#4

0 0 0
                                    

"Rangga itu temen SMP nya Legra sama Amira, bunda juga tahu. Legra gak cerita tentang Rangga ke Argi soalnya Legra mikir buat apa? Toh gak penting ini, lagian Legra gak pernah bayangin kalo Legra bakal ketemu lagi sama Rangga." Alegra memulai ceritanya setelah Argi berhasil membawa Alegra pergi dari hadapan Rangga. Bukan perkara mudah memang, karna Rangga menahan Alegra berusaha menjelaskan sesuatu yang Argi tak tahu- meski mengiris hatinya- kepada Alegra yang memperlihatkan raut ingin segera pergi.

"Dulu Legra sama Rangga Deket banget. Dimana ada Rangga disitu ada Legra dan juga sebaliknya. Rangga yang support Legra dalam berbagai hal, terutama olahraga, meski ya.. Argi bisa liat sendiri kalo Legra gak mahir-mahir amat olahraga." Alegra tertawa pahit yang pastinya dipaksa membuat Argi merasa miris.

"Waktu itu hidup Legra ngerasa sempurna banget.. punya kakak kelas yang sayang kayak bunda, temen cowok perhatian kayak Rangga sama sahabat yang selalu ada kayak Amira sama Chika. Oh iya tentang Chika, Legra juga belum cerita. Chika sahabat Legra sama Amira, dia orangnya cheerful banget, feminim, dewasa pula."

"Sampe suatu hari, abis ekskul bela diri, Rangga gak nungguin apalagi jemput Legra, Chika juga bolos ekskul tari, jadi Legra pulang sendiri jalan kaki ke rumah yang jaraknya 10 km dari sekolah." Argi menelan ludahnya, membayangkan betapa kuatnya dia berjalan setelah bela diri yang pastinya sangat melelahkan.

"Dulu Legra emang dipanggil Ara sama Rangga, Amira, Chika, Sama bunda. Legra ngerasa mereka tuh berharga.. banget. Apalagi Rangga, terlebih faktanya dulu Legra emang suka sama Rangga." Untuk penuturan yang satu ini, hati Argi serasa ditusuk sebilah pisau, perih.

"Tapi, setelah kejadian ditinggal ekskul itu Rangga jadi kek ngejauh gitu dari Legra. Gak perhatian lagi, gak ngingetin Legra makan siang lagi, gak ngelatih Legra olahraga lagi, pokoknya ngejauh aja, meski masih ngobrol walau gak sepanjang biasanya, dan lagi Legra gak sadar karna waktu itu Legra juga sibuk belajar buat seleksi olimpiade internasional."

"Chika juga sama, dia ngejauh dari Legra. Pernah sekali Legra nanya ke Amira ada apa sama Chika, dan Amira bilang kalo dia fine-fine aja sama Chika,jadi Legra juga gak terlalu mikirin."

"Waktu itu bunda lulus dan nerusin SMA , jadi kita agak jauh dan jarang ketemu meski komunikasi via chattan masih berjalan normal."

"Sampe dua Minggu sebelum seleksi, Rangga gak masuk. Bukan cuma sehari, tapi berhari-hari. Ya, otomatis Legra khawatir, dan pas lagi khawatir-khawatirnya Legra sama Amira liat Chika keluar dari ruangan kepala sekolah. Pas Legra tanya ada apa, Chika bilang kalo dia bakal pindah sekolah."

"Jelas Legra sama Amira kagetdan gak terima. Legra udah ngomelin sama bujuk Chika buat stay disana, tapi dia bales dengan sinis sambil melotot ' suka-suka gue dong mau sekolah dimana, Lo gak punya hak buat ngatur apalagi larang gue.' Legra langsung syok Sama balesan Chika yang kasar banget dan Amira yang dari tadi diem juga kaget. Chika pergi ninggalin kita dengan pamitan kasar itu."

"Sepanjang hari itu Legra mikir, apa salah Legra sampe Chika bisa sekasar itu sama Legra. Dan lagi dia juga sampe keluar dari sekolahnya."

"Besoknya, Legra juga dapet kabar kalo Rangga juga keluar dari sekolah. Otomatis Legra syok berat, Legra nangis banget waktu itu. Amira bawa Legra pergi ke taman belakang, Legra nangis Disana."

"Legra mikir kejam banget takdir ngambil orang-orang yang sayang sama Legra. Ngambil Rangga dari kehidupan Legra, bikin Chika yang dulu temen funnya Legra jadi benci sama Legra. Kenapa? Kenapa?"

"Tapi Amira ngingetin Legra kalo takdir gak kejam. Ini bukan salah siapa-siapa,ini skenario yang terbaik dari Allah buat Legra, biar Legra kuat nantinya. Legra ngiyain dan mulai tenang, terus dengan ragu Amira nyerahin hpnya ke Legra. Legra tanya buat apa, dia cuma nyuruh Legra buka chat dia sama Chika ditanggal terakhir chat."

AlegrArgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang