ISS 06 || Perhatikan

73 43 66
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“AAA!” teriak Zei lalu terbangun dari tidurnya.

“Anjir, kok gue bisa mimpi gitu? polisinya nyeremin. Mama juga serem banget sampe nampar gue,” gumam Zei.

Ia menelisik ke arah jarum jam di kamarnya. Yang benar saja ia terbangun pukul dua pagi hanya karena mimpi aneh itu?

Zei refleks mengusap keringatnya yang sudah membanjiri wajahnya.
“Sampe keringetan gini?”

Zei menatap AC di kamarnya. Kenapa bisa ia malah merasa kegerahan padahal AC di rumahnya sudah menyala dan suhu di kamarnya sudah cukup dingin.

Seketika Zei teringat sesuatu. Ia  beranjak dari kasurnya dan langsung menuju ke lemari pakaiannya. Ia mengobrak-abrik lemari itu untuk mencari sesuatu.

“Kemeja gue kemana sih, kok gak ada di lemari.”

***

Paginya, Zei sudah siap dengan seragam sekolahnya. Setelah semuanya dirasa sudah lengkap, ia segera turun dari kamarnya menuju ke meja makan.

Di sana sudah ada mama, papa, Om dan Tantenya. Hanya kurang dirinya di sana.

Ah, Zei melupakan sesuatu. Di sana ada dua kursi yang kosong. Artinya bukan hanya kehadiran Zeina yang ditunggu, melainkan Jeina juga. Namun, Jeina tak bisa bergabung bersama karena dia sedang terbaring lemah di rumah sakit karena koma.

“Pagi semua,” sapa Zei dengan senyum manisnya.

“Pagi juga, Sayang,” sahut tantenya, Delisa. Om dan Papanya hanya tersenyum.

Zei memperhatikan Mamanya. Tak ada respon dari mamanya membuat Zei menghembuskan napasnya kasar. Ia mendudukan bokongnya di kursi kemudian mengambil dua potong roti dan selai lalu memakannya.

Tak ada pembicaraan di meja makan, hanya ada suara denting sendok yang beradu pada piring. Itu yang diajarkan Papanya. Setelah selesai makan, Zei langsung bangkit dari duduknya dan berpamitan pada mereka semua.

“Aku berangkat dulu, Ma.” Saat Zei menyodorkan tangannya untuk mencium tangan Mamanya, mamanya malah pergi dari hadapan Zei begitu saja.

Sebegitu fatalnya ya kesalahan gue? sampai-sampai sikap mama aja langsung berubah drastis ke gue, batin Zei.

Ia menatap kepergian mamanya dengan tatapan sendu.

***

Zei mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Untung saja jalanan yang ia lewati sepi jadi tak ada masalah jika ia mengebut sekarang. Sampai kapan Mamanya akan terus-terusan dingin padanya?

INCREDIBLE SECRET STORY | PETAKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang