#9

0 0 0
                                    

Alegra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya. Dan setelah pandangannya terlihat jelas, ia melihat seorang laki-laki yang menunggunya dengan raut wajah khawatir.

"Legra udah siuman?! Legra gak papa kan?" Pertanyaan dengan nada bahagia nan lega tak tertahankan itu hal yang pertama didengar Alegra.

Kini pandangan Alegra buram kembali. Bukan karena dunia yang menggelap, tapi karena air mata yang memenuhi kedua pelupuk matanya.

"Legra kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Argi khawatir.

"Kenapa Argi ingkarin janji Argi? Kenapa Argi laporin sindy ke pak Raffi?" Tanya Alegra terisak. Pertanyaan yang sungguh mengiris hati Argi.

"Legra.. jangan ngomong gitu, dia pantes dapetin hal itu." Jelas Argi.

"Tahu gitu, gak bakal Legra ceritain masalah Legra ke Argi. Argi gak mentingin pendapat Legra.. perasaan Legra.." isaknya.

Sungguh kata-kata Alegra membuat Argi merasa ada bom yang meledak di hatinya. Andai Alegra tau, jika Argi tak memikirkan kata-kata Alegra, mungkin saat ini sindy sudah terkapar koma di rumah sakit. Tapi Argi tersenyum tenang, ia tahu kalau Alegra hanya butuh pengertian. Cara yang lembut, karena sekali dia faham, ia pasti bisa menerimanya.

'kasih dia pengertian. Mama yakin, anak baik kayak dia bisa ngerti'

Kata-kata mamanya terngiang di benak Argi. Bahkan hingga ia dewasa kelak, kata-kata itu melekat di kehidupannya.

"Legra.. maaf.. mungkin Argi emang gak bisa jaga janji Argi. Argi juga ngerti kalo legra gak pengen sindy kenapa-napa, pengen banget lindungin sindy. Tapi Legra juga gak bisa ngorbanin diri Legra. Legra berhak bahagia. Dan kalau Legra terus lindungi sindy dengan cara kayak gini, bakal buruk dampaknya buat sindy. Sindy bakal ngerasa dia berkuasa dan dia bisa bully orang sesuka hatinya. Dan akan ada orang lain yang bernasib sama kayak legra. Legra mau ada orang lain yang jadi korban berikutnya? Legra mau lindungin sindy dengan cara yang salah?" Tanya Argi lembut. Alegra terdiam, lalu menggeleng. Argi menghapus air mata Alegra.

"Jadi, maafin Argi yah udah langgar janji Argi" alegra mengangguk. Argi mendekap kepala Alegra.

"Habis ini kita pulang yah.. Argi bakal jelasin semuanya ke ibu sama ayah legra, karena mungkin ibu sama ayah legra bakal dipanggil pak Raffi." Ujar Argi. Alegra mengangguk lemah.

"Maafin Legra.." ujarnya pelan.

"Legra gak salah.. karena semua yang terjadi atas izin Tuhan."

Yang ngizinin Alegra datang ke hidup Argi dan ngubah segalanya.

~

Argi sampai di rumah Alegra. Ia akan menjemput Alegra menjemput Alegra untuk saat ini. Setidaknya sampai dia bisa tenang kembali. Kemarin sore, Argi mengantar Alegra pulang. Ia menjelaskan segalanya kepada kedua orang tua Alegra. Ibu Alegra bahkan syok mendekap kepala Alegra, mengelusnya dengan rasa sesal. Dan Alegra hanya bisa diam mendengarkan.

Argi mengetuk pintu sambil mengucap salam, dan pintu di buka oleh ibu

"Tante.." sapa Argi sambil menyalaminya.

"Eh Argi, tuh Alegranya udah siap. Bentar yah.."

Ibu masuk kembali kedalam rumah, dan tak lama Alegra keluar dengan wajah yang lebih segar, tapi tak sesemangat biasanya.

"Yuk!" Ajak Argi. Alegra mengangguk lalu menyodorkan sebuah tempat makan.

"Dari ibu. Katanya buat Argi. Ibu takut Argi belum sarapan, Argi harus kuat biar bisa ikut pelajaran hari ini." Jelas Alegra tak seantusias biasanya.

AlegrArgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang