Mushafku (sequel Skenario Terbaik)

138 18 0
                                    

⚠⚠⚠

Chapter ini merupakan sequel dari chapter 'Skenario Terbaik' alias konten spesial lebaran. Mengandung banyak unsur agama Islam yang sedikit dalam. Bagi yang tidak berkenan silahkan mundur perlahan. Terima kasih 🙏

***

Hari ini adalah hari pertamaku pindah ke rumah kak Ryan. Sebagai istrinya, tentu saja. Kami telah menikah beberapa hari yang lalu. Jangan ditanya lagi betapa bahagianya aku. Sesuatu yang walaupun selalu kusebut dalam do'a, terasa mustahil terjadi.

Allah SWT memang tidak pernah mengkhianati doa hamba-Nya.

Ceklek.

"Silahkan masuk, afwan kalo berantakan," Kak Ryan menggaruk tengkuknya canggung setelah membukakan pintu kamarnya untukku.

Aku hanya bisa mengangguk kecil, kemudian mengekor di belakangnya yang membawakan koperku untuk masuk ke dalam kamarnya.

Baru selangkah masuk, aku sudah dibuat terpesona dengan keadaan kamarnya. Bayangkan saja, kamar ini adalah salah satu kamar laki-laki paling rapi yang pernah kulihat.

Tapi tetap saja, aku tidak berani mengutarakannya kendati itu adalah sebuah pujian.

Entah kenapa aku belum berani bicara padanya jika bukan hal penting. Semoga saja dengan keadaan kami yang kini serumah membuatku bisa lebih terbuka padanya, amin.

Aku berniat membuka koperku saat kak Ryan sedang membuka lemari untuk menaruh barangku, tapi ia segera menahanku.

"Gak usah, aku aja. Kamu duduk di kasur aja," Ia mengambil alih koper dari tanganku.

Aku merasa tidak enak membiarkannya membereskan barang-barangku yang tidak bisa dibilang sedikit, tapi karena ini perintah dari suami, tentu saja harus dipatuhi.

Sembari duduk, aku memperhatikan sekeliling kamar kak Ryan. Tiba-tiba, pandanganku terhenti pada sebuah jajaran buku di atas meja di pojok kamar. Disana ada sebuah mushaf bersampul kotak-kotak putih tosca.

Seketika ingatanku melayang ke lima tahun lalu, dimana saat itu aku masih satu pondok dengan kak Ryan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seketika ingatanku melayang ke lima tahun lalu, dimana saat itu aku masih satu pondok dengan kak Ryan.

Ia yang baru lulus SMA kemudian mengabdi sebagai ustadz dan aku yang seharusnya sudah kelas 3 SMA tapi masih berada di kelas intensif bahasa Arab karena menghafal Qur'an dahulu dua tahun setelah lulus SMP.

Dulu, aku pernah memiliki mushaf yang sama persis seperti itu, hadiah dari salah satu temanku untuk semua santri yang khatam Qur'an pada tahun yang sama denganku.

Aku membawanya ke pondok pesantren tempat aku dan kak Ryan bertemu. Lalu pada suatu kamis, aku menjalani ujian tengah semester di area sekolah santri laki-laki.

Karena saat itu pelajaran imla (pelajaran dikte bahasa Arab) -- yang mana tidak perlu belajar, hanya bermodalkan pendengaran -- aku memutuskan membawanya untuk mengisi waktu yang biasanya digunakan untuk mengulang pelajaran dengan memuraja'ah hafalanku.

Shots Of RenRyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang