Yasmin menatap sendu keluar jendela, tampak pepohonan seolah-olah berlarian ketika mobil yang ia tumpangi melaju cepat. Yasmin merasakan tangannya digenggam, mengelus punggung tangannya dengan lembut. Yasmin mengira itu ganggaman tangan Pica yang berada di sampingnya. Namun hal diluar dugaan membuat Yasmin membulatkan matanya. Genggaman itu terasa dingin dan tidak lembut. Yasmin menoleh perlahan ke arah tangannya, tampak tangan keriput berwarna kecoklatan menggenggam erat tangannya. Yasmin tercekat, bibirnya bergetar takut berusaha mendongkak untuk melihat pemilik tangan tersebut. Tampak wajah pucat pasi neneknya menatap dengan sebuah senyuman dan tatapan sendu yang menyedihkan."Nenek tunggu kedatanganmu, Cucuku."
"AAAAAAAA!!!"
Yasmin terbangun dari tidurnya. Napasnya tersenggal, keringat mengucur di sekitar pelipis kiri dan kanannya. Pica yang tadinya menjadi sandaran bagi Yasmin yang terlelap, terkejut mendapati Yasmin yang histeris tiba-tiba. Ini kali kedua Yasmin bertingkah seperti mengalami mimpi buruk.
"Yas, lo kenapa lagi? Lo mimpi buruk lagi?" tanya Pica khawatir.
"Astaga Yasmin, gue kaget banget. Lo baik-baik aja, kan?" tanya Karin lagi.
Sementara Yasmin masih bungkam, mencoba menetralkan irama jantungnya yang berdetak tak karuan. Mimpi yang seperti nyata itu telah menyita alam pikirnya saat ini.
"Yas, lo minum dulu deh," ucap Astro memberikan botol minum. Pica yang menyambutnya, lalu membukakan untuk Yasmin minum.
"Lo pasti mimpi buruk lagi deh, Yas. Rupanya kepergian nenek lo membawa efek besar atas pikiran dan alam bawah sadar lo. Ini kita sudah hampir sampai, lebih baik lo terjaga aja," tutur Leon yang masih fokus menyetir mobilnya.
"Kenapa mimpi gue seolah-olah nenek memang dalam kondisi kayak gitu? Seolah-olah nenek menunggu gue untuk memberitahu gue sesuatu?"
Mobil Leon memasuki kawasan Cibodas, tempat di mana nenek Yasmin berada. Sementara itu, Yasmin memandang ke arah luar jendela dengan mata yang sembab dan tatapan yang menerawang. Hampir sepuluh tahun Yasmin tak mengunjungi kediaman neneknya, ternyata sudah banyak berubah dengan desa itu. Ada beberapa pembangunan yang berdiri, namun tak menghilangkan kesan astri, sebab masih banyak pepohonan yang menumbuhi. Yasmin teringat ketika ia berkunjung ke Cidbodas bersama kedua orangtunya, ia sangat senang sekali. Namun kini, semua itu tinggal kenangan. Papa, mama, dan sekarang neneknya telah pergi meninggalkannya. Tanpa sadar Yasmin meneteskan air mata kembali, ia menyesal tak kepikiran soal neneknya yang telah lama tak dikunjungi. Baru beliau meninggal, Yasmin berkunjung untuk melayat. Itu amat penuh disesalkan olehnya. Pica yang berada di sampingnya, menyentuh pundak Yasmin pelan.
"Yas, kita udah hampir sampai. Jangan tunjukin kesedihan lo, kalau mau nenek lo pergi dengan tenang."
Yasmin tersadar, memperbaiki posisi duduknya menghadap depan sambil menunduk. "Iya, Pica. Gue udah ikhlas kok. Gue juga senang bisa lihat tempat ini lagi. Itu berkat kalian yang mau temenin gue," sahut Yasmin, tersenyum sebentar.
"Sebab usulan gue juga," celetuk Astro yang duduk di samping Leon.
"Anggap nggak ada yang ngomong, Yas," sahut Pica.
"Dengki banget si gemul," balas Astro.
"Elu tuh ceking!" balas Pica.
"Udah jangan berantem. Kalian itu sepasang. Kayak angka sepuluh," tegur Karin menengahi. Sontak membuat Yasmin dan Leon tertawa.
"Hih, males pasangan sama cowok ceking."
"Gemul!"
Candaan mereka berhenti ketika melewati bendera kematian. Rupanya mobil Leon sudah memasuki halaman rumah nenek Yasmin. Seketika raut Yasmin kembali sendu. Kesedihan itu kembali menyentuh hatinya. Leon memarkirkan mobil, mereka berlima turun dari mobil sambil melihat sekitar. Cukup sepi, apa mungkin jenazah sudah dikebumikan?
![](https://img.wattpad.com/cover/267770234-288-k579467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Misteri POCONG
TerrorKisah horor klasik tentang misteri di balik teror hantu Pocong yang dikaitkan dengan beberapa kematian di sebuah desa di Jawa Barat. Terjadi dengan setting masa kini serta melibatkan konflik emosional, kisah cinta remaja. (Tisa TS)