Happy Reading."Arega, Arega. Gue jadi kesel ama lu. Udah dibilangin dari awal, kalo zara itu cuman pura-pura cupu, dan lo malah ngebantah. Menurut gue lu terlalu cepat menilai," kata Romeo. Arega mengacak rambutnya frustasi, hidupnya memang benar-benar rumit.
"Karna cinta itu buta," ucap Arega lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. arly dan bram memang menyuruh Romeo tinggal bersma Arega, karna takut Arega melakukan hal yang tidak diinginkan.
"Terserah lo deh, saran gue, mending sekarang lo jauhin zara." Arega bangun dari rebahannya dan menatap Romeo intes. "Gue tau, dulu lo juga pernah suka 'kan sama zara?" tanya Arega datar. Romeo ikut menatap Arega datar, dan memilih tidak menjawab pertanyaan Arega.
"Gue sayang sama zara, gue gak peduli kalo zara itu bukan cewek baik-baik, mungkin nanti dia bisa berubah. Memang gue nyesel cinta sama dia, tapi hati gakbisa dipaksakan buat benci sma dia," lanjut Arega. Romeo mengepalkan tangannya. "Kalo misalnya lo masih cinta sama zara, kenapa lo ngasih harapan sama Alexa?!" bentak Romeo.
"Tadinya emang gue bener-bener mau terima alexa, tapi gabisa. Hati gue udah sepenuhnya dimilikin zara," ungkap Arega benar.
"Bajingan lo Ga. Lo gak inget pesan bunda areta, jangan pernah sakiti hati perempuan. Lo bener-bener bajingan," maki Romeo lalu beranjak dari kasur, dan berjalan menuju pintu kamar arega, setelah itu keluar sambil membanting pintu.
"Argh!" teriak Arega sambil mengusap wajahnya kasar.
***
Malam ini Alexa berinisiatif untuk pergi ke kafe bersama kedua temannya, Vani dan Weni. Alexa menatap pantulan dirinya di cermin, gadis itu memang tidak suka memakai dres, ia lebih suka kaos dan celana jeans, karna itu sangaah simple. Setelah puas menatap dirinya di cermin panjang, Alexa meraih sling bagnya yang dikaitkan di gantungan khusus sling bag.
Setelah itu ia langsung berjalan keluar kamar, dan menuruni anak tangga. "Mau kemana?" tanya Rean yang sedang menonton acara tv. "Mau main sama temen Yah, Alexa pergi dulu ya," pamit Alexa lalu mencium tangan Rean.
"Hati-hati, pulangnya jangan kemaleman," peringat Rean. Alexa mengangguk, dan berbarengan dengan itu, terdengar suara klakson mobil.
***
"Guys, gue mau cerita, tadi Alex ke rumah gue terus nembak gue!" seru Vani. "Karna sekarang gue lagi seneng, gue traktir deh," lanjutnya, membuat wajah Vani dan Alexa berseri-seri saat mendengar kata traktir. Siapa sih yang tidak senang saat mendengar kata traktir?
"Serius lu? Yaudah cepetan Xa, kita pesen semua makanan yang ada di kafe ini," ajak Weni antusias, Alexapun mengangguk. Setelah itu ada seorang pelayan kafe dan menawarkan beberapa menu. Setelah ketiganya memilih menu yang akan mereka pesan, pelayan itu langsung pergi.
"Thanks, baik banget lu. Sering-sering ya, traktir kayak gini," kata Weni sambil nyengir. Alexa menampol kepala Weni. "Dasar maunya gratisan mulu," sindir Alexa. Vani pun tertawa mengejek kepada Weni membuat Weni geram.
"Eh tunggu, itu Arega bukan si?" tanya Weni menunjuk seorang laki-laki yang memakai jaket kulit berwarna hitam. "Ehh iya, ada Alex, Romeo, Ruly juga," timpal Vani ikut memandang keempat laki-laki yang memasuki kafe itu.
Alexa ikut mengarahkan pandangannya, dan ternyata itu benar, ada Arega cs. Sumpah bagaimana Alexa bisa melupakan Arega kalo ketampanan Arega terus bertambah, setiap harinya. Alexa tersadar, dan mengalihkan pandangannya dari Arega.
Tak disangka-sangka ternyata, meja Arega dan meja Alexa bersebelahan, membuat Alexa mengumpat dalam hati. "Sial kenapa duduknya di sana si.'
"Alex!" teriak Vani sambil melambaikan tangannya. Alexa pun melotot, Vani memang benar-benar menjengkelkan. Alexpun menoleh saat ada yang memanggilnya. Tidak hanya Alex yang menoleh, Arega, Ruly dan Romeo pun ikut menoleh.
"Kalian di sini juga," timpal Ruly. "Iya lah, 'kan kafe ini umum," sewot Weni. "Dasar si tepos," ledek Ruly, dan terjadilah adu mulut diantara Ruly dan Weni memang jika mereka disatukan akan seperti tom and jery tidak pernah akur.
"Kenapa si lo selalu ngatain gue tepos? Dasar fisik orang kok dihina." Weni hampir menangis saat ia kalah debat dengan Ruly, karna menurutnya Ruly tidak merasa jika ia telah menyakiti hati Weni. Benarkan jika fisik kalian dihina, maka kalian akan emosi dan ingin menangis, apalagi yang mengata-ngatainya adalah laki-laki.
"Baperan lo," kata Ruly lalu memakan pesananyang baru saja sampai. Alexa yang sedari tadi tetap fokus pada makananpun menoleh ke arah Ruly.
"Perasaan orang tuh berbeda-beda, jangan asal ngomong aja lo. Gak punya prasaan, wajarlah kalo fisik kita dihina, terus kita marah. Dasar mandang fisik," sindir Alexa lalu melanjutkan makannya.
Semuanya diam. Sedari tadi Arega terus menatap Alexa yang sekarang sifatnya seperti sudah berubah. Setelah menyelesaikan makannya Alexa beranjak dari duduknya. "Gue pulang duluan ya," pamit Alexa karena sekarang moodnya sedang hancur, saat melihat Arega.
"Yah kok pulang si?" tanya Vani cemberut. "Sory ya, gue pulang duluan dah." Arega ikut beranjak dari duduknya, dan mengikuti Alexa keluar kafe tanpa menghiraukan teriakan Alex.
***
Alexa duduk di halte, lalu mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Lalu mulai menelpon supir rumahnya. Namun sial ternyata pulsanya habis. "Aduh gimana ini?
"Mau pulang?" tanya Arega lalu duduk di samping Alexa. Alexa menoleh ke samping. "Hmm." hanya deheman yang keluar dari mulut Alexa.
"Bareng gue aja," tawar Arega lalu mengusap rambut Alexa dengan penuh kelembutan. Alexa segera memindahkan tangan Arega dari kepalanya. "Jangan bikin gue nyaman atas perlakuan lo, nanti gue susah buat hilangin rasa ini," kata Alexa lalu menatap kembali ke depan. Arega hanya diam tak bergeming.
"Ayok gue antar." Arega langsung menarik tangan Alexa tanpa persetujuan dari orangnya. Tadinya Alexa ingin memberontak, tapi ia berfikir terlebih dahulu, dan memilih ajakan Arega karna jika ia tak mengikutinya ia akan pulang bersama siapa?
Di atas motor keduanya saling diam, hanya ada suara druan motor yang begitu keras. Dalam hati Alexa ingin sekali menangis, kenapa sekarang saat berdekatan dengan Arega hatintiya selalu sakit.
"Ini bukan jalan ke rumah gue," ucap Alexa. Arega tidak menjawab ia semakin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, hingga membuat Alexa ketakutan, dan terpaksa Alexa memeluk Arega. "Bisa pelanin dikit gak!" teriak Alexa. Tapi Arega tidak menghiraukan ucapan Alexa.
***
"Gue mau pulang Ga, kenapa lo bawa gue ke tempat ini? Seharusnya bukan gue yang ada di sini," sahut Alexa saat menelusuri tempat yang sekarang sedang ia datanginya. Tempat itu begitu indah. Terdapat sebuah rumah pohon yang dihiasi dengan lampu tumbler berwarna mas.
"Siapapun berhak buat datang kesini," tutur Arega lalu menyuruh Alexa menaiki tangga rumah pohon itu. Setelah naik ke atas rumah pohon itu Alexa masuk ke dalam rumah pohon itu. Lalu ia duduk di sofa, diikuti Arega.
Arega mengusap pipi Alexa. "Maafin gue ya, gue udah berusaha buat cinta sama lo, tapi susah, gue gak bisa," lirih Arega. Air mata Alexa kekuar dari pelupuk matanya.
"Makanya, jangan memperlakukan gue kayak gini," isak Alexa. Lalu Arega langsung mendekap tubuh Alexa.
***
Tbc ....
Kesel gak si?
Jangan lupa vote, komennya. Terima kasih.
Dan ulah poho, follow gw
KAMU SEDANG MEMBACA
AREGA [Selesai]
Teen FictionAlexa sangat mencintai Arega yang notabenya sudah mempunyai pacar, berbagai cara ia lakukan agar Arega luluh padanya. Namun ketika rencana itu mulai berhasil, dalam diam Arega masih mencintai mantan pacarnya itu walau Arega tahu tabiat buruk mantan...