Happy Reading
Setelah menjenguk Romeo, Arega langsung mengantar Alexa pulang. Karna hari ini ia akan mengunjungi toko kueh milik bundanya, yang sekarang sudah menjadi miliknya. Meski begitu, Arega akan tetap mencari pekerjaan paruh waktu.
"Yaallah Arega, tumben kamu kesini? Udah lama banget kamu gak kesini?" tanya Tante Dhea orang yang Areta percayai untuk menjaga tokonya. Arega hanya tersenyum sekilas lalu berkata. "Arega sibuk, Tan."
"Ohh ... yaudah yuk sini, Tante bawain menu kue terbaru buat kamu, dijamin enak," titah Tante Dhea mempersilahkan Arega duduk di kursi. Arega mengangguk dan langsung duduk di kursi itu.
Lalu Tante Dhea menghidangkan beberapa kueh terbaru dan juga teh hangat, kepada Arega. "Penghasilan toko kue ini, gimana Tan?" tanya Arega.
"Alhamdulillah, terus meningkat, makanya sering-sering kesini. Ajak pacar kamu, pasti suka sama desain toko ini. Udah kayak kafe," jawab Tante Dhea panjang lebar.
"Emm ... gimana kalo kita buat, toko ini jadi kafe aja Tan?" saran Arega.
"Kalo itu mah terserah kamu aja, Tante ngikut aja," sahut Tante Dhea.
"Yaudah nanti Arega pikirin lagi," ucap Arega lalu mulai memakan kue-kue yang berada di atas meja.
***
Malam ini jalanan kota terlihat sangat ramai seperti biasanya. Arega, Ruly dan Alex berencana untuk ikut balap motor melawan Tristan dan teman-temannya. Tristan masih tak terima atas kekalahannya, sehingga ia terus nekat ingin melawan Arega.
"Eh bro, udah jelas-jelas, Arega lebih hebat dari lu, masih aja mau nantangin," ujar Ruly sambil menepuk bahu Tristan. Wajah Tristan seketika memerah, pandangannya tertuju pada Arega yang tengah menghisap batang rokoknya sambil duduk di trotoar.
"Itu cuman kebetulan, gue lebih hebat dari dia," kata Tristan penuh penekanan. Sedangkan Ruly dan Alex tertawa remeh.
Arega membuang puntung rokoknya kesembarang arah, lalu berdiri dan berjalan menghampiri Tristan. "Oke, malam ini kita buktiin, siapa yang menang. Kalo lo kalah lagi, lo harus sujud di kaki gue. Kalo lo menang, lo bebas lakuin apa aja ke gue," putus Arega. Tristan tersenyum miring dan menatap Arega sinis. "Okee," kata Tristan lalu setelah itu langsung menaiki motornya.
Arega dan Tristan sudah siap di garis star, Arega menggeleng-gelengkan kepalanya, baginya Tristan itu keras kepala, selalu ingin menang, dan tak terima jika dirinya kalah.
Tristan menyunggingkan senyuman miringnya. Ia yakin dirinyalah yang akan menang.
Di depan sana sudah terdapat seorang wanita yang memakai pakaian kurang bahan, sambil memegang bendera.
Brum ... brum ...
"SATU!"
"DUA!"
"TIGA!"
Motor Arega dan Tristan langsung melaju dengan kecepatan tinggi. Hingga Arega tertinggal oleh Tristan. Tristan bernapas lega dan memperlambat lajuan motornya, karena Tristan berpikir Arega tidak akan bisa mengejarnya. Dalam hati Tristan sudah yakin bahwa ia akan menang.
Tristan menampilkan smriknya saat ia sudah melihat garis finis di depan matanya. Namun ternyata Arega lebih dulu mencapai garis finis itu,
Suara riuh tepuk tangan mulai terdengar, mereka semua akui Arega tidak ada tandingannya. "Anjing," umpat Tristan sambil turun dari motornya.
"Sujud di kaki Arega sekarang juga," titah Alex. Dengan tidak ikhlas Tristan langsung mendudukan dirinya di aspal. Ketika akan bersujud di kaki Arega, Arega langsung menahan bahu Tristan.
"Gue cuman becanda tadi," sahut Arega. Tristan langsung mendongak. "Gausah bacot, inikan yang lo mau?"
"Lo tu egois, selalu ingin menang sendiri. Gue tau lo hebat, tapi jangan sombong," kata Arega lalu berjalan ke arah motornya dan langsung menaiki motor itu.
"Cabut," titah Arega kepada Alex dan Ruly. Lalu keduanya mengangguk dan menaiki motornya masing-masing.
***
"Eh itu si Romeo kunaon?" tunjuk Asep kepada Romeo yang memasuki kelas, sambil berjalan kesusahan. "Abis disunat dia," kata Arega lalu mencomot kripik kentang milik Asep.
"Otong abis disunat ya?" tanya Asep menghampiri Romeo yang barusaja sampai pada bangkunya, yang tadi diduduki oleh Asep. Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Asep, Romeo langsung mendelik tajam dan duduk di sebelah Arega.
"Bukan disunat, tapi nabrak gerobak bakso mang diman, yahaha ...!" teriak Alex sambil tertawa. Seketika seisi kelas langsung dipenuhi dengan gelak tawa, lebih tepatnya menertawakan Romeo.
"Ganteng doang, nabrak gerobak mang diman!" teriak Weni membuat Alexa dan Vani mengencangkan tawanya.
"Gak di rumah sakit, gak di sekolah, telinga gue panas mulu," keluh Romeo lalu menyenderkan punggungya kesandaran bangkunya. Namun tak disangka-sangka, ternyata sandaran bangkunya rapuh, sehingga membuatnya terjengkang kebelakang.
"Aduh!" teriak Romeo, badan yang tadinya sudah mendingan, kini menjadi sakit kembali. Tapi anehnya, bukannya menolong, Arega dan seisi kelas langsung tertawa terbahak-bahak.
"Sungguh malang nasibmu, Otong," kata Asep sambil mengelus dadanya, merasa kasihan terhadap Romeo.
Ada satu hal yang kalian tidak ketahui, sedari tadi Zara hanya diam sambil mencoret-coret bukunya. Dan pandangannya tertuju pada Arega, setelah itu, kepada Alexa. Entah apa yang akan direncanakan Zara.
***
Arega berjalan menuju toilet sekolah. Ketika ia akan masuk ke dalam toilet itu, Zara langsung mencegahnya. Zara langsung mencium bibir Arega tiba-tiba, sehingga membuat Arega kaget dan mematung.
Alexa melangkahkan kakinya ke arah toilet, sambil bersenandung ria. Setelah sampai di toilet Alexa melihat Arega dan Zara sedang berciuman. Tentu saja Alexa kaget, bukannya Arega pernah bilang, bahwa ia akan belajar mencintainya? Ternyata itu bulshit!
Alexa langsung pergi dari sana, rasa sakit itu datang kembali. Alexa memegangi dadanya yang terasa sesak. Lalu ia menarik napas dengan perlahan, lalu menghembuskannya.
"I'm fine.""Selalu ingin menyerah, namun hati ini terus memaksa agar tidak menyerah, hingga membuatku bingung."
***
Tbc ....
KAMU SEDANG MEMBACA
AREGA [Selesai]
Teen FictionAlexa sangat mencintai Arega yang notabenya sudah mempunyai pacar, berbagai cara ia lakukan agar Arega luluh padanya. Namun ketika rencana itu mulai berhasil, dalam diam Arega masih mencintai mantan pacarnya itu walau Arega tahu tabiat buruk mantan...