#5

0 0 0
                                    

Argi mematut dirinya didepan cermin. Ia berulang kali menghembuskan napasnya, dan terus memastikan penampilanya rapi. Ini untuk pertama kalinya ia main pribadi dan itu artinya baru kali ini dia ngajak cewek jalan. Dia masih inget gimana dia minta izin ke mamanya.

Argi mengetuk pintu kamar mamanya.

"Masuk gi," ucap mamanya, Argi membuka pintu dan masuk.

"Hai ma.."

"Sini gi," panggil mama sambil terus melanjutkan rajutannya. Argi menghampirinya, dan duduk di sisi ranjang di atas lantai, meletakan kedua tangannya di atas pangkuan mamanya sambil sesekali memainkan bagian rajutan yang telah jadi.

"Kenapa?" Tanya mama

"Argi mau minta izin ma.." ucapnya ragu-ragu, alis mama mengangkat, keningnya mengerut.

"Izin? Buat apa?" Tanya mama heran.

"Weekend ini, Argi pengen izin buat main." Jelasnya takut-takut. Mama terkejut.

"Kamu minta izin main Argi?" Argi mengangguk patah-patah.

"Sama siapa?"

"Sama temen."

"Cowok?"

"Emh.. cewek" ucapnya pelan. Mamanya makin terkejut

"Kamu sehat Argi?" Ujarnya memegang dahi Argi, Argi memegang tangan mama, melepaskannya dari kening Argi.

"Argi sehat ma.. Argi baik. Argi cuma pengen main ke Bazaar buku. Tapi kalo mama gak izinin, Argi gak bakal maksa, karena buat Argi mama itu segalanya. Lebih penting dari apapun di dunia ini." Ucap Argi sungguh-sungguh. Mama tersenyum, lalu membelai kepala Argi. Dia tahu, putra kesayangannya itu memang sangat menyayangi dan menghormatinya. Itulah sebabnya dia jarang minta izin untuk main, kecuali untuk acara-acara sekolahnya.

"Jagain dia yah.." ucap mama lembut. Argo mengerjap-ngerjapkan matanya, tak percaya dengan yang mama katakan.

"Jadi mama izinin Argi main" mama mengangguk "serius ma?!" Mama mengangguk sekali lagi.

"Udah jangan nanya lagi, ntar mama cabut lho izinnya" gurau mama . Argi memeluk mama.

"Makasih ma.."

"Iya.." Argi melepas pelukannya.

"Kalo gitu Argi keluar dulu ma, ada urusan di luar." Mama mengangguk, menatap kepergian Argi.

"Akhirnya kamu ngerasain perasaan itu gi. Mama bersyukur karna akhirnya kamu berani keluar dari zona nyamanmu."

~

Tok.. tok..

Argo mengetuk pintu rumah Alegra. Dia gugup, pasti! Karena dia tak pernah berpengalaman mengajak seseorang main. Temen cowok aja gak pernah, apalagi cewek.

Seorang wanita paruh baya membuka pintu. Wajahnya masih cantik sama seperti mama.

"Eh, siapa ya? Mau ke siapa yah?" Tanyanya ramah.

"Emh.. maaf tante, saya Argi, Alegranya ada Tante?" Tanya Argi sopan. Ibu itu tersenyum.

"Oh.. temennya Legra, masuk de.." ujarnya membuka pintu lebih lebar.

"Makasih Tante." Argi masuk dan dipersilahkan duduk oleh ibu itu -yang ternyata ibunya Alegra.

"Mau minum apa?" Tawarnya

"Gak usah Tante, makasih." Tolaknya sopan.

"Eh.. gak usah sungkan. Adek namanya siapa?"

"Argi."

AlegrArgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang