"Ma, itu minuman banyak buat siapa ya Ma?" Tanya Nurul dengan heran.
Marety menghentikan aktivitasnya,
"Buat kita," jawab Marety.
Nurul tambah bingung, ia tambah tak mengerti.
"Hah? Maksud Mama?"
"Iya, Minuman itu buat di perjalanan." Lanjut Marety.
Nurul pun menghentikan makannya.
"Emang kita mau kemana?"
"Mau pulang."
Seketika Nurul terdiam, detak jantungnya mendadak berpacu begitu cepat. Nafsu makannya pun mendadak hilang.
"Hah pulang?"
Marety langsung mengangguk-angguk.
"Iya sayang kita mau pulang habis ini, habis kamu makan."
Nurul menjadi hening, yang di takutkannya akhirnya terjadi. Benar saja, hari ini ia akan pulang, sebab Nurul juga berfirasat seperti itu.
"Pulangnya sekarang mah? Sekarang banget gitu?"
"Iya sayang, untuk saat ini kita gak bisa lama-lama dulu, Papa dan Mama sedang sibuk dengan pekerjaan,"
Nurul sudah menduga hal itu, setiap liburan selalu seperti ini, tiba-tiba dadakan pulang lah, dan hal itu pasti karna pekerjaan orang tuanya, yang menuntutnya untuk selalu terus bekerja, seakan mereka bekerja tanpa adanya hari libur.
Nurul menghembuskan nafasnya dengan berat, liburan kali ini tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
"Tapi mah, Nurul nggak mau pulang sekarang," tolak Nurul sambil menggeleng-geleng.
"Kita harus pulang sayang, nanti juga kita kesini lagi kok," ucap Marety memelan.
"Nurul belum main sama Debald mah, Nurul ada janji," ucap Nurul dengan sungguh.
"Kamu ada janji apa sama Debald?" Tanya Marety hanya ingin tau.
"Besok Debald ulang tahun, dan Nurul udah janji ke Debald bakal dateng ke ulang tahun Debald, tapi sekarang pulang kan mah? Jadi Nurul nggak bisa dateng ke ulang tahun Debald deh, padahal kan Nurul udah janji sama Debald, Nurul bakal dateng ke pesta ulang tahunnya, tapi nggak bisa, yaudah mau kaya gimana lagi,"
Marety menghembuskan nafasnya dengan berat, ia menatap sendu putrinya, ia sangat prihatin. Sebenarnya Marety juga tidak ingin pulang secepat ini, namun karena ada pekerjaan mendadak, mau tak mau ia juga harus pulang.
"Maafkan Mama ya sayang, Mama nggak bisa kabulin permintaan kamu," lirih Marety sambil memegang pipi Nurul.
Nurul tau itu, ia pun menunduk sedih, rasanya ia ingin menangis, matanya berkaca-kaca.
"Mah, sebelum pulang, Nurul mau ketemu dulu sama Debald, boleh kan mah?" Pinta Nurul pada Marety.
"Boleh sayang, kamu boleh bermain dulu bersama Debald, pulangnya Mama undur, kita pulangnya habis Dzuhur aja, nanti Mama ngomong ke Papa ya,"
"Iya mah, makasih udah ngasih waktu ke Nurul,"
Marety tersenyum tipis, lalu ia meraih tangan anaknya.
"Mama mau ke kamar dulu ya, kamu habisin makannya,"
"Iya mah,"
"Mama tinggal dulu,"
Setelah itu, Marety beranjak dari dapur meninggalkan Nurul sendirian.
Setelah kepergian Mamanya, Nurul menatap nanar nasi di depannya, ia sudah tidak nafsu lagi untuk makan, rasanya saat ini ia ingin menangis, ingin menangis, menyender di pundak Debald.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA INSAN YANG TERPILIH
Roman d'amour"Sesungguhnya memiliki mu adalah mimpi yang nyata." *** "Jika Nurul adalah Bayangan, maka Debald adalah Tubuhnya." "Jika Nurul adalah Manusia, maka Debald adalah Oksigen." "Jika Nurul adalah Kegelapan, maka Debald adalah Penerangnya." Dua insan yang...