10

22 3 2
                                    

Terhitung dua bulan lamanya merantau di kota yang katanya memiliki tingkat kriminalitas rendah, entah apa yang harus dideskripsikan tapi disini tempat yang tenang.

Aku tidak bisa membandingkan Purwokerto dengan Semarang, jelas keduanya berbeda. Yang satu kota kelahiran, yang satu lagi adalah kota..pelarian? Tapi keduanya sama-sama indah.

Saat ini aku sedang menyeruput latte less sugar  dan memandangi kendaraan yang lalu lalang melewati cafetaria dekat kantor aku berkerja.

Membuka ruang obrolan di telepon genggam dan mencari kontak dengan nama Sagara. Lelaki cerewet yang meminta bertemu 20 menit yang lalu.

Kamu dimana?

Sagara
sebentar lagi

Sagara
Cie.. nunggu

Aku lagi sabar, bukan lagi nunggu


Aku melihat Sagara berlari dari radius kira-kira 80 meter dariku, lihat bagaimana dia tersenyum bodoh seperti anak SD yang baru mendapatkan uang jajan lebih dari orang tua nya.

"Maaf aku telat, makasih juga udah nunggu"

"It's okay, diminum dulu milkshake asem pesenan kamu"

"Ini seger, bukan asem"

"Menurut aku sama aja" kataku tak mau kalah

"Lusa jadi pulang?"

"Iya, Ayah sama Kiara udah neror aku nyuruh pulang"

"Tubagus?"

"Mmm Kia bilang kabar dia baik"

"Hubungan kalian gimana?"

"Ya gak gimana, cuma kalo nanti kita ketemu mungkin suasananya sedikit canggung"

"Masih suka?"

"Lagi berusaha buat ngga"

Aku bertemu makhluk bernama Sagara ini di toko barang bekas, saat aku salah mengira bahwa dia adalah salah satu pegawai disana. Sebuah pertemuan tidak sengaja itu yang entah bagaimana caranya bisa membuat aku mudah terbuka pada Sagara.

Sagara menggangguk paham "Kamu semalem begadang?"

Sepertinya kantung mataku tampak jelas di panca indra Sagara.

"Iya, lembur"

"Selain lembur di kantor, ternyata kamu hobi lembur di rumah juga?"

"Gak ada pilihan lain, deadlinenya hari ini"

"Tapi udah selesai?"

"Udah"

"Tunggu sebentar"

Entah apa yang akan dia pesan. Pasalnya,  strawberry milkshake yang dia titip pesankan tadi sudah ada di meja.

Beberapa menit setelah itu Sagara datang dengan sebuah nampan dan menyodorkan segelas teh hangat dengan hiasan daun mint bagian ujung cangkirnya "Nih, kopinya buat aku aja. Malem ini tidur kamu harus cukup"

Aku menghela nafas, "Sagara tampan, teh dan kopi sama-sama memiliki kandungan kafein, jadi apa bedanya?"

"Loh? Emang iya? padahal niat aku supaya terkesan gentle dan perhatian"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

T i t i k  D i d i HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang