Sabtu sore, di kediaman nenek Debald, di Bandung.
***
Di sore hari yang cukup cerah, dengan matahari yang masih bersinar di atas sana, dengan Debald yang tengah menelpon seseorang.
Sambil menunggu seseorang menjawab telponnya, Debald berdiri di depan cermin di kamarnya, ia melihat pantulan dirinya di cermin sambil menyisir rambutnya ke belakang, Debald juga menyemprotkan minyak wangi yang cukup banyak di tubuhnya.
Hari ini ia akan pergi bersama sepupunya itu, yang tak lain tak bukan adalah si Revan. Niatnya hari ini ia akan menelusuri rumah teman kecilnya dulu, yang konon katanya berada di Bandung, dan sekarang ia sudah berada di Bandung dengan versi terbarunya, yah Debald yang remaja.
Debald remaja sangat berbeda dengan Debald yang dulu, sekarang ia sudah tinggi, putih, badan yang bagus, dada yang bidang, hidung yang cukup mancung, rambut yang jambul dan perut yang kotak-kotak. Mungkin jika di bandingkan, Debald remaja jauh lebih tampan daripada Debald yang bocil. Mungkin Nurul juga tidak akan kenal dengan Debald yang sekarang, ntahlah.
DRRRTTTT...
"Hallo Bald?" Ucap Revan di sebrang sana.
"Hallo, lo kapan otw ke rumah gue?" Ucap Debald dengan sedikit kesal.
"Iya iya ini gue uda mau otw anjir, sabar napa!"
"lama lo!" Kesal Debald.
"Berisik lo! Untung-untung gue mau anter lo!"
"Cepet!"
TIT!
Panggilan berakhir.Debald menghembuskan nafasnya dengan kasar, sudah hampir setengah jam ia menunggu kedatangan Revan, namun anak itu malah tidak datang-datang sampai sekarang. Setengah jam yang lalu Revan bilang "Otw" namun sampai saat ini, anak itu malah belum datang. Mungkin 'otw' yang di maksudnya adalah otw mandi. Aish menyebalkan.
Debald keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga lalu menghampiri neneknya yang tengah membuat teh di dapur, Debald meminta izin pada neneknya untuk pergi bersama Revan sore ini, alhasil Debald di perbolehkan pergi asal pulang jangan lewat jam 9 malam.
Debald menunggu kehadiran Revan di pekarangan rumah neneknya, ia duduk di ayunan sambil flashback tentang teman kecilnya. Jika ia duduk di ayunan seperti ini, Debald lagi-lagi mengingat gadis kecil yang dulu selalu bersamanya. Gadis yang baik dan cantik yang sekarang entah seperti apa kabarnya.
"Jadi inget kamu Rul,"
"Sekarang kamu kaya gimana ya? Pasti makin cantik."
Setelah mengatakan itu Debald pun tersenyum, ia jadi tak sabar untuk segera mencari keberadaan teman kecilnya itu.
TOT!
(KLAKSON MOBIL)Debald yang mendengar itu ia langsung menghampiri Revan. Lalu Debald pun langsung memasuki mobil tanpa ijin ke pemiliknya.
"Gue udah nunggu lo berapa jam?"
"Yaelah cuma setengah jam doang lebay deh lo!"
Mendengar itu Debald langsung memberikan mata sinis.
"Setengah jam lama!" Kesal Debald.
"Aelah gitu doang, gue aja pernah kok nunggu orang sampe bertahun-tahun tapi masih bisa sabar."
"Yakin bertahun-tahun?"
"Hehe cuma 3 bulan si," Cengir Revan.
"Ckkkk." Debald berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA INSAN YANG TERPILIH
Romance"Sesungguhnya memiliki mu adalah mimpi yang nyata." *** "Jika Nurul adalah Bayangan, maka Debald adalah Tubuhnya." "Jika Nurul adalah Manusia, maka Debald adalah Oksigen." "Jika Nurul adalah Kegelapan, maka Debald adalah Penerangnya." Dua insan yang...