BAGIAN 6

91 17 2
                                    

Harga diri kini tengah dipermainkan. Nuraninya tampak tidak lagi diperdulikan.

▪︎¤▪︎¤》♡♡♡《¤▪︎¤▪︎

Aku bersiap-siap dengan seragam putih abuku. Setelah selesai membuat sarapan untuk laki-laki sialan itu, kini saatnya aku untuk pergi berangkat ke sekolah.

"Gue nggak bisa anter jemput lo seperti yang Mama suruh, karena lo bukan tuan putri."

Hening, aku tidak menjawab satu kata pun. Namun dalam hati ragaku sudah berkoar-koar hebat.

Siapa juga yang mau minta antar dengannya?!! Ditawari 1000 kali pun aku masih enggan! Mending jalan kaki meski tanpa kendaraan pribadi! Toh, aku sudah terbiasa sendiri!

Tanpa melihat ke arah Zevian, langkah kakiku hanya lurus menuju ambang pintu. Berharap samapai sekolah nanti, beberapa teman dapat menghiburku.

Sebentar, teman?

Entahlah. Selama hidupku, aku tidak pernah mempunyai teman yang benar-benar bisa diajak berbagi.

Kadang aku berpikir, mengapa dunia tidak bisa berprilaku adil. Mungkin saat orang-orang sedang mengantri kebahagiaan, aku sedang tidak berada di sana. Tidak kebagian jatah, dan hanya mendapat sedihnya saja.

Miris, namun harus tetap di syukuri. Bukankah kita hidup harus dipenuhi rasa syukur? Terlebih pada apa yang kini dimiliki.

Tapi, satu-satunya hal yang tidak pernah kusyukuri di dunia ini adalah, menikah dengan laki-laki bernama....

Zevian Dirganthara.

***

"Iya, Honey. Aku lagi di kantin kampus sama temen-temen."

" ... "

"Ya kamu juga makan, lah. Jangan sampai sakit."

" ... "

"Pasti. Nanti sebentar lagi aku ada rapat BEM di Aula."

" ... "

"Mungkin malem, soalnya ini rapat penting."

" ... "

"Oke, semangat seminarnya yaa. Nanti aku telepon lagi."

" ... "

"Miss you, too."

Lelaki itu mematikan panggilan tersebut. Namun tak sadar ketiga temannya sedari tadi memperhatikan tanpa suara. Seakan aktivitas menelepon Kinaya adalah hal yang wajib untuk dipertontonkan.

"Kenapa lo bertiga?!" tanya Zevian mengerutkan dahi.

"Demi apa pun gue nggak nyangka lo masih pacaran sama Kinaya, Zev," jawab Zio menggelengkan kepala.

"Hebat juga yaa temen gue, dapet dua cewek dalam satu waktu," lanjut Sean ikut menepukkan kedua tangan.

"Kasih tips jadi playboynya dong Kakak," timpal Wisnu menyindir secara halus.

Zevian hanya diam. Tiga orang di hadapannya ini adalah teman akrab sedari masuk SMA. Berada dilingkungan pergaulan yang sama, dengan kasta yang sama, status yang sama, dan juga ketampanan di atas rata-rata.

Mereka semua menghadiri pernikahan ia dan Anetha waktu lalu. Tahu dengan segala cerita di balik status yang palsu. Tahu juga seberapa sayangnya Zevian dengan Kinaya, seberapa bucinnya ia, dan seberapa tak ingin kehilangannya.

Menikahi sosok gadis asing di bawah umur mungkin hal tergila yang pernah lelaki itu lakukan. Keberaniannya dalam mengambil keputusan tidak bisa lagi diragukan.

SNOW WHITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang