#3

1 0 0
                                    

Argi menatap Alegra bergidik ngeri. Pasalnya, cewek yang beberapa jam lalu 'diangkat' jadi partnernya ini dari tadi belajar sambil senyum-senyum sendiri.

"Bisa stop belajar gak sih?! Taukan bentar lagi olimpiadenya mau mulai? Dan asal kamu tau belajar di waktu sebelum ujian itu gak bagus" ungkap Argi sebal. Alegra menoleh.

"Ke Legra?" Tanyanya polos. Argi menggeram kesal.

" Ya terus aku ngomong ke siapa?!!" Ujarnya berusaha untuk sabar.

"Oh, bisa sih.. legra bisa aja stop belajar sekarang, tapi legra gak mau. Legra cuman gak mau ngecewain orang-orang yang udah percaya sama legra. Lagi, legra juga gak mau nyia-nyiain kesempatan ini." Ujarnya terus terang. Wajah sebal Argi berangsur-angsur hilang berubah jadi heran.

"Kesempatan?"

" Yah! Kesempatan ini udah legra perjuangin dari tiga tahun yang lalu." Ungkap Alegra

"Tiga tahun yang lalu? Olimpiade internasional?" Tanya Argi terkejut. Alegra mengangguk antusias.

"Argi tau?" Tanyanya berbinar

"Participant" ucapnya datar

"Serius?!!" Tanya Alegra tak percaya. Argi mengangguk. "Sebenernya legra juga pengen ikut." Ujarnya kali ini pandangannya meredup.

"Terus, kenapa gak ikut?" Tanya Argi heran

"Legra gak lulus seleksi" ucapnya pelan "tapi gak papa, toh sekarang legra bisa ikut olimpiade jugakan, jadi perjuangan legra gak bakal legra sia-siain." Ucapnya riang. Binar matanya kembali, dan Argi merasa ada sesuatu yang terketuk di hatinya. Sesuatu yang tak pernah bisa dijangkau siapapun termasuk ibunya.

"Jadi itu alesan kamu senyum dari tadi?" Alegra mengangguk. Argi menarik buku yang sedari tadi dikaji Alegra.

"Eh.. eh.. ngapain?" Tanya Alegra kaget.

"Kita belajar bareng" ujarnya datar, sinar mata Alegra semakin terlihat dan senyumnya semakin mengembang.

Untuk pertama kalinya Argi belajar pake hati.

~


Alegra menutup mulutnya dengan kedua tangannya ketika ia melihat hasil olimpiadenya kali ini.

"Gimana?" Tanya Argi

"Uhh.. " ujar Alegra yang tiba-tiba memeluk Argi. Arti terhenyak "makasih gi.. makasih banyak!!" Ujarnya

Argi terdiam. Hasil mereka memang sangat-sangat memuaskan, tapi Argi terdiam bukan karna itu. Dia terdiam karena tersentuh dengan kata trimakasih Alegra. Hilanglah kalo Argi lebay, tapi sungguh untuk pertama kalinya dia merasa kalo di dunia ini ada yang menghargainya selain ibunya.

Argi balas memeluk Alegra. "Gak ini bukan cuma karena Argi, semua juga hasil usaha legra. Makasih udah ngasih Argi kesadaran." Ucapnya tulus.

Alegra melepas pelukannya " Argi manggil legra, legra? Gak aku kamu lagi?" Tanya Alegra berbinar

"Kenapa?" Tanya Argi heran

"Gak papa, Legra suka aja dengernya" ucapnya tersenyum manis.

"Ya udah, Argi panggil kamu Legra aja," ujar Argi enteng

"Boleh, terus maksud Argi ngasih kesadaran apa?" Tanya Alegra bingung

"Udah lupain aja" ucap Argi "gak penting ini" lanjutnya

AlegrArgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang