09

20 10 0
                                    


Disini Taeyong sekarang. Rumah sakit tak jauh dari rumahnya. Taeyong panik bukan main apalagi setelah melihat seluruh tubuh Nara mulai memucat dan mengembung. Bahkan wajah sang adik sudah membiru, denyut nadinya juga melemah.

Sudah berapa banyak air yang ditelannya? Pikirnya begitu.

Di depan UGD, sembari menunggu pria jakung itu sudah menghubungi saudaranya. Menghubungi ayah? Oh tidak, itu hal buruk bisa gawat jika ayahnya tau si bungsu sengaja tidak ditolongi dan berakhir pingsan, dilarikan ke UGD.

Lantas, menunggu sekitar hampir setengah jam. Hanya beberapa saudaranya saja yang datang, yakni Doyoung, Yuta, serta Johnny.

Adik lainnya pasti masih bersekolah. Taeil, Winwin? Taeyong nggak mau telinganya panas mendengar omelan keduanya, alhasil ia tidak menghubunginya.

"Heh gimana bisa?"

Taeyong mengangkat bahunya acuh. Walaupun terkesan dingin dan tetap mempertahankan ekspresi seolah tidak peduli, namun jauh dilubuk hatinya dia merasa takut dan panik.

"Sebenarnya gue nungguin saat-saat gini sih, anak pembawa sial itu lenyap. Tapi masih terlalu cepat, bahkan gue belum banyak menindasnya" celoteh Yuta, justru mendapat jitakan dari Johnny.

"Heh, gimana pun ini semua ulah kita. Gak inget lu, subuh-subuh udah buat rencana ngerjain Nara. Dan nyuruh Haechan sama Mark beraksi? Gimana kalo dia meninggal, terus polisi curigain kita?"

Kali ini Doyoung ikutan nimbrung, "bener bang. Gue takut, gak siap juga kalo dipenjara."

Ctak

Ctak

Ctak

"HEH! Lu pada ye, pikiran udah kemana-mana. Gak usah bikin suasana makin mencekam deh!" gerutu Taeyong sehabis menjitak adiknya satu-satu.

.
.
.

Hampir dua jam, akhirnya dokter keluar. Panik mulai menggerogoti seluruh tubuh Taeyong, ketika panik ia pasti agak menggigit kukunya tanpa sadar hingga berdarah.

"Pasien masih kritis, tapi kami sudah melakukan penanganan pertama. Kami perlu persetujuan dari pihak keluarga untuk menandatangani surat rawat inap rumah sakit" ujar sang dokter bername tag — Suho Wijaya.

"K-kira-kira dirawat sampai kapan dok?"

"Mungkin sekitar seminggu paling lama, tergantung pasien, jika ia kuat pasti akan segera siuman. Doakan terbaik saja" jelas dokter Suho lagi. "Silahkan, salah satu ikut saya untuk mengurus surat rawat inapnya."

Akhirnya Taeyong ikut sang dokter, menyisakan Doyoung, Yuta, dan Johnny ditempat. Sempat saling pandang beberapa saat, dan mereka berinisiatif masuk bersama kedalam.

Mendadak, hati Johnny mencelos melihat si bungsu terkapar lemah di ranjang rumah sakit dengan banyak alat bantu pernafasan serta infus di punggung tangan mungilnya.

Berbeda dengan Doyoung dan Yuta. Keduanya menatap tanpa ekspresi sambil melipat tangan didepan dadanya.

"Cuy, gue jadi gak tega... Apa kita udah kelewatan batas ya? Udah dua kali dia masuk RS karena ulah sodaranya sendiri" jelas Johnny, raut wajahnya sendu.

Yuta berdecak, "Aelah santuy aja kali. Dia aja terlalu lemah."

Doyoung hanya mengangguk, menyetujui ucapan Yuta barusan.

Tanpa ketiganya sadari, seseorang dengan baju serba hitam lengkap dengan topi dan masker memperhatikan entah sejak kapan di depan pintu UGD. Terlihat juga rahangnya mengeras sambil mengepalkan tangannya.

.
.
.
To be continue

*hayo kira² siapa tuh?(^ω^)


"Am I bad?" || with NCT127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang