Di kamar almarhum kamar nenek Yasmin, terlihat rapi dan harum. Benar apa kata bik Irah, kamar tersebut sudah dirapikan. Yasmin membuka lemari sang nenek, ada beberapa lembar baju yang terlipat rapi. Yasmin membuka ranselnya, lalu menata baju di sana. Di sela menata, Yasmin teringat pertemuannya dengan Rangga. Senyum itu terukir, bahkan semu samar terlihat di pipi Yasmin.
"Ganteng juga versi gedenya. Dulu aja, dekil dan ingusan," monolog Yasmin tersenyum senang.
"Yasmin!" suara panggilan dari luar itu Yasmin yakini adalah milik Pica.
"Tunggu!"
Yasmin menyelesaikan kegiatan menyusun baju, lalu buru-buru keluar dari kamar itu.
Pica dan Karin tampak mengenakan baju tidur begitu Yasmin membuka pintu.
"Udah ganti baju aja?" tanya Yasmin.
"Iya dong. Laper nih, kata bi Irah makanan sudah siap. Cowok-cowok juga udah duluan stand by di meja makan," jawab Karin.
"Emang mereka kalau soal makanan nomor satu," celetuk Pica sambil merangkul Yasmin untuk berlalu dari sana.
Di dapur, tampak Astro dan Leon sudah memulai makan mereka. Ketiga gadis itu segera bergabung, sambil berdecak melihat Astro dan Leon makan duluan.
"Kebiasaan ya nggak nunggu yang lain dulu," sindir Karin.
"Tau nih. Perut aja digedein," timpal Pica.
Astro dengan susah payah menelan makanannya. "Kami laper, nunggu cewek ribet."
Gaduh dan rusuh mungkin adalah hobi mereka sampai jadi teman akrab seperti ini. Yasmin memilih acuh, sambil menungkan air di gelasnya. Tatapan Yasmin tak sengaja mengarah pada bik Irah menyiapkan makanan di atas napan. Ada nasi beserta lauknya dan segelas air putih.
"Bi, itu makanan buat siapa?"
"Oh, ini makanan buat mbak Mala. Tante-nya Non Yasmin."
Yasmin baru ingat tentang keberadaan adik perempuan ayahnya itu. Mungkin karena ia tak melihat sosok wanita cantik itu sejak kembali menapakkan kaki di rumah neneknya ini.
"Oh, aku kelupaan tentang tante Mala. Sekarang tante Mala di mana, Bi?" tahya Yasmin.
"Ada di kamarnya. Ini Bibi mau nganterin makan buat mbak Mala."
"Oh. Biar aku yang antar, Bi. Udah lama nggak ketemu tante Mala," ucap Yasmin.
Bik Irah tampak ragu, namun akhirnya mengangguk juga. "Ini, Non Yasmin. Hati-hati ya. Kamarnya ada di bawah tangga, dekat kamar yang ditempati teman cowoknya Non."
"Iya, Bi."
Yasmin berjalan menuju kamar Mala. Langkah Yasmin memelan begitu sampai di depan pintu bernuansa cokelat itu. Yasmin mengetuk kamar itu tanpa ragu.
"Tante Mala! Ini aku Yasmin. Aku masuk ya?"
"Tante, aku masuk nih," ucap Yasmin lagi.
Tak ada sahutan. Yasmin menghela napasnya, lalu bergerak untuk membuka pintu. Saat pintu pertama kali terbuka, tampak seorang wanita cantik dengan rambut tak terurus sedang duduk di kursi menghadap jendela yang terbuka. Yasmin tersenyum, lalu melangkah pelan memasuki kamar itu.
"Tante Mala, ini aku Yasmin keponakan Tante. Aku ke sini sama teman-teman aku untuk melayat nenek. Juga sekalian mau menginap untuk beberapa hari," tutur Yasmin. Namun hanya kesunyian yang menanggapi segala tutur katanya.
"Maaf tadi pas pertama kali datang nggak menyapa Tante Mala dulu. Soalnya aku kelupaan. Emm ... Tante nggak ikut melayat nenek ya tadi?
Yasmin tersenyum canggung ketika merasa diabaikan. Sosok wanita bernama Mala itu hanya diam membisu dengan tatapan menerawang jauh. Bahkan kedatangan Yasmin dan celotehan itu tak bermakna apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Misteri POCONG
HorrorKisah horor klasik tentang misteri di balik teror hantu Pocong yang dikaitkan dengan beberapa kematian di sebuah desa di Jawa Barat. Terjadi dengan setting masa kini serta melibatkan konflik emosional, kisah cinta remaja. (Tisa TS)