Part 3 : Dari Jeongyeon 🏀

213 50 29
                                    

Semoga bisa jadi temen malam minggu kalian hehe😁

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Paginya, aku bangun sedikit terlambat. Aku bergegas mandi dan mengambil roti selai yang sudah ibuku siapkan.

"Tumben kau bangun lebih akhir dari Nayeon," ujar ibu kepadaku.

"Nayeon sudah berangkat?" Aku bertanya padanya dengan mulutku yang penuh akan roti selai.

"Sudah. Dia bilang, dia ingin menjemput temannya dalu," Aku bergegas berangkat ke sekolah setelah ibu mengatakannya. Jelas, Nayeon menjemputmu kan?

Aku berlari menuju halte dan tak seorang pun ada di sana. Bus pertama mungkin sudah berangkat beberapa menit yang lalu. Aku mendengus kesal. Entah, kesal karena apa.

°•°•°

Istirahat kali ini, aku mampir ke perpustakaan hanya untuk mengembalikan buku yang kemarin kupinjam. Setelah itu, aku berjalan keluar dan menuju kantin. Mengingat tadi pagi aku hanya makan selembar roti, dan sekarang aku sangat lapar.

Sesampainya di tempat yang penuh dengan makanan juga penuh dengan siswa itu, aku melihatmu. Tetapi, aku hanya melihatmu dari kejauhan. Mana berani aku menghampirimu. Kepribadianku yang cuek dan dingin tidak terbiasa dengan hal itu.

Aku membawa nampan makananku dan makan di meja yang tak begitu ramai. Dari sudut ini, aku masih bisa melihatmu dengan jelas. Nayeon mengajakmu bicara, sampai-sampai kau membatalkan untuk melahap sesuap kimchi. Aku tahu kalian tidak hanya berdua, melainkan dengan rekan-rekanmu yang lain. Tapi aku lihat, lebih banyak perempuannya ya ketimbang lelakinya.

Ketika aku melahap nasi dan donkatsuku, tiba-tiba kau beranjak pergi bersama Nayeon. Sedangkan, rekan-rekanmu yang lain memilih untuk tetap tinggal. Ah, kau membuat makanku tak nyaman.

°•°•°

Setelah mengisi perutku di kantin, aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Tidak mungkin aku mengelilingi seluruh sudut sekolah hanya untuk mencarimu.

"Jeongyeon-ah, mau berlatih basket denganku?" Taehyung menepuk pundakku pelan dan aku langsung menoleh ke arahnya.

Aku tidak menjawab apa-apa. Melainkan mengeluarkan buku matematika yang ada di laci mejaku.

"Guru-guru ada rapat mendadak. Jadi semua dipulangkan lebih awal. Kau tak tahu?" ujar Taehyung sambil sesekali memainkan bola basket yang ada di tangannya.

"Kalau begitu, ayo." Aku mengurungkan niatku untuk belajar dan meng-iyakan ajakan Taehyung. Lagi pula, aku masih kesal denganmu yang tiba-tiba menghilang di kantin tadi. Sungguh tidak peka. Aku mencarimu, bodoh.

°•°•°

"Ayolah Jeongyeon, fokus." ujar Taehyung padaku. Lelaki itu sedikit sok-sok an setelah dipilih oleh pelatih sebagai kepala tim basket putra. Memang sih dia hebat dalam memainkan bola, juga tampan. Aku harap kau tak salah paham ketika aku mengatakan ini.

"Ah... sudahlah aku lelah," Aku memilih untuk berjalan ke pinggir lapangan dan mengambil air mineral yang berada di dalam tasku.

"Masa kau begitu saja sudah lelah, kau harus menyiapkan pertandingan nanti dengan matang," Taehyung terus mengomel dan aku memutar bola mataku tanda tak suka.

"Terserah," ucapku lalu pergi dari lapangan. Membiarkan Taehyung lelah dengan sendirinya. Habisnya, aku kesal sekali. Bisakah kau memukul kepalanya untukku?

°•°•°

Aku berjalan menuju halte, berharap aku bertemu denganmu. Dan benar saja, aku melihatmu bersama Nayeon dari jauh. Kalian tampak begitu dekat walaupun masih belum lama kenal. Tapi anehnya, kalian berdua naik bus yang tidak mengarah pulang.

Sebenarnya aku sangat penasaran. Tapi, ya sudahlah. Kau memang cocok bersama Nayeon.

Aku pulang dan mendapati ibuku yang sedang sibuk memasak untuk makan malam kami bertiga.

"Eoh, kau sudah pulang? Nayeon mana?" tanya ibu sangat perhatian kepada Nayeon. Walaupun bukan anak kandungnya.

Aku mengangkat pundakku tanda tak tahu. Lagi pula, aku sedang malas membahas kalian berdua.

Sampai akhirnya, jam makan malam tiba. Dan Nayeon belum juga sampai rumah. Sampai akhirnya,

"Aku pulang," suara Nayeon terdengar sampai meja makan.

"Ibu, bolehkan aku mengajak temanku untuk makan malam di sini?" tanya Nayeon kepada ibuku yang langsung kujawab dengan lantang.

"Tidak"

"Ayolah Jeong, kau kan juga kenal dengan Jimin," Nayeon menjawabnya. Dan jantungku tiba-tiba berdetak tak karuan. Ah, aku benci saat itu. Kalau jantungku terus-terusan begini kan bisa-bisa aku ke IGD.

"Tentu saja," jawab ibuku ramah.

Selama makan malam untuk yang pertama kalinya denganmu, sungguh aku gugup bukan main. Kau duduk di hadapanku. Itu masalahnya. Ah, kenapa kau berhasil membuatku tak fokus seperti ini sih.

°•°•°

Sekitar pukul sembilan malam, setelah kau pamit pulang pada ibuku, Nayeon mendatangiku yang sedang sibuk dengan layar komputer.

"Kau tahu-"

"Kau berkencan dengannya?" Aku memotong pembicaraan Nayeon.

"Kurasa bukan kencan. Hanya main biasa," jawab Nayeon sedikit gugup.

Kau tahu, mimik wajah Nayeon saat itu begitu tampak bahagia. Mungkin karena keberadaanmu, Jim.

"Tapi, bagaimana kau tahu-"

"Aku melihatmu naik bus bersamanya," Aku memotong pembicaraannya lagi.

"Gawat,"

"Aku tidak bilang ke Ibu," jawabku lugas sembari mematikan layar komputerku dan beranjak ke kasur empuk favoritku.

Hari itu adalah hari yang melelahkan. Bukan lelah karena fisik. Tapi lebih ke perasaan dan pikiran. Bahkan, aku tidak tahu kau pernah memikirkanku atau tidak.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hai.. mau ngabsen siapa yang excited sama cerita inii😁✋

Langit, Hujan, dan Senja✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang