"Mmm gimana ya... jadi sebenarnya ada yang mau ketemu sama lo."
Nurul langsung mengerutkan keningnya, sekarang tiba-tiba ia tertuju pada laki-laki disamping Revan.
"Siapa?" Tanya Nurul.
Revan menghela nafas lalu menghembuskannya dengan pelan. Lalu detik berikutnya ia menatap laki-laki di sampingnya, yang tak lain adalah Debald. Ya Debald, teman kecil Nurul.
"Nih, dia mau ketemu sama lo." Ujar Revan sambil menepuk pundak Debald.
Nurul menduga itu, pasti orang yang ingin bertemu dengannya adalah laki-laki yang berada di samping Revan, dan benar ternyata.
Debald, iya, laki-laki yang memakai kaos hitam itu Debald, Debald Al-Ghazali. Ia memiliki tujuan jelas hingga bisa berada disini yaitu ingin bertemu dengan seorang gadis asing yang merupakan teman sepupunya itu. Ya, Debald hanya ingin mencari, dan memastikan apakah gadis asing itu benar teman lamanya? Dan dari setadi juga, Debald terus mengamati gadis asing di depannya. Kulitnya yang putih mulus, badannya yang cukup bagus, rambutnya yang putih pirang. Ciptaan Tuhan yang luar biasa yang kini berada di depannya.
Nurul, sedangkan gadis itu terdiam, lalu ia juga sama-sama mengamati objek baru di depannya. Mukanya, badannya, hidungnya. Semua yang ada di dalam laki-laki itu, Nurul rasa mengenalnya. Tapi siapa?
"Siapa?" Tanya Nurul lagi.
Debald menelan salivanya, melihat gadis itu yang sudah sangat kepo akan siapa dirinya, Debald pun tersenyum tipis. Lalu Debald mengulurkan tangannya pada gadis itu, meminta berjabat tangan. Dan gadis itu sontak terkejut saat Debald mengulurkan tangannya, tapi tak lama kemudian gadis itu pun mau berjabat tangan.
"Debald Al-Ghazali." Ucap Debald sambil menunjukkan senyum khasnya.
Mendengar nama itu disebut, Nurul langsung membulatkan matanya. Detak jantungnya juga sekarang mendadak berdetak sangat cepat. Nama itu, nama yang sangat ia rindukan saat ini, nama yang selalu membuatnya tidak tidur tenang, nama yang selalu membuat hari-harinya menjadi semangat. Tapi, tadi dia tidak salah dengar kan?
"Nurul Marety." Ucap Nurul yang kini tangannya mulai mendingin.
Melihat itu Revan mengerutkan keningnya. "Harus kenalan lagi ya?"
"Harus, takut lupa." Ujar Debald sambil tersenyum tipis lalu segera melepaskan tangannya dari Nurul.
Nurul, saat ini gadis itu masih terdiam, ia masih tidak percaya. Seluruh badannya kini mendingin, dan jantungnya terus berdetak dengan cepat. Nurul menelan salivanya. Laki-laki itu sebenarnya siapa? Debald Al-Ghazali itu adalah nama teman kecilnya dulu. Tapi apakah Laki-laki itu benar temannya? Aish, tapi yang namanya Debald itukan banyak. Tidak-tidak, mungkin hanya mirip.
Dari fisik, jujur ada kemiripan dengan Debald yang ia kenal. Tetapi, ini agak berbeda. Yang ini kenapa tampan sekali di bandingkan dengan yang dulu. Namanya jugakan sekarang dia sudah remaja ya. Sedangkan dulu, Debald masih bocil, alias masih sangat kecil.
"Gimana? Sekarang uda ingatkan?" Tanya Debald pada gadis di depannya.
Jujur, Debald sendiri sebenarnya merasa tidak yakin kalau gadis asing itu benar temannya, sebab gadis di depannya ini sangat berbeda, dan sangat cantik bak bidadari. Rambut gadis itu lah yang membuat Debald tidak yakin kalau gadis di depannya ini adalah teman masa kecilnya. Sebab, dulu Nurul itu tidak mempunyai rambut yang berwarna putih pirang, warna rambut Nurul dulu adalah berwarna coklat dan sedikit bergelombang. Tapi sekarang, warna rambut gadis itu menjadi putih pirang dan lurus. Ah mungkin saja rambutnya itu di cat kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA INSAN YANG TERPILIH
Romantizm"Sesungguhnya memiliki mu adalah mimpi yang nyata." *** "Jika Nurul adalah Bayangan, maka Debald adalah Tubuhnya." "Jika Nurul adalah Manusia, maka Debald adalah Oksigen." "Jika Nurul adalah Kegelapan, maka Debald adalah Penerangnya." Dua insan yang...