Part 10 : Dari Jimin 🕖

175 48 29
                                    

Jangan lupa komen dan vote🌻
________________________________________

Aku masuk ke ruang klub lukis dan terkejut ketika melihatmu hadir di pertemuan klub melukis kali ini. Kau duduk di bangku paling belakang dan tampak sangat tenang. Tapi, ada sesuatu yang menangkap perhatianku. Kau bersama lelaki itu lagi. Memangnya kau sangat dekat ya dengannya?

Melihat kursi sebelah kirimu kosong, aku langsung berjalan ke arah sana dan meletakkan barang-barang bawaanku. Sedangkan Nayeon, dia juga mengikutiku saat itu.

Kau melihatku sekilas dan tampak tak peduli dengan keberadaanku. Aku mencoba untuk mengajakmu bicara kala itu, bertanya tentang latihanmu. Tapi sayangnya, lelaki itu yang menjawab.

Pembina klub mulai menjelaskan teori-teori sederhana tentang cara mencampurkan warna dan langsung menyuruh anggotanya untuk mempraktikkan hal tersebut.

Aku melihat wajahmu yang tampak ragu dalam memilih warna. Kau mengambil warna biru tua, lalu mengembalikkannya. Seakan tak yakin dengan pilihanmu itu.

Aku mengajakmu bicara lagi. Bertanya tentang lukisan apa yang ingin kau buat. Kau menjawabnya kali ini, kau bilang kau akan melukis langit biru yang cerah. Aku tersenyum kala mendegar responmu.

Kau pun bertanya balik padaku tentang apa yang ingin kulukis. Aku menjawabnya dengan semangat, tentang langit gelap dan kau mengomentarinya kalau itu terlihat menyeramkan. Aku terkekeh.

Kau kembali memandang cat akrilikmu, masih tampak bingung seperti yang kubicarakan sebelumnya.

"Kau masih bingung untuk memilih warnanya?" Aku bertanya padamu dan kau langsung mengangguk mantap.

"Aku jago dalam hal pewarnaan, mau ku-" Belum juga selesai bicara, lengan kiriku ditarik oleh Nayeon. Dia menyuruhku untuk membantunya dalam pemilihan warna langit senja.

Aku masih melihat ke arahmu sembari tak sadar menyerahkan cat akrilik warna hijau daun pada Nayeon.

"Jim, yang benar saja. Masa iya langit senja ada warna hijau," Aku terkejut, bagaimana bisa kau membuatku lagi-lagi tak fokus.

Nayeon menarikku agar lebih dekat dengannya, sedangkan netraku masih terfokus ke arahmu yang kini tak lagi bingung dalam memilih warna. Aku melihat Taehyung membantumu dengan senyuman tulusnya. Padahal, tadi aku ingin menawarkan bantuan untuk mengajarimu.

Dan kau tahu, setelah melihatmu nyaman bersama Taehyung, saat ini aku merasa seperti menerima kekalahan sebelum melakukan peperangan.

"Jim, fokus dong." Nayeon lagi-lagi menarik lenganku sembari mejahiliku dengan mencolekkan sedikit cat warna merah ke pipi kiriku.

Sekitar 20 menit berjalan, semua lukisan anggota klub siap dinikmati mata. Tak terkecuali lukisanmu, atas bantuan Taehyung, lukisanmu jauh lebih indah dari dugaanku. Sepertinya, kau menemukan guru yang tepat, Jeong.

"Jeong, mau pulang bersamaku dan Jimin?" Nayeon bertanya padamu yang sedang mengemasi cat dan kuasmu.

Kau menggeleng pelan.

"Kenapa?" Kali ini aku yang bertanya, dan kau langsung menoleh untuk meresponnya.

"Pertandingan basket akan dilaksanakan pekan depan, jadi aku harus latihan setiap hari," jawabmu yang kurasa ini adalah kalimat terpanjang yang pernah kau ucapkan kepadaku. Aku hanya mengangguk paham. Sedangkan kau, pergi bersama Taehyung.

°•°•°

"Nay, kau sudah mengerjakan tugas Fisika dari Pak Han?" Aku bertanya pada Nayeon sembari duduk di halte untuk menunggu bus.

"Tentu saja belum. Kau bertanya pada orang yang salah," Nayeon menjawabnya dengan santai.

"Tapi, kau tahu, tugas Fisika kali ini sangat sulit, aku tidak bisa mengerjakannya," Aku mengeluh karena tugas itu akan segera dikumpulkan besok.

"Tenang saja, Jeongyeon bisa membantumu," jawab Nayeon santai.

"Jeongyeon?"

"Iya Jeongyeon, dia pandai di semua mata pelajaran. Datanglah ke rumahku nanti malam, aku akan bilang padanya kalau kau ingin belajar kelompok," Jujur, aku sangat bersemangat saat mendengar perkataan Nayeon.

"Baiklah, jam berapa?"

"Emm.. jam 7 mungkin," Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat. Tak sabar ingin bertemu denganmu.

°•°•°

Sebenarnya ini masih jam 6 lewat 15 menit, tapi aku sudah siap berangkat ke rumahmu. Kakiku perlahan melangkah dan berhenti tepat di depan pintu rumah gadisku.

Tanganku meraih tombol bel yang menempel di dekat pintu rumah itu. Belum juga menyentuhnya, pintu yang ada di hadapanku terbuka dan sesosok gadis cantik mengenakan kaos oblong bergambar Winnie The Pooh berdiri di hadapanku. Jujur, kau lebih cantik dengan kaos rumahan seperti itu.

"Oh, Jimin? Ada apa?" Kau terkejut saat itu. Dan satu lagi, suaramu tidak terdengar dingin seperti biasanya.

"A-aku datang untuk belajar bersama," ucapku gugup karena kau terlihat lebih cantik saat rambutmu terurai.

"Bersama Nayeon?" Kau bertanya lagi, seakan ingin tahu apa yang akan kulakukan disini.

"Bersamamu juga kan?" Jeong, apa Nayeon tidak memberitahumu? Aish.. anak itu.

"Aku? Nayeon tidak memberitahuku. Tapi jika kau ingin belajar bersama denganku tidak apa-apa. Masuk saja, aku mau membuang sampah dulu." Aku mengangguk setelah menyadari plastik sampah yang ada di tangan kirimu.

"Hei, Jim. Sudah datang? ini masih jam setengah tujuh," Nayeon keluar dari kamarnya dan menatap jam dinding yang ada di ruang tamu.

"Iya, aku rasa tugasnya lebih banyak dari yang kukira, jadi aku kesini lebih awal," Alasan reflekku masuk akal juga kan?

"Baiklah, sebentar, aku mau mengambil bukuku dulu," Nayeon kembali ke kamarnya dan kau baru saja kembali dari luar rumah.

"Mau disini saja atau di meja makan?" Kau bertanya padaku dan nada dinginmu itu kembali lagi.

"O-oh... terserah kau saja,"

"Wah, ada tamu? Kalian mau belajar bersama ya?" Ibumu tiba-tiba muncul dan menyapaku dengan senyuman hangatnya.

"Halo Bibi," Aku berdiri dan menyapanya.

"Jeong, kenapa tidak makan malam  dulu? Masakan Ibu sudah siap,"

"Ayo kita makan saja dulu, aku sudah menahan lapar dari tadi," sahut Nayeon dengan tangannya yang membawa beberapa buku.

"Nanti saja, kau selalu mengantuk setelah makan," jawabmu kepada Nayeon. Sedangkan aku tersenyum simpul sembari melihatmu yang tiba-tiba cerewet.

Malam itu sedikit agak serius. Memang benar kata Nayeon, kalau sedang belajar, mode seriusmu keluar. Tapi kurasa, aku tidak pernah melihatmu saat mode bercanda.

_________________________________________

Alhamdulillah teman-teman.. aku jadi maba tahun ini.. terima kasih banyak atas dukungan dan doanya ya💜🌻

Langit, Hujan, dan Senja✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang