02

33 6 4
                                    

Hari ini,  tepat setahun aku, Tubagus, dan Kiara berteman. Semalam Tubagus mengajak aku dan Kiara untuk hangout kecil-kecilan. Entah apa maksudnya, karena aku baru pertana kali mendengar ada hangout kecil-kecilan.

Dia hanya menyuruh kami untuk menyiapkan baju ganti 1 pasang,  dan 1 baju tidur.

Saat ini aku sedang menunggunya menjemputku,  katanya aku hanya perlu diam.

Oh aku jadi teringat, sekitar 6 bulan aku mengetahui bahwa laki-laki yang ku suka mengincar orang lain. Dulu ia berkata seperti ini..

"Rubby,  menurut kamu Kiara cantik gak?"

Jujur saja, baru satu pertanyaan yang dia ucapkan,  sudah membuat badanku mengeleyar. Tanpa perlu rasa panas ruangan dan lelah beraktivitas, peluh ku keluar dengan sendirinya.

Dari situ.. tahu bukan seberapa suka aku pada Tubagus?  Sudah ku taruh semua harapanku padanya. Bahkan aku sendiri tidak yakin,  kelak saat dia tidak bersamaku lagi, adakah harapan yang masih bisa terselamatkan? 

"cantik"

"iya ya cantik, seperti kamu"

Aku senang, dibilang cantik olehnya.  Tapi akan lebih senang jika tidak ada subjek lain. Hanya aku, tidak dengan Kiara.
Egois ya?

"Rubby,  aku mau jujur deh sama kamu"

Jangan,  kumohon..

Aku tahu persis atmosfer ini,  dari yang ku baca di novel atau yang ku tonton di series Netflix, itu adalah waktu yang tepat saat seseorang menyatakan perasaannya,  tapi itu bukan untuku.

"memang kapan kamu bohong, Gus?"

"iya juga ya, mmm By --- kayaknya aku suka sama Kiara"

"kamu yakin?" kataku,  berharap dia bilang tidak

"yakin"

Runtuh. Saat itu rasanya runtuh. Peluh yang ku keluarkan semakin banyak, telapak tangan ku dingin.

Baru pertama kali aku menyukai laki-laki selain ayah,  tetapi dipatahkan seperti ini.

Sesak sekali rasanya,  ditambah aku harus menjaga air wajahku agar tampak seperti orang senang karena menerima kabar gembira.

Rubby harus gimana, Yah? Saat itu aku hanya bertanya didalam hati,  walau aku dan ayahku tidak punya kemampuan telepati,  tapi hal itu sudah tertanam sejak kecil dalam diriku. 

"Dor! kalian lagi ngapain?"

Itu Kiara, saat itu dia menyelamatkan ku. Memang selalu seperti itu, jika ini sebuah dongeng maka aku adalah kurcaci,  Kiara sebagai snowhite,  dan Tubagus adalah penyihir yang memantrai buah apel.

Lihat?  Aku bahkan tidak jadi pemeran utama diceritaku sendiri.

"o-oh nggak" gugup Tubagus

"oh iya sorry ya, hari ini aku gak gabung dulu. Ada acara keluarga"

Memang saat itu kami rencananya ingin jalan-jalan,  sekedar nonton,  ngobrol,  makan atau apapun itu yang membuat kami senang. 

"yaudah kalo gitu aku sama Rubby aja"

"sorry banget ya,  Pak Wisnu udah jemput di depan, aku duluan ya. Kalian hati-hati"

Pakde Wisnu itu supirnya Kiara.  Gak jarang kami nongkrong ber-empat.

"hampir ketauan By.. Kaget aku"

"tapi kan ngga"

"iya tapi kan hampir"

"tapi kan ngga"

"iya tapi.."

"udah cukup, ayo berangkat"

"tapi hampir ketaun By"

"ku tinggal nih"

Aku berani bilang gitu karena memang Tubagus menumpang di sepeda ku. Tapi karena aku menyukainya,  jadi aku senang-senang aja. Tidak seperti awal kami bertemu.

We don't have planned pergi kemana dan ngapain, saat itu.  Tubagus yang mengayuh sepeda pun menyetir semaunya dia saja. Tapi karena kami pecinta telur gulung,  kami berhenti setiap ada yang menjual jajanan anak SD itu.

Benar,  setiap penjual. Jika kami menemukan 3 penjual,  ya berarti kita juga berhenti 3x untuk membeli. Alasannya klasik,  karena ingin mencicipi cita rasa telur gulung yang dibuat oleh penjual yang berbeda.

"itu ada telur gulung, Gus"

"mana?"

"itu loh disamping penjual mendoan"

"pegangan tuan putri,  kita akan lepas landas"

Satu pukulan berhasil kucetak dipunggung seorang Tubagus, selalu saja melebih-lebihkan.

Dulu aku bercerita tentang sosok Geez yang akan menutup toko es skrim jika Ann menangis, pada Tubagus. Lalu dia dengan mudah bilang "maka,  aku akan mencuri semua gerobak penjual telur gulung jika kamu menangis Rubby"

Memangnya dia mau kena hukum pinada?! Lagian itu juga kan memutus rezeki seseorang juga namanya.

"beli berapa dik?" lamunanku saat itu buyar karena pertanyaan dari bapak penjual telur gulung. 

"beli 5ribu saja pak" kataku

Gak lama setelah itu, Tubagus mengeluarkan uang 10ribu. Sudah hafal sekali dengan wataknya. Dia akan bilang "kembalinya diambil saja pak,  untuk beli minyak atau tusuk sate"

"kita duduk dulu disana ya By, sekalian beli es oyen, kayanya seger"

"ayo"

Saat itu kita duduk, di tepi jalan raya di bawah pohon mangga kalau tidak salah ingat.

"enak yang mana menurut mu by?"

"enak yang terakhir kita beli"

Dia sedang bertanya tentang telur gulung. Tadi kami bertemu 4 penjual telur gulung.

"Rubby,  menurut kamu , aku pantas nggak buat Kiara?"

Kenapa harus bahas ini si Gus,  es oyen dan telur gulung yang ku makan jadi berkurang rasa nikmatnya.

"memangnya aku siapa? Aku gak berhak menilai siapa orang yang pantas buat kamu ataupun buat Kiara, itu bukan ranah aku, Gus" jawabku

"benar juga"

"mau ku tanyakan?"

"apa?"

"perasaan Kiara ke kamu"

"kalau perasaan kamu ke aku gimana By?"

..

Eh cerita ku kepanjangan ya,  sepertinya Tubagus sudah sampai dihalaman depan.

T i t i k  D i d i HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang