tiga

3.6K 593 93
                                    

"Ah! Syukurlah kau sudah sadar!"

Chifuyu menatap seorang yang berdiri di depan pintu kamarnya. Orang itu perlahan mendekat kearahnya.

"Maaf ya, aku jadi terkesan tidak sopan memasuki rumahmu seenaknya."

Chifuyu hanya diam mendengar penjelasan orang itu. Ia tidak begitu mempermasalahkannya sih.

"Aku menemukanmu pingsan dipinggir jalan dengan luka yang cukup parah. Tadinya mau ku bawa ke rumah ku saja, tapi mengingat betapa berantakannya rumahku jadi aku mengurungkan niatku." Jelas orang itu.

Orang ini baik. Pikirnya. Sangat jarang ada orang baik seperti ini di jaman sekarang.

"Terimakasih, m-maaf merepotkan mu."

"Haha tidak apa-apa! Itu bukan masalah besar. Omong-omong apa masih ada yang sakit?" Tanyanya.

"Ha-hanya sedikit pusing."

"Kalau begitu istirahatlah dulu, aku pinjam dapurmu boleh ya?"

"Eh? B-boleh.. tapi untuk apa?"

"Membuatkan mu teh hangat dan bubur."

"Ti-tidak perlu."
Chifuyu segera beranjak dari kasur dengan cepat.
Namun, ia sedikit terkejut karena nyeri diperutnya belum reda, dan menyebabkan Chifuyu hampir jatuh dari kasur jika saja orang itu tidak menangkapnya.

"Aishh.. kau sebaiknya lebih berhati-hati, bagaimana jika tadi tidak ada aku? Lukamu bisa tambah parah."

"M-maaf.."

Orang itu mengangguk singkat seraya melontarkan senyum manisnya.

"Baiklah, sekarang kau hanya perlu istirahat. Aku sudah membeli bahan-bahan untuk memasak jadi harus langsung ku buat sekarang."

Chifuyu membuka mulutnya, hendak bicara namun terpotong olehnya.

"Pakai uangku, kau tidak perlu khawatir. Lagi pula kau sepertinya masih anak sekolah, uang pegangan mu mungkin tak begitu banyak."

"Besok datanglah kesini! Aku akan mengganti uang mu!"

"Tidak perlu. Seperti yang ku katakan tadi, kau hanya perlu istirahat." Chifuyu mengangguk patuh. Orang itu pergi meninggalkannya menuju dapur.

Setelah selesai bergelut dengan dapur, ia (orang itu) kembali menuju kamar dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas teh hangat.

"Ah! Dia tidur lagi ternyata." Tangannya terulur menyentuh sudut bibir Chifuyu yang memar akibat pukulan Baji, si pemilik bibir bergumam kecil menolehkan kepalanya kearah yang berlawanan, tidak suka tidurnya diganggu.

Pria asing itu mencubit pelan hidung Chifuyu, membuatnya mengernyit heran karena nafasnya tertahan tiba-tiba.

"Ugh.." Chifuyu memegang tangan orang itu tanpa sadar.

Ia terkekeh pelan melihat Chifuyu yang belum sadar dari tidurnya nampak terlihat kebingungan.

"Apa ini.." Chifuyu perlahan membuka matanya, mengerjapkan matanya beberapa kali.

Setelah sadar sepenuhnya, ia menatap lekat-lekat tangan yang dipegangnya.

"Sudah bangun?"
Chifuyu ingin melompat dari kasur karena kaget.

"Ah! Pelan-pelan! Kau bisa terjatuh lagi nanti."

"Maafkan aku! Maafkan aku! Maafkan aku!" Chifuyu menundukkan kepalanya berulangkali, merasa malu karena berlaku tidak sopan dengan orang yang tak dikenal.

Orang itu memegang bahu Chifuyu dengan perlahan. "Tenanglah, tidak perlu berlebihan seperti itu." Ujarnya.

"A-aku.. benar-benar minta maaf."

𝗣𝗿𝗲𝘁𝗲𝗻𝗱𝗲𝗿 | 𝗕𝗮𝗷𝗶𝗳𝘂𝘆𝘂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang