I

1.9K 138 20
                                    

Rasanya seperti bangun dari tidur yang panjang.

"Mimpi buruk lagi, huh?" suara seseorang menginterupsi keheningan. Seseorang yang baru saja terbangun itu langsung mengambil tempat untuk duduk selagi menenangkan deru napasnya. Seluruh badannya dipenuhi peluh dengan degup jantung yang masih dapat ia dengar dengan jelas.

Sebuah handuk kecil melayang dan mendarat langsung di pangkuannya,

"Apa perlu menenggak obat tidur agar tiap kau bangun tidak bau keringat?" kalimat itu datang dari lelaki kaca mata yang duduk di kursi tepat berseberangan dengan ranjang dengan sorot mata tak minatnya.

"Jika itu bekerja, sekarang kau pasti tidak ada di sini." ujar lelaki yang masih termenung selagi meremat pelan handuk tersebut.

"Berapa banyak-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, lelaki berkaca mata itu terdiam ketika sang lawan bicara menarik keluar sebuah laci dan menampilkan penampakan berbagai macam jenis obat tidur.

"Ckckckck, kasihan sekali kau, Pang. Bangun dan bersiaplah, jangan lupakan rapat dimulai dua jam lagi." lelaki berkaca mata itu bangkit dan menghampiri Pang yang masih sibuk termenung. Berdiri dengan kedua tangan mengambil alih masing-masing saku celananya selagi melihat Pang tanpa repot membungkukkan tubuhnya,

"Dan ingat juga, bukan kau saja yang gagal. Jadi jangan pendam rasa bersalah mu sendiri. Berhentilah menjadi bodoh dengan berlaga kau punya tanggung jawab terbesar. Apa artinya bekerja sama jika tidak saling menampung risiko."

"Tunggu!" segera setelah menyelesaikan ceramah paginya, ia akan bergegas keluar dari gua gelap milik temannya ini jika saja lengannya tidak dicegat oleh Pang.

"Apa-apaan?!" segera ia menepis genggaman Pang, ingatan tentang beberapa waktu lalu masih segar untuk dilupakan, bukan?

"Aku tidak menggunakan potensiku," Pang terkekeh dengan respon yang diberikan oleh Wave.

"Aku hanya ingin bertanya, kau tidak menunggu? Kau tahu jika berangkat bersama lebih mengasikkan, kan?" keduanya bertukar pandang dalam hening untuk beberapa saat.

"Tidak." ketus Wave dengan kembali menampilkan sorot datar dari kedua maniknya. Segera setelah itu, Wave kembali melanjutkan langkahnya keluar dari kamar milik Pang dan meninggalkan si empu masih terduduk di atas kasur berantakannya.

Side.story.between.TG.and.TGG

Seseorang tengah duduk sendirian di depan meja besar dengan berhadapan benda persegi yang menampilkan berbagai urutan angka disertai kode-kode. Sorot matanya kosong, ia sibuk bergelut dengan ingatannya semalam.

Kedua manik itu sibuk memandangi beberapa murid yang baru keluar sekolah menuju gerbang utama. Kanvas jingga milik tuhan diiringi hembusan angin cukup kuat menemaninya menikmati sisa waktu akhir pekannya.

"Yang kutahu, kau bukan penikmat senja," seru Pang selagi berjalan mendekati Wave yang masih terdiam. Kedua maniknya langsung disuguhkan pemandangan Wave yang duduk termenung setelah membuka pintu seng kecil penyambut rooftop sekolah.

"Bagaimana rasanya punya alasan untuk pulang?" ujar Wave datar tanpa mengalihkan pandangannya.

"Keluarga, tentu saja." Pang membalas sesekali mengalihkan pandangannya dari Wave.

"Aku tidak punya." mendengarnya, Pang menyatukan kedua alisnya. Sedikit bingung dengan penuturan Wave.

"Lalu orang yang di sampingmu ini bukan keluargamu?"

a Part of Chinamon Tea 🔞✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang