BAGIAN 8

62 15 0
                                    

Memilih untuk bungkam
adalah hal yang paling benar.

▪︎¤▪︎¤》♡♡♡《¤▪︎¤▪︎

"Happy birthday to you ..."

"Happy birthday to you ..."

"Happy birthday ... happy birthday ..."

"Happy birthday, Honey ..."

Dari dalam layar tablet berukuran 10,5 inci, Zevian tersenyum lebar sembari memegang cheesee tart yang setengah jam lalu sempat ia beli di luar. Senyum itu tak pernah pudar untuk seorang gadis yang kini menatapnya dari dalam sana. Sama-sama bahagia, sama-sama menyalurkan rasa suka.

"Tiup dulu dong lilinnya," pinta Zevian pada sang kekasih. Meski ia tahu, wanita itu tak akan pernah mampu meniupkan langsung sebuah api kecil yang terpajang di lilin tersebut.

Namun bodohnya, tetap saja permintaan tiup lilin virtual itu dituruti. Meski yang satu jauh di mata, yang satu lagi berada di belahan dunia mana, keduanya tetap berbunga-bunga menyambut hari sukacita.

"Panjang umur selalu untuk kamu, ya. Percaya kalau aku di sini menunggu kepulanganmu." Lagi-lagi Doa itu terucap tulus dari bibir Zevian. Mengisyaratkan makna akan harapan yang memang sudah ia persiapkan.

"Aamiin ... makasih banyak, Sayang. Doain aja semoga tahun ini kuliah S2 ku cepat selesai. Jadi aku bisa langsung pulang dan menikah sama kamu."

Mendengar kata menikah, rasanya ada sesuatu yang menggelitik hati. Jika dulu ia sangat menanti ucapan itu keluar dari mulut seorang Kanaya, entah mengapa kini sensasinya berbeda. Mungkin karena terlalu bahagia, atau mungkin ada sebab lain yang ia sendiri tak tahu lebih jelasnya.

Namun kendati begitu, Zevian tetap mengamini setiap doa yang Kanaya panjatkan. Karena sebetulnya, ia pun masih ingin harapan itu terwujud menjadi nyata.

"Ya sudah, bentar lagi jam kedua udah hampir di mulai. Aku tutup yaa vidcall nya?"

Lelaki itu mengangguk. Sama sekali tak keberatan dengan permintaan izin sang kekasih yang memang harus melaksanakan kuliahnya di tempat asing.

Setelah panggilan tertutup, ia pun bergegas keluar dari kamar untuk meletakkan Cheese tart ukuran sedang itu ke dalam kulkas.

Namun, sampai di dapur kedua netranya menangkap sosok Anetha tengah membuat jus mangga bersama kedua juru masaknya.

Kebetulan sekali, kan?

Langsung saja ia bergerak mendekat dan meletakkan Chesee tart tersebut tepat di sebelah gadis itu.

Anetha mengerutkan dahi. Mungkin bingung dengan apa yang Zevian lakukan saat ini. Tanpa bicara apa-apa, ia seakan bertanya "Kue untuk siapa?!"

"Makan kalau lo mau. Kalau nggak mau buang ke tempat sampah!"

Setelah mengatakan tersebut, Zevian melenggang pergi. Meninggalkan seribu tanya di dalam hati seorang gadis bernama Anetha Valerine Aurora.

***

Sudah hampir seminggu, aku mogok bicara. Membiarkan segala keheningan menyelimuti kehidupan ini. Membiarkan segala derita yang terjadi, dan rasa sakit yang belum juga mengering.

SNOW WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang