Part 17: Dari Jeongyeon🌂

121 31 18
                                    

HAIIII kangen gaaa.... dah lama banget ga kesini

siapa nih yg masih setia nungguin story ini????😁😁😁
_________________________________________

Bel pulang sekolah berbunyi sangat nyaring. Aku segera memasukkan semua buku pelajaran ke dalam tasku dan bergegas keluar dari kelas yang membosankan itu.

"Ha!!" Aku terkejut ketika kau tiba-tiba berdiri di hadapanku dengan raut wajah malaikat andalanmu. Ah, sejak kapan aku memuji-mujimu terus begini.

"Ada apa?" Tanyaku pelan sambil melihat sekeliling.

"Mmm.. tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan. Kau mau kan?" Ujarmu antusias.

"Jalan-jalan? T-tapi..."

"Ayo..." Belum juga selesai bicara, kau menarik lengan kananku sambil berlari menuju gerbang sekolah.

"Bagaimana... dengan Nayeon?"

Kau terdiam sejenak, seakan lupa akan janji kita kemarin.

"Dia bersama Sowon," ujarmu yang hanya kujawab dengan anggukan pelan.

°•°•°

Kau mengajakku ke sebuah tempat yang sangat asri. Sebuah cafe sederhana di tengah-tengah kebun bunga matahari. Bahkan, aku baru mengetahuinya kalau ada tempat seperti ini di kotaku.

Aku memandang kagum pemandangan senja itu sambil merasakan suasana yang jarang kudapati sebelumnya. Namun, tiba-tiba kau menepuk pundakku pelan. Seakan menyadarkanku dari lamunan ringanku.

"Kau menikmati pemandangannya?" Tanyamu sembari mengaduk es americano yang kau pesan. Sedangkan aku hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Ini akan menjadi salah satu tempat favoritku nanti," ujarku lalu menyeruput teh matcha yang kupesan.

"Bersamaku?"

"Hm?" Aku mengangkat alisku, bingung dengan apa yang kau maksud.

"Tempat favoritmu saat bersamaku," sambungmu lalu tersenyum.

"Mungkin," jawabku pelan lalu mengalihkan pandanganku ke arah matahari yang masih belum waktunya untuk tenggelam.

"Boleh aku tanya sesuatu?" Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Saat aku terlambat menonton pertandinganmu hari itu, kau marah?" Pertanyaan macam apa ini? Sudah jelas aku marah. Bisa-bisanya kau mengingkari janji yang kau buat.

"Ummm, tidak" Aku harap kau tahu kalau aku sedang berbohong.

"Aku tahu kau tidak bisa berbohong, Jeong. Apa jangan-jangan bukan marah, tetapi cemburu karena aku datang bersama Nayeon," Aku tidak suka dengan raut wajah menggodamu itu, Jim. Serius.

"Kau ini bicara apa sih, ayo pulang."

Kau hanya menyetujui ajakanku ketika melihat matahari perlahan-lahan mulai menyelinap ke belahan bumi yang lain.

°•°•°

Sesampai rumah, suasananya hening. Aku tidak mendapati ibuku yang menonton TV di ruang tengah maupun Nayeon yang biasanya menyambutku dengan pertanyaan aneh.

Aku melihat ibuku yang keluar dari kamar Nayeon sambil membawa baki makanan.

"Ibu, ada apa?"

"Nayeon sedang tidak enak badan, dia habis jatuh di kamar mandi." Aku terkejut dan sesegera mungkin masuk ke kamarnya.

"Dia lagi beristirahat. Jangan diganggu." Ibu melarangku dan aku hanya mengangguk.

Saat aku sibuk di ruang tengah dengan buku-buku sekolahku, ibu menghampiriku dan duduk di sebelahku.

"Tumben kau pulang setelah matahari terbenam, ada latihan basket?"

"Tidak, tadi aku kerja kelompok dengan Sana," ujarku berbohong.

"Nayeon besok sepertinya tidak bisa masuk sekolah, besok kau berikan surat dokter pada gurunya ya?" Aku hanya mengangguk.

"Apa kau masih kesal dengannya?" Tanya ibuku sambil menatap mataku khawatir. Aku ragu untuk menjawabnya.

"Kesal itu wajar, tetapi dia tetap saudarimu. Jadi kau harus bersikap baik padanya, buat dia bahagia. Anak ibu sekarang sudah besar kan? Jadi mulai sekarang, kau harus belajar bersikap dewasa kepada siapapun,"

Ibu tersenyum dan aku hanya memeluknya erat. Kau tahu Jim, aku langsung kepikiran dengan keputusan yang kita buat. Aku tidak ingin menyakiti Nayeon hanya karena aku menyukaimu. Apapun yang kuputuskan besok, kuharap kau dapat menerimanya.

"Apa kaki Nayeon baik-baik saja?" Aku bertanya pada Ibu sembari tersenyum, menutupi semua keraguan dalam hatiku.

"Baik-baik saja. Hanya saja dia sedikit demam."

°•°•°

Besoknya, aku membawa surat dokter milik Nayeon untuk kuberikan pada wali kelas Nayeon yang kebetulan saat ini sedang mengajar di kelasnya sendiri.

Aku melihatmu, duduk di antara bangku-bangku kelas. Kau pun menatapku, dengan senyuman yang biasanya memang otomatis terukir. Sedangkan aku hanya menatapmu dingin.

Seraya memberikan surat dokter pada wali kelas yang kutuju, aku juga meminta izin untuk memanggilmu keluar sebentar. Kau pun menyetujuinya.

"Maaf mengganggu waktumu," ujarku mengawali pembicaraan.

"Tidak kok. Mm.. ada yang mau kau bicarakan? Apa jangan-jangan kau hanya mau bilang kangen kepadaku," Sudah kubilang aku kesal dengan raut wajah menggodamu itu, Jim.

"Sudah aku putuskan. Aku tidak bisa bersamamu." Aku mengabaikan leluconmu dan mengatakan kalimat lugas ini dengan tatapan serius.

"Apa yang kau bicarakan, Jeong? Kau bercanda kan?"

"Tidak. Aku hanya tidak bisa bahagia di atas kesedihan orang lain. Nayeon itu saudariku, Jim. Aku tidak bisa melihatnya sedih hanya karena aku menyukaimu, dan aku tahu kalau dia sangat mencintaimu. Jadi, mulai sekarang, ada baiknya jika kita kembali seperti awal mula kita kenal, tidak ada perasaan apa-apa di dalamnya."

"Apa kau akan mengorbankan perasaanku?"

"Kita impas. Kita sama-sama berkorban. Kuharap, kau tidak marah dengan keputusan yang kubuat. Maafkan aku." Aku beranjak dari tempat itu dan meninggalkan Jimin sendirian.

Maafkan aku, Jim. Aku hanya tidak bisa mengecewakan Nayeon dan ibuku. Kuharap kau segera melupakan perasaan konyol ini.

_________________________________________

Akhirnya UAS kelarrr jugaaa yeayy...
gais minta doanya yaa semoga aku lulus semua matkul dan IP di atas 3, Aamiin..........

karena uas dan tugas dah kelar dan liburan mau tiba... aku bakalan sering upload yeayy.. dan series ini cuman beberapa part lagi guysssssss omg cepet bgt ga siii

pokonya kalian wajib vote dan komen sebanyak-banyaknyaaa!!!!! 🤍u all

Langit, Hujan, dan Senja✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang