16

519 63 4
                                    

Let's go to the past, shall we?

Evenfall

5 tahun lalu.

Sehun terbangun dalam kegelapan. Kasur empuk, langit-langit yang asing, dan seorang pria di sebelahnya. Sekelebat memori berputar dalam kepalanya, kembali mengingatkannya mengenai malam panas yang baru saja ia lalui dan ... alasan dirinya berada di sana.

Dengan hati-hati, ia menyingkirkan sebuah lengan kokoh yang melingkari dirinya sebelum menggerakkan tubuhnya yang terasa pegal dan sakit pada beberapa bagian.  Matanya melirik ke nakas di sebelahnya. Sehun mengambil secarik kertas yang tergeletak di atasnya dan meneliti isinya.

Sebuah cek.

Pandangannya lalu beralih ke arah pria satunya yang masih memejamkan matanya. Ia mengepalkan sebelah tangannya dan memalingkan wajahnya. Sehun lalu meraih sebuah pena yang berada tak jauh darinya beserta secarik kertas polos, sebelum membubuhinya dengan huruf-huruf penyusun kata.

Kertas itu diletakkan kembali ke tempatnya setelah beberapa saat. Pakaiannya yang berserakan di atas dinginnya ubin ia kumpulkan dan kenakan secepat kilat. Langkahnya terburu-buru saat sebuah gerakan kecil ditunjukkan pria satunya. Tepat saat kelopak matanya terbuka, Sehun tak lagi dapat ia temukan di mana pun.

Pria itu mendudukkan dirinya seraya menatap ke arah pintu kamarnya yang baru saja tertutup, sebelum berpindah pada secarik kertas di atas nakas yang ditinggalkan pemuda itu untuknya. Tangannya terulur untuk mengambil dan meneliti isinya. Sebuah senyum penuh ketidakpercayaan tersungging pada wajahnya kala membaca tulisan-tulisan itu.

Saya tidak akan memberitahukan tentang malam ini kepada siapa pun, Anda tidak perlu khawatir. Dan uang ini ... akan saya kembalikan suatu hari nanti!

Evenfall

Sehun mengeratkan mantelnya kala angin kembali berembus. Jarum pendek jam sudah hampir menunjuk pada angka tiga saat ini. Wajar saja jalanan yang ia telusuri dengan susah payah terlihat begitu sepi. Langkahnya yang sedikit terseok mempersulit perjalanan pulangnya. Tak peduli seberapa jauh ia berjalan, tak satu pun kendaraan terlihat melintasi jalanan kala itu.

Ia terduduk setelah beberapa lama. Wajahnya dibenamkan di antara lipatan kakinya. Sebuah desahan kasar lolos dari bibirnya. Seluruh badannya tidak baik-baik saja.

"Hei, kenapa kau terduduk di sini?"

Sebuah suara asing yang tertangkap pendengarannya membuatnya mendongak. Sesosok pria yang belum pernah ia temui berdiri di hadapannya dengan kedua tangannya dimasukkan dalam mantelnya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya lagi saat tidak mendapat jawaban.

Sehun menganggukkan kepalanya pelan, masih mencerna situasi yang sedang terjadi. Pandangannya diedarkan ke sekitar. Spekulasinya semakin kuat saat ia menemukan beberapa club dan bar yang masih terbuka. Bagaimana bisa ia lupa kalau ia sedang melintasi distrik lampu merah?

Uluran tangan pria asing itu ditepisnya dengan pelan. "A-aku baik-baik saja," jawabnya cepat sebelum kembali berdiri. Namun, gerakannya yang terburu-buru malah membuat dirinya tak seimbang.

Saat Sehun menyadari bahwa dirinya tidak kembali menghantam lantai, ia membuka kelopak matanya dan menemukan raut khawatir dari pria asing itu. Tatapan mereka terkunci selama beberapa saat, sebelum akhirnya Sehun membebaskan dirinya. Ia lalu sedikit membungkuk kepadanya dan berkata, "Terima kasih dan sampai jumpa."

Tangannya yang dicekal berhasil menghentikan pergerakannya. Ia membalikkan badannya dengan ekspresi penuh tanya. "Ah, maaf, aku tidak bermaksud—" Pria itu melepaskan genggamannya dann menggaruk belakang kepalanya dengan canggung, "Apakah aku boleh mengetahui siapa namamu?"

EVENFALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang