🗝Hug Me - Chapter 4

3K 429 29
                                    

Disclaimer Masashi Kishimoto

Hug Me

Story by X_Raid

Mr. Presdir let me out..

🗝

"Yaps, ucapkan selamat pada nona Hyuga, kau terpilih untuk mengurus proyek pembangunan Resord di kepulauan Hokkaido."

Hinata menatap map bewarna biru didepannya bingung, Kiba balas menatapnya dengan kedua alis yang terangkat jahil. "Bagaimana ?" tanya Kiba.

"Eemm.. aku ?" ucap Hinata sambil menunjuk dirinya sendiri.

Kiba mengangguk, "Aku juga tidak menyangka, tapi namamu tercantum dalam kelompok devisi perencanaan pembangunan dan aku hanya bertugas menyampaikannya saja. Jadi jika kau bertanya kenapa kau yang terpilih, aku tidak tau."

Pria itu meletakkan map ditangannya diatas meja Hinata disaat gadis itu tidak juga menyambutnya. Kiba menepuk pundak Hinata, "Semangat ya."

Kiba pun berlalu pergi meninggalkan Hinata yang masih sibuk dengan pikirannya. Disebelahnya, manik emerald Sakura melirik map diatas meja Hinata dengan wajah sumringah.

"Wow, kau terpilih ?" Sakura bertepuk tangan dengan decakan kagum, "Selamat bergabung, aku juga terpilih hehe.." ucapnya sembari terkekeh.

Gadis bersurai indigo itu balas terkekeh canggung, pikirannya terasa kosong. Pertanyaannya adalah, dirinya yang bahkan belum genap 2 minggu bekerja sudah mendapat proyek sebesar ini ? Bukankah itu mustahil.

Bukannya meremehkan kinerjanya sendiri, hanya saja Hinata cukup sadar diri. Dirinya belum pernah bekerja dimanapun dan tidak ada resume yang menyatakan kemampuannya hingga dipercaya untuk memegang proyek ini. Tidakkah itu aneh ?

Hinata kembali melirik map yang ada diatas mejanya kemudian menghela nafas pelan dan meletakkan map itu diatas tumpukan map penting lainnya. Lupakan dan anggap saja itu kebetulan yang menguntungkan.

Setidaknya itulah yang ia pikirkan beberapa saat lalu sebelum berakhir dengan terduduk kaku diruang meeting. Hinata meneguk ludahnya susah payah sembari melirik pria yang duduk dikursi kepala dengan tatapan yang terang-terangan mengarah pada dirinya.

Hinata menghembuskan nafas gusar dan berusaha fokus pada apa yang disampaikan oleh ketua devisi, sesekali dia mencatat poin-poin pentingnya. Tapi tetap saja, seberapa kuat Hinata mengabaikannya, tatapan yang seperti mengulitinya itu tidak bisa untuk diabaikan.

"Hyuga-san, bagaimana dengan pendataan keuangannya ? Apa kau sudah mengakusisinya ?"

Hinata menoleh menatap pria bersurai coklat yang sedari tadi menjelaskan tentang proyek mereka. Gadis itupun mengangguk, "Iya, seperti yang Haruno-san sampaikan sebelumnya, lokasinya yang berada dipinggir pantai akan lebih cocok jika menggunakan pohon kayu lokal yang kokoh dan beberapa material tambahan lainnya. Untuk itu saya sudah menyetarakan jumlah keuangan yang diperlukan setelah mempertimbangkan keawetan material." Jelas Hinata.

Pria itu mengangguk puas dan menatap pria yang sedari tadi masih menatap Hinata lekat. "Bagaimana Namikaze-sama ?" tanyanya.

Hinata meremat jemarinya gugup saat pria bermarga Namikaze itu menunjuknya yang membuat seluruh mata yang berada diruangan itu fokus pada dirinya. "Aku memerlukan data yang lebih detail lagi dan perinciannya, untuk itu mintalah data material dari Haruno-san, setelah itu datanglah keruanganku dan jelaskan lebih dalam lagi." ucapnya tegas.

HUG METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang