#8

0 0 0
                                    

Hari berlalu hari dan Argi juga Alegra semakin dekat. Tak terlalu mencolok, tapi kini mereka punya jadwal belajar sama ke kantin bareng. Tak de rencana kan memang tapi awal kebetulan itu jadi rutinitas , dan waktu itu sangat di tunggu-tunggu Argi. Seperti saat ini, ketika Argi dan Alegra juga Amira menghabiskan istirahatnya di kantin.

" Leg, kayaknya Amira gak bisa ikut ekskul deh nanti sore." Ujar Amira. Alegra mengernyitkan dahi.

"Kenapa?" Tanya Alegra penasaran sambil memasukan sesendok mie ayam ke dlaam mulutnya.

"Lagi ada perlu soalnya." Amira menyeruput capuccino cincaunya.

"Terus Legra pulang sama siapa dong?" Alegra menatap Amira sanksi.

"Argi aja yang jemput Legra abis ekskul nanti. Ekskul beladiri,kan?" Tanya Argi memastikan, Alegra mengangguk.

"Yakin gak papa? Jangan nyengaja nunggu ah, gak enak. Mending Argi pulang duluan aja. Legra gak papa pulang sendiri." Ralat Alegra. Argi tersenyum.

"Nggak papa, lagian Argi juga ada ekskul nanti sore, Legra jangan pulang sendiri, bahaya!" Cegah Argi.

"Legra gak papa GI.."

"Enggak Legra.. bahaya! Nanti kalo Legra kenapa-napa gimana? Ntar Argi ngerasa bersalah Karna gak bisa jagain Legra. Legra mau Argi ngerasa kayak gitu? Legra tega?" Argi menunjukan wajah memelasnya. Alegra menghela napas berat.

"Oke fine.. Argi menang, kita pulang bareng." Ujar Alegra serba salah. Argi tersenyum merekah.

Amira menatap Argi campur aduk. Argi kan anak mami, pasti susah izin.

"Argi emang udah izin?" Tanya Amira hati-hati.

"Emh.. udah koq" jawabnya ragu " lagiankan ntar ekskul. " Tambahnya kini lebih yakin.

'bahkan dia sampe ngambil resiko buat kamu leg..'

~

Argi duduk diatas motornya sambil menunggu Alegra selesai ekskul. Sebenarnya mereka sama-sama ekskul beladiri, tapi karena beda aliran jadi gak bareng -dan Argi amat sangat menyayangkan hal itu.

Sudah setengah jam berlalu, dan sejak lima belas menit yang lalu tempat ini sudah sepi, yang lain sudah pulang. Dan kini Argi menjadi resah dan khawatir. Setelah menimbang-nimbang, Argi akhirnya memutuskan untuk masuk.

Ia menyusuri lorong utama dan tak menemukan ciri-ciri kehidupan disana. Argi menghela napas putus asa ketika hingga ujung lorong tempat dimana gudang berada dan sangat pojok, Alegra tak ditemukan. Mungkinkah Alegra telah pulang tak menunggu dirinya? Setega itukah Alegra? Argi menghentikan langkah berbalik hendak kembali keparkiran dan memutuskan untuk pulang.

Tapi langkahnya terhenti kembali. Ia mendengar suara Isak tangis. Bulu kuduk Argi berdiri, kenapa ditempat sepi seperti ini ada suara tangis? Mungkinkah ada hantu di siang bolong seperti ini? Pikiran negatif memenuhi benak Argi.

Tapi.. tunggu! Argi mempercepat langkahnya menuju asal suara. Mungkinkah..

Argi menghentikan langkahnya tepat didepan tangga menuju lantai dua. Dugaannya benar, disana duduk seorang perempuan yang menutup wajahnya dengan kerudung panjang yang ia gunakan. Ia bahkan belum mengganti baju ekskulnya.

Dia Alegra, orang yang sejak tadi ditunggunya di parkiran. Orang yang datang ke hidupnya beberapa bulan lalu, namun telah jadi orang berharga setelah mama bagi Argi. Orang yang kini menangis tak menyadari kalo Argi telah ada di hadapannya.

AlegrArgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang