04

27 4 2
                                    

"aku pulang ya By,  salam buat Pakde"

"iya makasih, Gus. Kamu hati-hati"

"siap tuan putri"

Tubagus mengantarku pulang selepas mengantar Kiara. Tadinya dia mau mampir, tapi ku larang. Aku tau dia pasti capek. 

"udah pulang nduk?"

"udah Yah,  capek banget. Tapi seru"

"syukur alhamdulillah"

"ayah ya yang taro autan di tas Rubby?"

"iya, sebelum kamu pergi, Tubagus telpon minta izin bawa kamu buat champing, pasti banyak nyamuk disana"

Jadi konsep ayah itu sedia Autan sebelum DBD.

"kok ayah setuju? Padahal waktu Rubby SMP sampe SMA ayah larang Rubby ikut"

"loh memangnya dulu ayah ngelarang kamu? Kan dulu ayah izinin"

"iya ayah izinin tapi dengan syarat ayah ikut Rubby camping kan?"

Ayahku tertawa, mungkin Ia baru menyadari persyaratan yang menurutku sampai saat ini terdengar konyol,  tapi manis. "kan sekarang ada Nak Tubagus yang jaga kamu dari nyamuk aides agepthy"

Pantas saja semalam suntuk Tubagus jaga api unggun,  ternyata ini alasannya. Nyamuk.

"yaudah,  Rubby mandi dulu.  Ayah masak apa?  Rubby laper"

"ayah belum masak,  telur aja ya? Mau mata sapi atau dadar? "

"yang mana aja Rubby suka, masakan ayah gak pernah gagal"

"kamu ini kalo ada maunya aja manis banget kaya anak kucing Pak Damar"

Aku tersenyum "Rubby mandi dulu ya yah"

"iya tuan putri"

Gara-gara Tubagus,  ayah jadi ikut-ikutan memanggilku tuan putri. Salah gaul memang.

Sebelum benar benar pergi,  aku bilang "makasih yah, pake kecap juga ya".

.

.

.

Selesai dengan urusan mandi dan makan telur mata sapi dengan topping kecap asin buatan ayah yang luar biasa enak, aku malah melamun.  Benar kata orang ya,  jam malam itu memang waktu yang pas untuk overthinking.

Dulu waktu Tubagus menanyakan bagaimana perasaanku, rasanya lidahku tercekat. Kolangkaling isian es oyen yang kuminum langsung masuk ke tenggorokanku tanpa ku kuyah.

"kalau perasaanmu gimana by?"

"maksud kamu?"

Saat itu mungkin bibirku sudah pucat pasi, bagaimana tidak? dadaku berdebar 2x lebih cepat dari biasanya. Aku mengalami takikardia. 

"ya perasaan kamu, udah ada cowo yang kamu suka belum?"

Oh.. Tenyata itu.  Aku sudah ketakutan karena hal yang tidak perlu ditakutkan.  Dulu kupikir Tubagus menanyakan tentang perasaan ku ke dia. Ternyata salah.

"belum"

Entah saat itu kebohongan ku kentara atau tidak. Yang jelas aku sudah berusaha bohong semaksimal mungkin.

"kalo ada laki laki yang kamu suka, kamu bilang aja"

"biar apa? Nanti kamu ledek"

Dia tertawa, Ya Tuhan tampan sekali.  "mana berani aku. Aku penasaran aja sama dia yang nanti jadi pangeran kamu,  tuan putri Rubby"

Dia bilang 'Dia'  ya?  Sebegitu yakinkah Tubagus kalo yang bersama ku kelak itu akan orang lain?

T i t i k  D i d i HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang