Tubuh Yasmin mengigil, peluh membasahi area pelipis dan dahinya. Mata yang terpejam itu tampak gelisah, seolah mimpi buruk tengah mengejarnya. Suara ketukan pintu yang cukup beras menggema, membangunkan Yasmin dari tidurnya. Yasmin mengeratkan selimut dalam pelukannya, kembali merasa gelisah ketika teringat peringatan mbah Kliwon. Ia takut, bagaimana kalau ucapan mbah Kliwon benar? Nyawanya dan teman-temannya kapan saja bisa celaka. Memikirkan hal mistis yang pertama kali ia alami membuat Yasmin muak. Terlalu menakutkan, namun tak dapat berlari dari sana.
"Yasmin! Jangan bikin gue tambah sedih. Ayo makan! Hiks, gue tau lo berduka. Gue dan lainnya juga, tapi lo nggak boleh ngurung diri kayak gini, Yas," ucapan bercampur isak tangis itu berasal dari mulut Pica yang tadi mengetuk pintu. Di belakangnya ada Astro dan Leon yang turut ingin membujuk Yasmin.
Astro menyuruh Pica mundur, lalu menggantikan posisi Pica untuk membujuk Yasmin.
"Yasmin. Ini gue, Astro. Lo nggak bisa kayak gini, Yas. Setidaknya lo pikirin perasaan kami juga. Kami tambah tersiksa kalau lo bertingkah kayak gini. Keadaan semakin sulit, terlepas dari benar atau enggaknya ucapan mbah Kliwon, kita harus berusaha menyelesaikan masalah ini. Kalau lo tetap di dalam, gimana kita mau saling membantu? Yas, gue mohon. Buka pintunya," tutur Astro lembut.
Yasmin mendengar itu semua, hatinya bagai teriris. Ia telah egois, seolah-olah ia adalah orang paling menderita di sini. Perlahan Yasmin turun dari kasurnya, mengabaikan denyutan pening yang menyerang kepala. Yasmin membuka pintu, menampilkan wajah amat pucat pada ketiga temannya.
"Ya ampun, Yasmin! Lo sakit?" kaget Astro. Belum Yasmin sempat menjawab, tubuhnya ambruk menimpa Astro. Dengan sigap Astro mengangkatnya dan membawanya kembali ke dalam kamar. Astro membaringkan tubuh kemas Yasmin di kasur, menyelimutinya hingga batas dada.
"Dia pasti terpukul banget. Kematian neneknya, teror pocong, dan kematian Karin yang mengenaskan. Yasmin pasti sakit karena stress banyak pikiran," ucap Leon menatap penuh iba.
Bik Irah masuk ke dalam kamar Yasmin, menatap nona majikannya yang terpejam dengan wajah pasi.
"Non Yasmin sakit lagi?"
"Iya, Bi. Kayaknya dia terpukul banget atas kejadian yang terjadi dalam waktu berdekatan ini," sahut Pica sendu.
"Ini sudah sungguh meresahkan. Baiklah, Bibi bakal panggil Rangga dulu untuk merawat nona Yasmin."
"Bi—" Astro yang ingin protes, langsung di sanggah oleh cekalan tangan dari Leon. "Bukan saat yang tepat," ucap Leon menatap cukup tajam. Astro hanya berdecak kesal.
Cuma butuh waktu 15 untuk Rangga datang bersama Nadia. Rangga sangat khawatir, terburu-buru memasuki kamar Yasmin. Netranya menyendu, melihat Yasmin berwajah amat pasi.
"Ya ampun, demam lagi?" tanya Rangga menunjukkan reaksinya.
"Elu yang ahlinya, malah balik tanya," sewot Astro bersedekap.
"Dia shock atas kematian Karin kemarin. Juga—" Ucapan Pica langsung terpotong karena mata melotot dari Astro. Sepertinya bik Irah paham akan kekhawatiran Astro.
"Maaf, saya sudah ceritakan semuanya pada Rangga. Bagaimana pun juga, itu penting untuk oengetahuan Rangga terhadap pasiennya," sahut bik Irah.
"Tenang, saya bisa jaga rahasia," ucap Rangga.
"Rangga, tolong bantu obati Yasmin ya? Gue nggak mau di kenapa-kenapa. Huaaa ...." Pica pergi keluar kamar setelah mengatakan itu. Leon pun ikut menyusul.
Rangga hanya tersenyum tipis menanggapi. "Bisa kalian keluar sebentar? Pasien yang mengalami shock seperti ini, butuh ketenangan," pinta Rangga.
Astro dengan tak ikhlasnya melangkah meninggalkan kamar Yasmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Misteri POCONG
HorrorKisah horor klasik tentang misteri di balik teror hantu Pocong yang dikaitkan dengan beberapa kematian di sebuah desa di Jawa Barat. Terjadi dengan setting masa kini serta melibatkan konflik emosional, kisah cinta remaja. (Tisa TS)