sebisa mungkin ia meredam semua dalam diam, dan bersikap layaknya seorang Wave yang dingin dan acuh.
"Kukira kau punya masalah perut yang serius, Wave." ujar Claire kala Wave tepat menjejakkan kakinya di hadapan mereka yang melingkari sebuah meja.
"Sayangnya ada yang lebih serius ketimbang 'sakit perutku', Claire." segera Wave mengaktifkan benda lipat dengan berbagai stiker itu dan memperlihatkan sesuatu.
Fokus Pang terbagi. Kedua maniknya tidak bisa dibohongi oleh pria berkacamata itu. Semua tidak luput dari pandangan lelaki berlesung pipi itu, bagaimana cara Wave yang terus menenggak susah payah salivanya, juga titik-titik peluh yang muncul di pelipisnya. Ia terlalu larut dengan pikirannya hingga tidak sadar seluruh perhatian tertuju padanya.
"Pang?" Mon menyenggol lengan Pang bermaksud menyadarkan si empu.
"Ya, apa?" maniknya melihat seluruh pandangan hanya tertuju padanya. Kecuali pria berkaca mata yang menjadi alasannya hilang fokus. Melirik pun tidak.
"Apakah rohmu sudah pergi liburan tadi? Wisata kemana hingga meninggalkan jiwanya di sini?" ketus Wave, mengalihkan perhatiannya lalu menatap Pang datar. Sedikit berikan sarkas untuk pemilik lesung pipi itu.
"Hentikan Wave, jangan mulai lagi." berakhirlah Punn sebagai penengah.
"Maaf, aku akan fokus. Lanjutkan, Wave."
Side.story.between.TG.andTGG
Ayo bertemu di rooftop.
"Kau tidak kesulitan untuk kemari?" ujar Pang selagi menghampiri Wave yang sudah menunggunya selagi bersandar pada dinding pembatas.
"Bukankah pertanyaan itu terlintas sebelum kau melakukannya semalam?" ketus Wave selagi menatap Pang tak minat. Pang terkekeh melihat respon kawan sangat spesialnya.
"Dan kertasmu itu tidak berguna sama sekali. Lebih baik kau meninggalkan salep atau minyak di sana."
"Apa kau akan terus menggerutu? Ini waktu terakhir sebelum kita kembali ke rumah masing-masing."
Wave terdiam mendengar ucapan Pang. Ya, dan pada akhirnya ia akan kembali lagi ke kenyataan pahitnya.
"Lalu kenapa? Bukankah sama dengan tahun lalu,"
"Apa kau akan terus seperti ini, Wave? Sudahlah, aku sedang tidak ingin berdebat."
Hening beberapa saat sebelum Pang menyambung kalimatnya.
"Kau bisa datang ke rumahku untuk berlibur. Atau juga bisa saat kau merindukan itu."
"Apa maksudmu?!" Wave menyalak mendengar kalimat ambigu dari Pang yang langsung mengundang semburat merah di pipinya.
"Apa? Haha. Maksudku jika kau merindukan teman-teman. Kita bisa berkumpul di rumahku nantinya." Pang menatap Wave yang terlihat malu dengan kesalahpahaman nya.
"Gila! Tidak akan pernah." setelah menyelesaikan dialog singkatnya, Wave segera pergi dari hadapan Pang.
"Hey Wave," bagai sihir, niat untuk segera meninggalkan tempat itu musnah kala mendengar panggilan Pang. Ya, Wave seketika terdiam di tempat, tentu saja tanpa perlu membalik badan atau menengok ke sumber suara.
"Tentang semalam, aku minta maaf. Tapi harus kuakui, kau sungguh sangat....." lupakan semuanya, lupakan tentang sihir atau apalah itu. Ia beranjak pergi membawa sisa harga dirinya dari hadapan si gila Pang itu. Masa bodoh dengan apa tujuan awalnya memanggil Pang untuk bertemu sebelum berpisah selama hampir setengah tahun.
⚠️⚠️ AUTHOR NOTE⚠️⚠️
‼️Scroll aja kalau gak mau baca keluh kesahku ehe ‼️Hai semua, maaf banget menggantungkan cerita ini sekian lama. Akhirnya aku back lagi. Setelah begitu susah mengumpulkan niat untuk kembali menulis.
Maaf part ini kubuat pendek. Sebenernya part ini sudah lumutan dan belum diedit aja, karena males itu tadi sih. Dan karena rasa kecewaku di ending TGG.
Banyak banget hal yang bikin moodku campur aduk macem es cendol. Kalian pasti tau lah. Jadi sebagai kembalinya penyemangatku, aku dapat beberapa notif respon positif kalian di work ini. Makasih banget yang udah banyak dukung..... I love you guys...
Terakhir, aku mau unpub yang SRI, dan mau update cerita baru. Aku harap yang kali ini gak gagal. Ada 2 work, 1 sudah dalam tahap revisi, 1 lagi masih ide sebenernya jadi belum setengah jalan. Kuharap kalian mau menyempatkan mampir ya nantinya......
Terakhir banget....
THANK YOU SO MUCH GUYS FOR YOUR SUPPORT............❣️❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
a Part of Chinamon Tea 🔞✅
FanfictionPercaya atau tidak, untuk mendeskripsikan mu itu cukup mudah. Cinnamon tea, hangat walau berada di wadah yang dingin, gabungan sempurna dari rasa teh madu dan aroma khas kayu manis, juga cukup beracun disaat bersamaan. Sangat unik dan tampak menenan...