BAGIAN 1

182 20 1
                                    

Nasib seorang gadis yang hidup menderita harus selalu siap menanggung pertikaian yang ada.

▪︎¤▪︎¤》♡♡♡《¤▪︎¤▪︎

Dering telepon milik Lyora menggema sejak satu jam yang lalu. Namun tak ada satupun yang ia angkat dan ia ladeni barang sedikit saja. Gadis itu tahu, para renternir Bos Arman masih saja mengincarnya. Sudah bisa di tebak kalau surat tanah milik orangtuanya belum sampai ke tangan mereka.

"Netha sialaaan!!!" umpatnya dengan raut wajah kesal. Ia marah karena adik kandung yang sudah lima tahun terakhir ia tinggalkan masih berpegang teguh pada pendiriannya. Gadis itu tak akan mudah memberikan harta berharga milik mendiang ayah ibu mereka kepada orang lain.

"Tunggu pembalasanku, Anetha! Lihat saja apa yang bakal aku lakukan ke kamu! Kalau kamu masih ngeyel mempertahankan surat itu, maka kamu yang akan menanggung semuanya!"

Seringai jahat terpampang nyata saat ini. Tangannya terulur untuk mencari nama seseorang di dalam ponsel berlogo Apple itu.

📞: "Halo, Ren. Gue butuh bantuan lo!"

📞: "iya, gue butuh uangnya sekarang. Dengan harga 2 - 3 Miliar.

📞: "Anak dari pemilik PT. Harizon Financial?"

📞: "Baik. Tunggu sampai besok lusa. Yang terpenting uangnya sampe ke rekening gue."

📞: " ...."

Panggilan itu terputus. Perempuan dengan rambut berwarna silver itu kembali tersenyum lega. Ia mengeluarkan vape berwarna hitam dari saku jaketnya. Menyalakan dengan lihai dan mulai menyesap hingga mengeluarkan asap tebal dengan aroma bubblegum.

***

"Kak Anetha?"

Gadis itu menoleh, "Hm?"

"Kakak nggak sekolah hari ini?"

"Lagi libur," jawab Netha berbohong. Pagi hari seperti ini ia sudah berada di depan warung gorengan milik bu Ati untuk mengganjal perut yang masih kosong.

"Bukannya kemarin Kakak juga libur, ya?"

Netha menggaruk tenguk yang tidak gatal. Sosok di sebelahnya ini bernama Gilang. Anak tetangganya yang berusia sembilan tahun. Jika ia berkata jujur, gilang pasti akan memberitahu nenek kalau hari ini ia bolos sekolah dan bekerja di salah satu kafe sebagai barista.

"Gilang nggak sekolah? Kok belum berangkat?" Bukanmya menjawab, Anetha malah balik bertanya.

"Lagi nungguin Ibu beli nasi uduk buat bekal," jawabnya setelah memasangkan kaos kaki yang diikat karet pada bagian atasnya. Mungkin saking terburu-buru, anak itu sampai tak sempat memasangkan kaos kaki di rumah.

"Ya udah, kalau gitu Kakak duluan, ya." Gadis itu pamit undur diri sebelum Gilang mengajukan pertanyaan lain lagi.

Sudah menjadi kebiasaan di setiap hari sabtu dan minggu ia habiskan untuk mencari uang tambahan demi mencukupi kebutuhan hidup. Tak jarang pula ia harus merelakan waktu yang dipakai untuk bersekolah dengan menjadi seorang pekerja paruh waktu. Padahal, saat ini ia sudah memasuki bangku kelas 12. Dan sebentar lagi akan melaksanakan Ujian kelulusan.

Namun apa daya, hanya ia satu-satunya yang dapat diandalkan.

Snow World Cafe House,

Sebuah tempat di mana kini ia mencari nafkah. Tempat yang mungkin di design oleh sang pemilik dengan maksud dan tujuan tertentu. Atau mungkin dikarenakan cuaca yang mendukung untuk mengistirahatkan diri, serta memberikan kenyamanan pada tubuh agar selalu tetap hangat.

SNOW WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang