00

68 7 7
                                    

Ini tentang ku, Sewindu Rubby Adriani.  Tentang gambaran cinta yang dikenal khalayak ramai dengan sebutan cinta bertepuk sebelah tangan.

Mencintai seorang Tubagus Mahendra adalah sebuah hal menyenangkan tetapi didominasi oleh rasa sesal.

Kenapa ? 

Ya.. karena memang seharusnya tidak.

Mungkin ini karma dari sang semesta karena telah berani melanggar hukum alam yang dengan tegas menyebutkan bahwa 'laki-laki dan perempuan tidak bisa berteman'

Kalau saja waktu bisa diulang, mungkin akan lebih baik jika aku menolak ajakan pertemanan konyol darinya saat ospek dulu..

"nama kamu Rubby ya?"

Sejenak aku terdiam, saat itu aku duduk di box semen dan minun es teh manis yang 5 menit lalu ku beli, tiba-tiba datang laki-laki berambut hitam sedikit ikal, dengan kacamata yang kira-kira minus 2, dan memiliki lesung pipi disebelah kiri . 

laki-laki ini siapa?

"iya" akhirnya kata ku

"lucu,  seperti merek sepatu yang ku pakai"

Hah apa katanya?

Tidak lama setelah itu, dia tertawa hambar sambil melepas salah satu sepatu yang dia pakai . "lihat ini" katanya sambil menujukkannya padaku.

RUBY, merek sepatunya. Dengan size 43.

"namaku B nya ada 2 , itu cuma satu" kataku tidak terima

"Tubagus Mahendra, jurusan sastra"

Dengan membalas jabatan tangan darinya, aku mengatakan "ooh"

"lalu?" katanya

Sejenak aku tersadar

"O-oh maaf,  Sewindu Rubby Andriani"  sambungku

"Rubby ayo kita lomba.  Kalau ukuran sepatu kamu lebih kecil dari sepatu yang aku pakai,  kita harus berteman sampai lulus"

"kenapa harus begitu?"

"daun di kepala kamu bilang kalo kamu orang yang menyenangkan untuk dijadikan teman"  katanya sambil menunjukan daun kering yang dia ambil dari rambutku

"omong kosong. Tidak mau,  sudah jelas ukuran kamu lebih besar"

"apanya yang lebih besar?" tanyanya dengan mata menyipit

"apasih!"

Ku tinggal saja dia,  dasar aneh!

Tak cukup disitu,  dia mengejar larian kecil ku dengan langkah kaki lebarnya.  Tidak berhenti disamping ku,  tapi selangkah didepan ku dengan posisi kita yang saat itu berhadapan.

Dengan deretan gigi rapih yang terus dia perlihatkan,  dia melepas sepatu 'Ruby'nya dengan cara menginjak bagian belakang dari sepatu itu secara bergantian.

Setelah memastikan sepatunya lepas,  dengan berlari mundur dia bilang "sepatunya buat kamu saja, sebagai tanda perayaan hari pertama kita. Tidak perlu khawatir, aku bawa sendal jepit kok,  sampai ketemu lagi Rubi"

Sampai detik ini aku bingung kata 'sampai ketemu' nya itu untuk ku atau untuk sepatunya.

Semenjak kejadian itu,  pertemuan aneh yang menjadi alasan hati seorang Sewindu Rubby Andriani saat ini menjadi kelabu.

Karena nyatanya,  seorang Tubagus Mahendra sudah menaruh hatinya pada orang lain, Kiara Anandita, teman dekatku. 

Kini aku sadar, melihat orang yang melihat orang lain bukanlah hal yang meyenangkan. Jatuh cinta sendirian seperti ini memang seharusnya tidak ada.

T i t i k  D i d i HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang