Langit berbintang itu indah, langit biru juga indah.
.
.
.
Hanamika (y/n), perempuan berusia dua puluh dua tahun, alumni sekolah Jujutsu sekaligus calon guru baru disana.
"Mohon bantuannya, Gojou-sensei."
"Osu! (y/n)-chan!"
.
.
.
║▌│█║▌│ █║▌│█│
║▌...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. ..
.
Decih pelan keluar dari bibir (y/n). Tangannya terluka hingga meneteskan darah ketanah. Matanya menatap luka dengan daging menganga lebar karena digigit oleh kutukan yang dikeluarkan Geto.
Tangan kirinya menebas dengan mudah kepala-kepala kutukan yang berlari kearahnya karena mencium aroma darahnya. Tsukumo, Itadori dan Choso membantu (y/n) mengejar kutukan-kutukan yang kabur baik bersembunyi maupun mulai membuat onar.
Pergelangan tangan (y/n) dicekal Itadori yang berdiri tak jauh darinya. Mata coklat Itadori menampakkan pandangan tegar yang membuat (y/n) diam menunggu ucapan yang ingin dia samapikan.
"Apa?" tanya (y/n) yang kesal karena Itadori membuang-buang waktunya. "Katakan dengan cepat atau lepaskan tanganku sekarang juga."
Tangan lain Itadori terulur, disana terdapat kalung berbandul bunga sakura dan dua buah cincin perak.
Mata (y/n) mengerjap pelan, hembusan nafas keluar dari mulutnya, "darimana kau tahu kalau itu cincin tunangan?"
Itadori menunduk lalu menatap kembali manik obsidianyang menampakkan siluet ungu tua didalamnya. "Gojou-sensei yang berpesan padaku." jawab Itadori. "Gojou-sensei bilang, (y/n) itu sedikit nakal dan suka lupa meletakkan barang-barangnya sendiri, tolong kau selalu ingatkan dia kalau dia melupakan barang-barang pentingnya apalagi kalau sampai melupakan cincin tunangan kami, katanya. Dan ini sangat penting bukan?"
(Y/n) menghela nafas sekali lagi, "simpan untukku," jawab (y/n). Tangannya mengambil cincin berisi Kyrin dan berjalan kearah sebaliknya.
Itadori tak menyerah, tangannya menahan bahu (y/n) diikuti Choso dibelakanganya. "Kapan! Kapan aku harus mengembalikan ini, sensei?"
(Y/n) mengulas senyum tipis, "saat semuanya berakhir dan damai, kembalikan cincin tunangan dan kalung segel itu padaku, secara utuh bersamamu dan yang lainnya, hidup-hidup!"
(Y/n) melepaskan pegangan Itadori dan lanjut berjalan kearah tol. Dia ingin mengambil buku berisi data-data kekuatan leluhurnya yang tersimpan dirumah.
Itadori sendiri menyimpan kalung dan cincin (y/n) kedalam saku celananya lalu berlari diikuti Choso entah kemana.
Kembali ke (y/n), kini jalannya malah dihadang oleh beberapa orang berpenutup mulut.
"Biar aku tebak," ujar (y/n). "Bawahan setia para petinggi, kalian pasti sudah mendengar beritanya bukan?"
(Y/n) mengulas senyum tipis, luka ditangan kanannya sudah sembuh total. Dia siap kembali bertempur.
"Hanamika (y/n), kau harus dieksekusi karena ketahuan memiliki darah Ryomen Sukuna."
. . .
(Y/n) berlari disepanjang tol, menghindari jujutsu dan kutukan secata bersamaan cukup menguras tenaganya. Sesekali (y/n) menghempaskan orang-orang yang mengejarnya dengan udara yang dia padatkan.
"Keras kepala!" pekik (y/n) kesal.
Tubuhnya lelah karena harus melompat ke sana kemari. Dikejar banyak makhluk menyebalkan yang ingin memakannya. Tangan kanannya ditarik kebelakang membentuk pegangan pada anak panah.
Putaran kencang angin menjebak orang-orang itu dalam satu tempat tanpa membunuh mereka dan tak butuh waktu lama bagi (y/n) untuk memenggal kepala kutukan yang muncul karena keributan yang ditimbulkan.
Trak.
Dinding angin retak, sebuah peluru menyasar bahu kiri (y/n). (Y/n) berdecih pelan melihat ada banyak peluru yang ditembakkan kearahnya.
Kaki (y/n) menghantam jalanan tol, gelombang kejut karena energi kutukan (y/n) membuat jalanan berderit dan melemparkan orang-orang suruhan petinggi keudara.
(Y/n) mengusap wajahnya yang dipenuhi peluh, menghadapi kekeras kepalaan mereka lebih menjengkelkan dari pada menghadapi Geto palsu dan bocah es Uraume, si kesayangan Sukuna.
Orang-orang itu tiduran dijalan, antara terkejut dan kesakitan menghantam jalan tol yang keras.
"Bisa tidak kalian melepaskanku saja?" tanya (y/n). Tangannya mengusap poni dan memperlihatkan tato yang ada didahinya. "Aku tidak tertarik memutilasi manusia seperti kebiasaan kakekku itu."
Orang-orang itu sejenak gentar dan merinding pelan. Mereka memilih mundur karena merasa (y/n) bukanlah lawan yang mudah bagi mereka.
"Menjengkelkan, harusnya kalian mundur lebih awal." decak (y/n).
Perempuan itu berbalik dan kembali berjalan menuju kediamannya. Tapi satu orang terlihat tidak menyerah.
Laki-laki berambut coklat dan bermata hijau dengan sebuah buku di tangannya tersenyum menyeringai kearah (y/n).
"Sayangnya kepalamu dihargai naik tingkat dua level."
(Y/n) tersenyum lebar, "oke, aku tidak bisa bermain-main lagi kalau sudah diburon begini, bukan?"
(Y/n) mengambil paku besi yang dia simpan didalam tas dan bersiap melawan laki-laki yang ada dihadapannya.
. . .
. . .
. . . .
T B C
. . .
. . .
. . .
New Character!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.