Storm pt.2

121 13 1
                                    

⚠⚠⚠

INI BUKAN UPDATE!!!Aku cuma mau ngerapiin part aja, Storm (part pertama kalo mungkin lupa) kubagi jadi dua episode soalnya aku baru sadar kalo ternyata panjang banget parah. Neomu mianhae
🙏🙏🙏

Ps. Dibawah ada pesan dikit, scroll aja langsung.

***


"Renjun!" Itu suara Ryujin. Aku menoleh.

"Kok baru dateng?"

"Tadi diinterogasi dulu sama Beomgyu," Jawabnya sambil duduk di sampingku.

"Terus kamu ngomong apa?"

"Jujur, lah! Ryu kan anak baik," Ia tersenyum lebar sehingga membuat pipinya terlihat semakin besar.

"Terus kok bisa berhasil kesini? Kabur ya kamu.." Aku menyipitkan mata, menahan diri untuk tidak menggerakkan tangan dan mencubit pipi chubby di hadapanku.

"Enak aja! Enggak lah! Tadi tuh emang sempet dimarahin sama Beomgyu, tapi akhirnya dibolehin. Tau deh kenapa. Suka aneh emang," Ia mencibir. "Oh iya Renjun. Tadi kok Renjun bilang makasih ke Chaeryoung? Emang dia ngapain?"

"Ooh.. Itu. Kamu mungkin gak tau, tapi waktu kemarin, waktu api kamu ngarah ke aku, ada orang yang neriakin namaku. Tadinya aku gak tau itu siapa, sampai dengar suara Chaeryoung di kamar tadi. Ternyata dia," Jelasku.

"Serius? Jadi dia yang nyelametin Renjun?" Ryujin membulatkan matanya, membuatnya semakin terlihat man-

Astaga. Apa yang kupikirkan.

"Yah, bisa dibilang begitu. Kenapa emangnya?"

"Nggak, gapapa," Ryujin menggeleng cepat. "By the way, Renjun mau ngomong apa?" Ia mengalihkan pembicaraan.

Aku bangkit dari dudukku dan berjalan menjauh membelakanginya.

"Aku mau nunjukkin sesuatu,"

Aku berkonsentrasi, dan perlahan aliran listrik memenuhi tanganku. Kali ini berwarna biru, bukan putih kekuningan seperti biasanya.

"Renjun!" Pekiknya di belakangku. "Harusnya aku nyuruh kamu buat janji gak akan ngeluarin petir di depan aku lagi!" Cara bicaranya berubah.

Aku mendecih. Tuh kan, gak berguna pancinganku kemarin. Ryujin tetap takut petir. Aku kecewa, tapi kejutanku malam ini tidak boleh berhenti disini.

Aku menyatukan kedua telapak tanganku dan dalam sekejap, petir di tanganku menghilang.

Harus. Berhasil.

"Ryujin, buka matamu!" Perintahku. Aku yakin dia sedang menutup mata dan telinga seperti kemarin.

"Gak mau!"

"Lihat dulu! Aku gak bakal ngapa-ngapain kamu!" Aku menoleh ke belakang, memastikan dia sudah membuka mata.

"Ryujin!" Bentakku. Ia pun mulai membuka matanya takut-takut.

Seiring dengan matanya yang membuka, aku juga membuka telapak tangan yang tadi ku satukan. Dan akhirnya, terlihatlah serbuk biru berkilauan berterbangan dari telapak tanganku, memenuhi langit malam bagaikan bintang.

Aku tersenyum. Berhasil.

Aku menoleh ke belakang untuk menemukan Ryujin yang tidak berkedip melihat 'bintang' buatanku.

"Apa kubilang. Bagus kan?"

"Itu apa?"

"Petir," Jawabku santai.

Shots Of RenRyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang