04

575 94 14
                                    

"Anyway, Park, aku tidak akan percaya kalau dia bukan anakmu sampai kau membutikannya sendiri," ujar Jongin yang membuyarkan lamunan Chanyeol.

Usai mengucapkannya, Jongin menghampiri Baekho yang masih bersama Sehun. "Lain kali jangan dekati saluran air itu lagi, ya!" Jongin berkata setelah mengusak rambut Baekho.

Melihat Sehun yang mengernyit bingung, Jongin menambahkan, "Ah, tadi dia hampir jatuh ke dalam. Untung saja aku melihatnya."

Sehun menghela napas, tidak tahu harus berkata apa. "Terima kasih, umm, Anda siapa?" balas Sehun setelah beberapa saat.

"Ah, namaku Kim Jongin," sahutnya cepat sebelum melanjutkan, "hari ini aku ada urusan, jadi biarkan Tuan Park saja yang menggantikanku kalau kau ingin berterima kasih, bagaimana?"

Chanyeol yang memang sedang berjalan mendekati mereka mendelik tajam kepada penyebut namanya itu. Tatapannya seolah tengah mengisyaratkan, 'Aku lebih sibuk daripada kau yang seorang model freelance.'

"Oke, begitu saja!" Jongin berseru sebelum Sehun maupun Chanyeol sempat bersuara. Ia lalu melambai dengan santai dan meninggalkan mereka berdua di sana.

Chanyeol yang melihat kelakuan temannya itu diam-diam melayangkan berbagai macam kutukan kepadanya. Ocehan dari si kecil berhasil menarik kedua orang dewasa itu dari kecanggungan tak berarti.

"Papa, paman itu membelikan es klim untuk Baekkie, tapi es klimnya kecil sekali." Baekho mengakhiri kalimatnya dengan bibir yang cemberut.

Sehun yang menangkap maksud dari si kecil itu sudah akan menolak saat Chanyeol memotong ucapannya. "Ayo, Paman akan membelikanmu lebih banyak es krim kalau kau mau Paman gendong."

Bola mata Baekho perlahan membesar saat mendengar tawaran Chanyeol. Binar-binar kebahagiaan turut memenuhi netranya itu. Dengan ribut dan sedikit memaksa, Baekho meminta Sehun untuk memberikan dirinya kepada Chanyeol.

Tidak peduli apa pun yang dikatakan Sehun kepada Baekho, yang menjadi fokus utamanya sekarang hanya satu: es krim.

Baekho kini berada dalam gendongan Chanyeol setelah Sehun berdebat dengan dirinya sendiri selama beberapa saat. Melalui tatapan matanya, ia memberikan isyarat kepada Chanyeol untuk tidak menepati janjinya itu.

Tanpa menghiraukan permintaan Sehun itu, Chanyeol bertanya, "Apa kau bisa memasak?"

Evenfall

Dua orang yang terlihat seperti pasangan ayah-anak itu berjalan terlebih dahulu dengan raut berseri-seri—kontras dengan seorang pria lain yang mengikuti mereka di belakang. Dengan dua buah kantong belanjaan besar pada kedua tangannya, diam-diam ia merapalkan sumpah serapah kepada atasannya itu lantaran lebih memilih untuk memintanya memasak daripada langsung menyantap makanan di restoran.

Katanya, sih, sekalian menyurvei bangunan itu yang ternyata milik Park corp.

"Nah, di mana kamu tinggal, Baekkie?" Chanyeol melontarkan pertanyaan itu setelah menyuapi si kecil dengan sesuap es krim. Sesuai janjinya sebelumnya, Chanyeol membelikan satu cup yang berisi dua scoop penuh es krim untuknya.

Baekho yang tampak riang itu menunjuk sebuah unit apartemen dengan pintu yang agak berbeda dari yang lainnya. Chanyeol menaikkan sebelah alisnya sebelum berbalik dan berujar, "Aku baru tahu kalau pintu apartemen di sini tidak sama."

"Saya mendekornya sedikit supaya Baekho tidak salah mengenali tempat tinggalnya lagi." Sehun menjawab, mengerti apa yang ingin ditanyakan atasannya itu.

"Yah, tidak buruk juga," balasnya lagi sebelum menjulurkan tangannya yang bebas, "kuncinya."

Dengan susah payah, Sehun menyerahkan kunci apartemennya yang berbentuk kartu. "Sandinya?" Chanyeol kembali bertanya setelah kartunya sudah terverifikasi.

Pintu apartemennya terbuka tak lama setelah Sehun menyebutkan sandinya. Baekho yang tidak lagi digendong Chanyeol langsung berlari ke dalam tempat tinggalnya itu.

Alih-alih langsung memasuki aparteman itu, Chanyeol merebut kantong belanjaan di tangan Sehun sebelum berjalan santai—meninggalkan Sehun yang bingung.

"Di mana harus kuletakkan kantong-kantong ini?"

Pertanyaan Chanyeol sontak membuat Sehun tersadar dan langsung menyusul mereka. "Letakkan saja di pantri—astaga Baekkie, dari mana kamu mengambil itu?"

Langkah Sehun yang semula menuju ke dapur, langsung berputar arah saat melihat anaknya tengah memegang sesuatu—bra berwarna pink cerah. Chanyeol yang memang sedari awal sudah melihat potongan kain itu terus berlagak acuh tak acuh.

Ah, tidak—ia hanya "terlihat" begitu.

Usai menyimpan bra yang ditemukan Baekho, Sehun buru-buru kembali ke dapur dan hendak meminta Chanyeol untuk menunggu saja di ruang tamu. Belum sempat ia mengatakannya, ia terlebih dulu menabrak Chanyeol yang sedang berjalan ke arahnya.

Semuanya berlalu begitu cepat; keduanya terjatuh dengan posisi yang teramat canggung: Chanyeol di posisi bawah dengan kedua tangan yang melingkari pinggang Sehun; Sehun yang menahan beratnya agar tidak menimpa Chanyeol; dan … bibir mereka yang bersentuhan.

Sehun yang lebih dulu tersadar segera menjauhkan dirinya dan bergumam, "Maaf, aku akan—"

Matanya semakin membulat saat kepalanya kembali ditarik pada orang di bawahnya hingga bibir mereka kembali bertemu. Tidak ada pergerakan pada bibir mereka, tetapi tidak tahu sejak kapan, posisi keduanya sudah berubah. Chanyeol yang kini menindih Sehun.

Chanyeol mengakhiri ciuman mereka dengan lumatan dan gigitan kecil. Sebuah seringaian tercipta pada wajahnya, "Rasanya masih sama dengan malam itu, Oh Sehun."

Chanyeol berdiri terlebih dahulu sebelum membantu Sehun untuk berdiri. Ia lalu meninggalkan Sehun sendirian dan berjalan menuju sebuah ruangan yang diduga sebagai ruang tamu.

Bagaikan dua magnet yang berbeda kutub, Baekho yang menangkap sosok Chanyeol itu pun langsung menempel pada Chanyeol dan memintanya untuk bermain bersama.

"Baekkie, apakah Papamu memiliki kekasih?" Chanyeol melayangkan pertanyaan itu dalam volume kecil.

Si kecil tampak berpikir sejenak sebelum menjawab dengan semangat, "Kekasih? Apakah itu makanan enak?"

Chanyeol refleks tertawa pelan saat mendengar jawaban Baekho. Ia pun mengusak rambut si kecil dan membalas, "Bukan. Kekasih itu seperti … hm, papa dan mama? Mereka saling menyayangi satu sama lain."

"Papa bilang, papa itu mama?" Baekho mengernyit bingung—tidak beda jauh dengan Chanyeol yang terheran dengan jawaban itu.

Chanyeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal sebelum terpikirkan sesuatu. "Baekkie, apa kamu tahu apa itu 'ciuman'?" tanyanya, berharap kalau jawaban yang akan didapatkannya itu positif.

Baekho yang mengangguk yakin itu membuat Chanyeol bernapas lega. "Nah, kekasih itu, orang yang mencium Papa Baekkie."

"Seperti Paman tadi?" balas Baekho dengan wajah tak berdosanya. Chanyeol yang mendengar jawaban itu sontak terbatuk walaupun ia tidak sedang mengonsumsi apa-apa.

"Y-ya … mungkin?" Chanyeol menjawab dengan canggung. Tangannya yang bebas meraih Baekho untuk duduk di pangkuannya.

"Kalau begitu, cuma Paman saja!" Baekho berseru senang, sembari menerima camilan yang diberikan Chanyeol.

Saat mendengar suara pintu yang terbuka, Baekho sontak meminta untuk diturunkan. Ia langsung berlari ke arah pintu saat mendengar namanya yang dipanggil.

Dengan bersemangat, Baekho berteriak, "Mommy!"

Evenfall

Nahloh nahloh~

03.05.21

EVENFALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang