Di kamar sebelah, Yasmin merebahkan dirinya pelan. Layar ponsel adalah tuju tatap Yasmin saat ini. Di sana terpampang potret dirinya bersama Rangga sewaktu masih kecil. Foto itu diambil ketika mereka bertemu kembali saat Yasmin berkunjung ke rumah neneknya beberapa tahun yang lalu. Walau sudah berlalu lama, tapi senyuman tulus Rangga masih sama seperti sekarang. Seketika senyuman Yasmin luntur, saat mengingat kejadian di klinik saat itu.
Flashback
Yasmin terbangun dari lelapnya. Seseorang yang pertama kali tertangkap oleh netranya adalah gadis berbaju cokelat muda berkacamata. Saat atensi gadis itu tertuju padanya, senyuman terukir di sana.
"Kamu udah sadar?" tanya Nadia sebagai wujud basa-basi saja.
"Lo siapa? Gue ada di mana?"
"Aku Nadia, anak mantri Harry. Katanya kamu teman kak Rangga waktu kecil, ya? Dia sering cerita tentang kamu," tutur Nadia sembari duduk di samping Yasmin.
"Iya, gue sahabat kecil Rangga. Kami dulu dekat banget, mungkin sekarang bakal kayak dulu juga," sahut Yasmin. Nadia hanya tersenyum mendengarnya.
"Kalau lo sendiri, teman Rangga juga?"
Nadia menggeleng sambil tersenyum. "Aku pacar kak Rangga."
Yasmin tentu saja terkejut, matanya melotot mendengar penuturan Nadia. "A-apa? Lo pacarnya Rangga?"
"Iya. Kami udah pacaran beberapa bulan yang lalu," sahut Nadia senang.
"O-oh," sahut Yasmin kecewa.
Pintu terbuka menampakkan Rangga yang baru saja masuk bergabung dengan mereka. Yasmin memaksakan untuk duduk, Nadia lekas membantunya.
"Yasmin, gimana badan kamu, udah enakkan?" tanya Rangga.
Yasmin mengangguk ragu tanpa melihat Rangga. Rangga beralih menatap Nadia yang tersenyum padanya.
"Nad, kamu bisa jagain pasien sebelah, nggak? Soalnya baru aja tadi ditinggal keluarganya sebentar."
Nadia melirik ke arah Yasmin sebentar, lalu mengangguk setuju. "Aku keluar dulu, Kak," pamitnya pada Rangga. Kini atensi Rangga kembali pada Yasmin yang menghadap ke samping.
"Emm, Yasmin. Kayaknya kamu lebih baik dirawat sampai besok—"
"Aku mau pulang hari ini juga. Udah baikkan kok," sahut Yasmin datar.
Yasmin menghela napas lelah, menghempas pelan ponselnya ke kasur sebelum menutup wajahnya dengan bantal. Rasa yang ia rasakan kini berbeda. Bukan lagi rasa sayang kepada teman yang saling nyaman. Tapi lebih ke perasaan khusus, di mana ada rasa ingin memiliki untuk selamanya.
"Gue suka sama lo, Rangga."
Yasmin terlelap, berusaha mengusir perasaan yang terasa kian memuncak. Menyelip masuk menengahi rasa takut akibat kejadian menegangkan yang ia rasakan belakangan ini. Setidaknya Yasmin merasa bahagia walau sebatas harap saja.
Yasmin dan lainnya berkumpul di ruang tengah sambil menonton TV. Suara gemuruh hujan membuat volume televisi mengecil. Lantas Karin meraih remot dan menaikkan volume televisinya.
"Rin, terlalu nyaring ntar meledak," tegur Astro.
"Mana mungkin meledak, Astral! Kecuali lo taruh bom di belakangnya,"balas Karin tak peduli.
Pica mendadak tegang, sekilas ia melihat ada seseorang yang lewat dari balik tirai depan. Pica mencoba acuh lagi sambil memperhatikan layar televisi yang membuat Karin dan Astro tertawa lepas. Pica menggeleng, fokusnya ingin selalu menghadap ke arah tirai tersebut. Dan lagi, Pica membulatkan matanya melihat bayangan sosok pocong di balik tira tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Misteri POCONG
TerrorKisah horor klasik tentang misteri di balik teror hantu Pocong yang dikaitkan dengan beberapa kematian di sebuah desa di Jawa Barat. Terjadi dengan setting masa kini serta melibatkan konflik emosional, kisah cinta remaja. (Tisa TS)