Waktu menunjukkan pukul 12. 01 malam, tampak Yasmin mengeliat dalam tidurnya. Yasmin membuka matanya, menoleh ke arah jam dinding untuk memastikan pukul berapa sekarang. Yasmin bangun dari tidurnya, tiba-tiba saja tenggorokannya terasa kering. Di saat seperti ini, alangkah nyamannya kalau air tersedia di atas nakas, tapi kali ini ia harus rela merepotkan diri. Yasmin melangkah keluar kamar, menuruni anak tangga menuju dapur. Hawa di dapur terasa tak enak, lebih dingin dari biasanya. Hal itu membuat bulu kuduk Yasmin tiba-tiba meremang, ada rasa waswas yang tiba-tiba menyelinap masuk dalam hatinya. Yasmin mengambil gelas dan menuangkan air di sana. Bunyi air yang ia tuangkan sedikit memecahkan kesunyian malam selain bunyi jangkring saja. Yasmin terkejut, mendadak tercium bau anyir seolah darah bercampur tanah lembab yang amat memuakkan tercium oleh indranya. Yasmin menoleh ke sekitarnya, namun tak menemukan apapun. Yasmin tersentak kaget ketika merasakan hawa dingin angin malam membelai rambut dan kulit lehernya. Ternyata jendela dapur tak terkunci dengan benar. Yasmin menghela napas, niatnya yang ingin minum urung sebentar demi mengunci jendela dapur terlebih dahulu. Tampak gelap malam amat pekat, ditambah bunyi jangkrik bersahutan menambah kesan horor yang terlihat. Buru-buru Yasmin mengunci jendela dapur, lalu merapikan tirai tipis sebagai penutup.
"Kenapa perasaan gue nggak enak gini, ya?" gumam Yasmin sambil mengusap tengkuknya pelan. Yasmin memilih abai, tangannya meraih gelas berisi air tersebut. Saat Yasmin mulai minum, netranya menangkap bayangan menyerupai pocong di balik tirai dapur.
"Dibunuh ... Aku dibunuh ..."
Ucapan lirih itu berganti dengan suara teriakan Yasmin yang ketakutan.
"AAAA ... !" suara pekikkan Yasmin menggema bersamaan dengan suara pecahan gelas.
Kedua tangan Yasmin bergetar menutupi wajahnya sendiri. Yasmin yakin, yang barusan lewat tadi adalah bayangan pocong. Kaki Yasmin bagai membeku, tak dapat bergerak barang satu inci pun. Tak lama terdengar suara derap kaki brutal yang berlarian padanya. Ternyata itu Astro, Pica, dan Leon.
"Yasmin! Lo kenapa? Ada apa?" tanya Pica panik.
"Po-pocong ... ada pocong ... gue lihat pocong," racau Yasmin.
Yasmin membuka tangan yang menutupi wajahnya, lalu bergegas memeluk Pica.
"Gu-gue lihat pocong. Gue beneran lihat pocong di sana," cicit Yasmin sambil menunjuk ke arah jendela dapur.
"Hah? Po-pocong? Lo serius, Yas?" tanya Pica takut, semakin erat memeluk Yasmin.
Astro dan Leon cukup terkejut, lalu Astro berjalan menuju jendela dapur dan menyingkap tirainya cepat. Namun tak ada siapa-siapa di sana.
"Nggak ada apa-apa, Yas. Lo pasti berhalusinasi aja deh. Nggak ada hantu di sini," ucap Astro kembali menutup tirai.
"Tapi ... gue lihat bayangan itu jelas banget, Tro. Serem," ucap Yasmin takut.
"Ya udah, anggap lo cuma halu, Yas. Untuk malam ini, sebaiknya lo tidur gabung sama Pica dan Karin. Biar nggak takut lagi," ucap Leon memberi saran.
"Nggak sama kita, Eon?" tanya Astro dengan tampang bodohnya.
"Itu kalau lo mau dipanggang sama arwah nenek Yasmin!" sahut Leon berlalu dari sana.
Pica membawa Yasmin ke kamar yang ditempati dirinya dan Karin. Terlihat Karin yang asyik mengenakan earphone sambil melihat ke layar tabletnya. Pica mengambil bantal dan melemparkannya pada Karin. Membuat Karin melotot sambil melepas earphone miliknya.
"Apaan sih lo, Pica. Main lempar bantal aja."
"Elu tuh keasyikan! Sampai suara teriakan Yasmin di dapur nggak denger. Astro sama Leon aja denger kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Misteri POCONG
HorreurKisah horor klasik tentang misteri di balik teror hantu Pocong yang dikaitkan dengan beberapa kematian di sebuah desa di Jawa Barat. Terjadi dengan setting masa kini serta melibatkan konflik emosional, kisah cinta remaja. (Tisa TS)