Part 20 (Finale) : Dari Jimin ⛅

189 29 30
                                    

Liburan tlah usai, dapet dosen killer sip:) semangat diriku😭😭😭

LAST PART NIH BOSS😭😭😭 (pengumuman giveaway mingdep yaa)
_________________________________________

Aku terkejut ketika Nayeon tiba-tiba berlari ke arahku dan memelukku erat. Jelas terlihat, air matanya mengalir deras.

"Nay, ada apa?" Tanyaku sambil mengelus punggungnya. Berusaha menenangkannya. Namun, dia hanya menggeleng.

Tak lama kemudian aku melihatmu, kau juga melihatku yang mungkin terlihat seperti berpelukan dengan Nayeon. Kau yang melihat itu langsung pergi. Entah apa yang kau pikirkan saat itu. Apa kau marah, Jeong?

Setelah sedikit tenang, Nayeon bercerita tentang apa yang terjadi saat dia baru saja pulang ke rumah. Aku tak menyangka, sungguh. Aku jadi tahu alasanmu cuek dan nampak dingin seperti itu, Jeong. Tapi aku sama sekali tak menyalahkanmu.

"Jim, aku minta maaf jadi merepotkanmu," ujar Nayeon yang masih sesenggukan.

"Tidak merepotkan sama sekali, aku kan sahabatmu," jawabku menenangkan.

"Jim,"

"Hm?"

"Kenapa gelap?"

"Ap-" belum sempat meneruskan kalimatku, Nayeon lemas. Tak sadarkan diri. Jujur, aku sangat panik saat itu, Jeong.

Aku segera menelpon ibumu saat itu juga dan memberitahunya kalau Nayeon tiba-tiba pingsan.

°•°•°

Aku melihat wajahmu yang khawatir tak karuan. Kau menatapku lalu menanyakan keadaan Nayeon padaku.

"Apa yang terjadi pada Nayeon, Jim?" Bahkan, aku bisa melihat air matamu yang segera jatuh.

Aku hanya menggeleng pelan sambil berkata "Aku tidak tahu," lalu menunduk.

Kau pun menghampiri ibumu yang tampak sangat sedih itu, sambil menanyakan hal yang serupa. Ibumu hanya terdiam sambil menangis.

Esoknya, Nayeon sudah mulai siuman dan kau memeluknya erat, sangat erat.

"Kau kenapa? Kau sakit?" Aku bisa melihat ekspresi khawatirmu pada Nayeon. Bagaimana tidak, Nayeon yang terlihat baik-baik saja setiap harinya tiba-tiba pingsan di hadapanku.

"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing"

"Aku minta maaf," katamu pada gadis yang masih terbaring lemas itu.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba minta maaf?"

"Aku minta maaf karena mungkin perlakuanku kepadamu selama ini kurang baik dan mungkin membuatmu sakit hati," Kau menangis.

"It's okay, Jeong. Aku juga minta maaf jika aku pernah membuatmu sakit hati," ucap Nayeon dan kau menggeleng sambil mengatakan, "Tidak. Kau tidak pernah menyakiti hatiku," Nayeon tersenyum.

"Mmm, tunggu sebentar, apa kalian pacaran?" ucap Nayeon sambil menunjuk ke arah kita berdua. Kau pun menyangkalnya saat itu juga.

"Aku? Dan dia? Tidak. Itu tidak mungkin,"

"Jangan berpura-pura, Jeong. Aku tau kau menyukai Jimin sejak lama," Aku yang daritadi hanya sebagai pendengar dari kalian berdua langsung gugup tak karuan.

"Jimin menyukaimu, kau jangan khawatir," ucap Nayeon lagi. Aku hanya bingung dengan apa yang harus kukatakan.

"Jim, kau harus berjanji padaku untuk terus bersama Jeongyeon. Jaga dia baik-baik, dia agak sedikit liar," gurau Nayeon dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ahh.. Aku merindukan ibu,"

"Oh, mau aku panggilkan? Ibu sedang mengurus administrasi tadi," jawabmu pada Nayeon.

"Tidak. Ibu kandungku, Jeong."

°♡°♡°♡°

"Park Nayeon!!" Aku berteriak kepada gadis kesayanganku. Dia pun berlari sambil memelukku, seakan lama tak bertemu. Padahal, kita tinggal serumah.

"Jangan berlari, nanti kau jatuh." kataku padanya.

"Memang aku anak kecil?" Aku hanya tersenyum melihat keimutannya.

"Aku ingin es krim,"

"Kau sudah makan es krim kemarin. Kau tidak boleh keseringan makan es krim nanti kau demam seperti saat itu,"

"Itu sudah 3 tahun yang lalu, Yah. Aku sekarang sudah tujuh tahun, tidak akan demam,"

Aku menuruti gadis kecilku lalu pulang ke rumah. Ya, gadis kecilku. Peri cantik yang Tuhan berikan kepadaku dan Jeongyeon.

"Ibu, Ayah membelikanku es krim!"

"Kau membelikannya es krim lagi?" Jeongyeon, Istriku, yang sedang sibuk memasak untuk makan malam.

"Aku tidak bisa menolak permintaannya," ucapku lalu memeluk Jeongyeon dari belakang.

"Tidak ada yang lebih cantik di dunia ini ketika melihat istriku memasak,"

"Hentikan gombalanmu itu, Tuan Park."

"Tidak akan kuhentikan, Nyonya Park."

Sampai malam pun tiba. Aku dan Jeongyeon berbaring di ranjang kamar kami. Menatap atap tembus pandang sehingga jutaan bintang pun terlihat dengan mata telanjang kami malam itu.

"Aku merindukan Nayeon,"

"Mau tidur bersamanya malam ini?"

"Im Nayeon.
Apa disana dia juga bahagia seperti kita saat ini?"

Aku mengingat-ingat kembali masa itu. Sekitar 10 tahun yang lalu, aku dan Jeongyeon kehilangan orang terdekat kita, Nayeon.

Jujur, aku tidak tahu kalau dia sakit separah itu. Kanker otak stadium 4. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, selebihnya aku hanya berharap dia bahagia sama seperti aku dan Jeongyeon saat ini. Atau mungkin jauh lebih bahagia.

"Aku yakin dia lebih bahagia dari kita, Jeong. Tuhan memberikan kebahagiaan penuh padanya disana," ucapku sambil memeluk istriku sampai ia tertidur.

•°♡END♡°•

Yes, finally...💛
akhirnya sampailah kita di ending.

Aku mau berterima kasih banget buat yang mau baca ceritaku, vote dan komen ceritakuu.. thankyouu so much..💚💚💚💚💚

Aku juga minta maaf banget kalau endingnya kurang dari ekspektasi kalian🥺

‼️anyway, aku rencananya mau jualan thrift knitwear🥼🧥👗 gituu harganya  UNDER 50K 💸 aja, masih coming soon sih tp boleh difollow yaa di ig @enamour.land atau klik link ⬇️
https://instagram.com/enamour.land?utm_medium=copy_link

Bikin cerita apa lagi selanjutnya??
JeonMin??? JeongTae???😋😋

Langit, Hujan, dan Senja✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang