Nurul mengerjap - ngerjapkan matanya, ia pun memegang kepalanya, lalu Nurul melihat sekitarnya. Tunggu, ia sekarang sedang berada di dalam mobil?
Seketika itu Nurul langsung tersadar sempurna, yah benar saja, sekarang ia memang sedang berada di dalam mobil bersama keluarganya. Lalu Nurul menengok ke sampingnya dan terdapat Mamanya yang sedang menatap dirinya.
"Nurul kamu udah sadar sayang?"
Nurul mengernyitkan dahinya, ia pun menggeleng-geleng tak percaya, apakah sekarang ia sedang dalam perjalanan pulang? Sungguh ini tidak mungkin.
Mata Nurul mulai berkaca-kaca, kepalanya juga masih sangat berat dan sakit, badannya juga terasa sangat lemas.
Mengapa sekarang menjadi seperti ini? Debald, bagaimana dengan anak itu? Apakah tadi Debald sudah pulang? Aish pertanyaan pertanyaan itu sangat menumpuk di kepala Nurul, dan rasanya Nurul ingin sekali menanyakan hal itu pada Mamanya.
Nurul melihat ke luar jendela dengan mata yang terus berkaca-kaca, sekarang ia tak tahu bagaimana keadaan Debald tanpa dirinya, apakah Debald merasa sedih atau biasa saja? Apakah dia merasa kehilangan? Ahh, rasanya ia ingin terbang dan langsung menemui Debald.
"Debald kamu dimana? Nurul mau ketemu sama kamu Debald, Nurul mau pamitan." Ucap Nurul di dalam hati, lalu kemudian ia pun menangis.
Nurul meneteskan air matanya terus menerus, di dalam pikirannya saat ini adalah Debald, Debald, Debald dan Debald.
Nurul sangat yakin pasti Debald sangat kecewa padanya. Ia tidak menempati janjinya pada Debald, ia juga tak berpamitan pada Debald, dan ia juga tidak memberitahukan apapun pada Debald soal kepulangannya.
Nasi sudah menjadi bubur, tak bisa di jadikan Nasi lagi. Sekarang ia sudah berada di Bandung, bukan di Jakarta lagi.
Yang paling Nurul khawatirkan adalah ia takut tak bisa bertemu Debald lagi, sungguh hal itu benar-benar yang paling ia takuti. Bagaimana jika ia benar-benar tak bisa bertemu dengan Debald? Aish ia juga tak tau akan seperti apa nantinya.
"Hiks... hiks... hiks... hiks..." isak Nurul.
Marety menatap putrinya dengan iba, ia merasa sangat bersalah, seandainya liburannya tidak ke jakarta, mungkin hal ini tidak akan terjadi pada anaknya.
***
Bandung.
Nurul berjalan menuju ke kamarnya dengan gontai, badannya benar-benar sangat lemas sekali, dan sampai sekarang kepalanya masih sangat pusing.
Nurul langsung menaiki anak tangga, lalu memasuki kamarnya dan menutup pintunya. Lalu ia pun berbaring di atas kasur.
Nurul menatap langit-langit di kamarnya, ia pun kembali memikirkan keadaan Debald, kira-kira sedang apa anak itu? Apakah Debald sudah mengetahui kepulangannya? Lalu bagaimana perasaannya saat ini? Aish, Nurul benar-benar ingin sekali bertemu dengan Debald.
Jika Debald adalah tubuh, maka Nurul adalah bayangannya.
Lalu apakah bisa tubuh jauh dari bayangannya?
***
Keluarga Debald baru saja sampai di rumahnya tepat pukul 14.00 siang hari. Debald langsung membuka pintu mobil lalu ia langsung keluar dan berlari menuju rumahnya, lalu Debald mendapati bibi Nini yang tengah berdiri di depan pintu sambil menatapnya dengan dalam.
Debald menyapa bibi Nini lalu beralih menatap sebuah boneka Domba dan sebuah surat yang berada di tangan bibi Nini, ke kepoan Debald pun mulai merasukinya dan ia langsung tanya pada bi Nini boneka siapa yang di pegangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA INSAN YANG TERPILIH
Romance"Sesungguhnya memiliki mu adalah mimpi yang nyata." *** "Jika Nurul adalah Bayangan, maka Debald adalah Tubuhnya." "Jika Nurul adalah Manusia, maka Debald adalah Oksigen." "Jika Nurul adalah Kegelapan, maka Debald adalah Penerangnya." Dua insan yang...