Part 14 : Dari Jimin 🧩

115 35 24
                                    

Holaaaa semuanya.. setelah sekian lama akhirnya ada sedikit waktu buat nulis ff ini. selamat membaca dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya. luv u💚🥑
_______________________________________

Waktu aku menulis surat permintamaafan kepadamu, aku sempat menulis pengakuan terdalam dari hatiku. Aku menulis bahwa, "Aku menyukaimu," tapi kucoret-coret dengan penaku sampai tulisan itu sebisa mungkin tak nampak. Bukannya tidak berani, Jeong. Aku hanya belum siap.

Belum siap kalau kau tolak. Lebih baik aku tidak tahu jawabannya daripada mengetahui hal yang membuatku sakit hati.

Awalnya memang aku begitu yakin kalau suatu hari nanti aku bisa memenangkan hatimu. Tapi lihatlah, Jeong. Temanmu yang tampan itu, Kim Taehyung kan namanya? Aku merasa minder sekali saat melihatmu dekat dengannya. Jelas kau akan memilihnya kan?

°•°•°

Hari pertandingan finalmu akhirnya tiba, tentu saja aku sangat bersemangat. Bahkan aku akan rela berteriak untuk menyemangatimu.

"Masih lama?" tanyaku kepada Nayeon yang masih sibuk dengan tagihan tugas dari minggu lalu.

"Tinggal dua tugas lagi, tenang saja," jawabnya santai seakan tak tahu perasaan panikku jika aku ketinggalan pertandinganmu.

"Tenang apanya, pertandingannya akan dimulai lima belas menit lagi," ujarku dengan nada panik.

"Pertandingannya mulai jam 5, kau tak baca di pengumumannya?" Nayeon melihatku dengan ekspresi frustasinya.

"Jeongyeon bilang jam 3," balasku sambil tak ragu menyebutkan namamu.

"Aishh, itu pasti tim putra. Timnya Jeongyeon mulai jam 5" jawab Nayeon dengan nada percaya diri dan aku mempercayainya.

Setelah satu jam lebih aku menunggu Nayeon yang sibuk mengerjakan tugas susulannya, akhirnya selesai juga.

"Ayo," Aku pun mengangguk dan segera berlari ke halte bus. Tak sabar untuk melihatmu bertanding di arena.

"Kau terlihat sangat panik. Kenapa?" Nayeon membuyarkan lamunanku yang sedang fokus memikirkanmu sembari memandang jendela bus.

"A-aku tentu saja ingin cepat-cepat lihat pertandingan," jawabku gugup. Perasaanku campur aduk sekali. Aku benar-benar melihat pertandingan dimulai jam 3 sore, bukan jam 5.

"Lihat pertandingan atau lihat Jeongyeon?" pertanyaan sakral yang keluar dari mulut Nayeon sempat membuat jantungku terasa berhenti untuk berdetak saat itu juga.

"Apa maksudmu? Tentu saja kalau lihat pertandingan kita akan lihat Jeongyeon kan?" jawabku cepat, walau sebenarnya aku hanya ingin melihatmu, Jeong.

"Ummm begitu? Kau terlihat tertarik dengan pertandingan basket, kenapa kau tak ikut saja?" Nayeon masih saja menghujaniku dengan pertanyan-pertanyaan tidak pentingnya.

"Aku tidak terlalu baik untuk bermain basket"

"Ah.. aku tau, kau memang bertalenta dalam hal melukis"

Setelah sekitar lima belas sampai dua puluh menit berjalan, akhirnya sampai juga di arena pertandingan yang kutuju. Namun anehnya, aku melihat para siswa berhamburan keluar dari gedung lapangan basket.

"Semuanya pada keluar?" tanya Nayein sambil mengamati para siswa yang berpakaian sama dengannya.

"Jangan-jangan pertandingannya sudah selesai," ujarku dengan tak meninggalkan ekspresi panikku.

"Tidak mung-" Sebelum Nayeon menyelesaikan kalimatnya, aku mendengar suara dari keramaian.

"Nayeon!!!!" Aku melihat lelaki itu lagi, Jeong. Dan parahnya, yang membyat aku terkejut adalah kau berada tepat di samping kanannya.

Langit, Hujan, dan Senja✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang