KEERK.. KEERK.. CSS..
Perlahan, letupan-letupan dari aliran listrik di tanganku mulai muncul, membuat gadis di hadapanku bergidik ngeri.
"Aku gak habis pikir, kenapa kamu selalu takut sama sesuatu yang gampang banget dibuat kayak gini?" Tanyaku datar, yang lebih terdengar seperti ancaman.
Aku perlahan bergerak maju, sedangkan ia mulai menutup mata dan telinganya untuk menolak kengerian di depannya.
CSS.. CSS..
"Renjun, jangan.." Lirihnya. Aku tidak memedulikannya, tetap maju selangkah demi selangkah.
"Ini cuma petir, Ryujin.. " Bisikku tepat di telinganya. Membuat tubuhnya mendadak bergetar hebat. Aku tersenyum melihatnya.
Bagus. Keluarkan, Ryujin, batinku. Aku mencoba menyentuh tubuhnya dengan tangan yang penuh petir.
"RENJUN!!" Pekiknya kencang. Dalam sekejap, api memenuhi hutan tempat kami berdiri. Senyumku semakin lebar.
Ini yang kuinginkan. Aku perlahan menjauh dari Ryujin.
"Renjun, awas!" Sebuah suara mengagetkanku. Itu bukan suara Ryujin. Aku mencoba mencari asal suara. Tapi, sebelum menemukannya, netraku lebih dulu menangkap sesuatu yang mengerikan.
Tepat di belakangku, api-api berlomba untuk menjilat tubuhku. Hanya tinggal beberapa senti lagi mereka akan membuat tubuhku jadi abu. Mataku melebar melihatnya.
Sial! Harusnya aku tahu kalau bakal jadi begini, rutukku. Aku mencoba menghindar, tetapi api-api itu terlalu cepat. Dan....
"Renjun!" Suara itu terdengar lagi.
BLAARRR!!
***
Krieet...
"Permisi.. " Aku mengucap salam sambil mengintip sedikit ke dalam ruangan yang kubuka. Tidak ada jawaban. Kuputuskan untuk masuk. Di ruangan itu hanya ada tempat tidur dan meja kecil di sebelahnya. Jadi terkesan luas.
"Ryujin-ah.. " Panggilku pada gadis yang duduk diatas tempat tidur. Ia sedang menghadap ke jendela sehingga wajahnya tidak terlihat, tapi aku yakin itu dia. Tapi lagi-lagi dia tidak merespon. Aku menghela napas.
Aku pun berjalan ke arahnya. Saat aku sampai di depannya, ia refleks menutup wajahnya dengan tangan.
"Ryu~!" Aku memanggilnya lagi, kali ini dengan nada manja dan dimanis-maniskan. Cara ini selalu berhasil meluluhkannya. Tapi tidak tahu untuk sekarang. Ia masih tidak merespon, tetap menutupi wajahnya dengan tangan.
Aku terdiam sesaat lalu kemudian menghela napas keras-keras. Baiklah, mungkin memang belum bisa diganggu. Aku menyerah, memilih untuk bangkit dan pergi.
"Renjun.. " Panggil Ryujin saat aku sudah berada di depan pintu. "Maafin Ryu.. " Aku menoleh ke belakang. Masih tidak bergerak ternyata. Hanya bicara.
"Kenapa harus minta maaf?" Nada bicaraku kembali seperti semula. Tenang dan terkesan dingin.
"Renjun pasti kena apinya Ryu, kan? Maafin Ryu, Ryu gak maksud buat nyakitin Renjun..." Suaranya bergetar.
Duh, segala nangis lagi anak ini, aku menepuk dahi.
Aku kembali ke hadapannya. "Hei, sini!" Aku meraih lengannya, berusaha untuk menghentikan aksinya menutup wajah dengan tangan. Dia berontak, tapi akhirnya aku berhasil.
"Liat, nih! Mana luka? Mana?" Aku memaksa Ryujin untuk melihatku. Ia perlahan mengangkat wajahnya. Kulihat matanya merah. Tuh kan, nangis. Aku memutar bola mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shots Of RenRyu
FanfictionKumpulan one-shot ship Renjun x Ryujin :) Manips cover by: @peisinoehina ©Minervairin