Part 9 : Dari Jeongyeon 🎨

180 46 29
                                    

aku sedang berada pada fase was-was menunggu pengumuman SBMPTN😭🥺

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jam dinding kamarku menunjukan pukul 7 malam, kepalaku tiba-tiba sakit saat aku hendak mengerjakam tugas matematika.

Kalau dipikir-pikir, pingsannya kemarin tapi pusingnya malah datang sekarang. Aku memegangi kepalaku sejenak, menunggu hingga pusingku mulai reda.

Aku mulai berjalan menuju ruang tengah dan mendapati ibuku yang sedang menyetrika pakaian sembari menonton TV.

"Ibu punya obat sakit kepala?" Aku bertanya padanya.

"Sepertinya di kotak obat sudah habis, mau ibu belikan?"

Tiba-tiba aku teringat percakapanku bersama Nayeon kemarin malam bahwa ia memiliki obat yang kucari di kamarnya.

"Nayeon sudah pulang?"

"Belum, dia tadi menelpon ibu kalau dia ada tugas kelompok bersama temannya," Aku hanya mengangguk. Tak mau negative thinking lagi. Walaupun jauh di lubuk hatiku masih mengira kalau Nayeon sedang berkencan denganmu, Jim.

"Baiklah, aku akan mencari obat sakit kepala di kamar Nayeon, dia bilang dia mempunyainya," Ibu hanya mengangguk sedangkan aku berjalan menuju kamar gadis itu.

Sedikit berantakan karena dia jarang sekali di rumah. Aku rasa dia lebih suka pergi main dengan teman-temannya ketimbang membersihkan kamar. Mungkin dia sudah pernah mengatakannya padamu kalau aku dan dia memiliki karakter yang berlawanan.

Aku mencari di mana obat itu berada. Aku yakin kalau dia juga lupa dimana ia meletakkannya.

Sibuk mencari obat di rak buku, sampai-sampai aku tak sengaja menjatuhkan sketch book milik Nayeon. Aku baru tahu kalau dia akhir-akhir ini suka menggambar.

Karena penasaran, aku membuka buku tebal berukuran A4 itu. Kurasa tidak ada hal yang menarik sepanjang gambarannya. Namun, di lembar ketiga, aku menemukanmu.

Sebuah mata yang indah terlukis hanya dengan menggunakan pensil. Aku yakin itu netramu, Jim. Sebuah netra berkelopak tunggal, nampak sayu, dan sangat cantik. Aku tahu detailnya, walaupun tak pernah menatap matamu lebih dari satu detik.

Aku terdiam sejenak. Dan kali ini aku berani memutuskan, kalau Nayeon menyukaimu.

Ah, aku jadi teringat saat tak sengaja mendengar Jackson mengakui perasaannya kepada Nayeon. Saat itu, Nayeon bilang kalau dirinya sedang menyukai seseorang. Aku sempat menebak kalau itu dirimu. Dan benar saja, tebakanku tepat sasaran.

Aku mengembalikan buku itu ke asalnya, dan keluar dari kamar Nayeon tanpa barang yang kucari.

Aku kembali ke kamar tidurku dan berangan-angan. Sebenarnya, perasaanku terhadapmu itu sangat membingungkan, Jim. Aku saja masih belum berani menentukannya. Dibilang suka ya masa secepat itu sih? Aku kan bukan tipe perempuan yang mudah jatuh cinta. Tapi, kalau melihatmu bersama Nayeon, aku malah cemburu. Dasar.

Apa lebih baik aku melupakan semua perasaan konyol ini? Lagi pula, kau juga tak terlihat tertarik kepadaku. Aku yang dingin dan cuek ini, memangnya siapa yang mau.

°•°•°

Lama memikirkan strategi bersama Taehyung untuk beralasan pada pelatih basketku, akhirnya aku bisa mengikuti pertemuan klub lukis kali ini. Tak sabar rasanya ingin menggoreskan pensil di atas kanvas, serta menari-narikan kuasku. Yah, walaupun aku tidak jago sama sekali dalam hal mewarnai.

Aku duduk di sebuah bangku yang sudah disediakan. Tepatnya, aku duduk di bangku paling belakang. Sedangkan Taehyung, tepat di sebelah kananku. Dia dari tadi mengajakku bicara tapi aku hanya mendengarkannya saja. Lagian, dia itu banyak omong. Disamping itu, dia juga lucu. Aku harap kau tak salah paham ya, Jim.

Aku melihatmu datang ke ruang klub lukis sambil membawa peralatanmu. Dan Nayeon, berjalan tepat di belakangmu. Sudah kuduga, kalian pasti akan datang berdua.

Aku tak menyangka kau memilih duduk di sebelah kiriku. Padahal, bangku depan banyak yang kosong. Sedangkan Nayeon, pastinya juga mengikutimu. Dia duduk di sisi kirimu.

"Hai, Jeong. Hari ini latihan basketnya libur ya?" Kau tiba-tiba menoleh ke arahku dan bertanya kepadaku. Belum juga menjawab, tapi Taehyung tiba-tiba menyahut.

"Tidak. Aku dan Jeongyeon tadi memikirkan strategi demi untuk mengikuti pertemuan klub lukis kali ini," sahut Taehyung yang kau balas dengan tatapan bingung.

"Aku Taehyung, kau?"

"Aku Jimin, senang bertemu denganmu" Kalian mulai berbicara satu sama lain, sedangkan aku yang duduk di antara kalian hanya bisa diam dan mendengarkan.

°•°•°

Pembina klub lukis mulai menjelaskan dan menyuruh anggotanya untuk memulai lukisan dari yang paling sederhana. Yaitu mencampurkan warna cat, membuat gradasi untuk membuat lukisan bertema langit. Ah, aku sangat lemah dengan hal ini.

Aku memandangi cat akrilikku sambil mencoba memilih warna apa yang harus kupakai.

"Kau mau buat langit yang seperti apa, Jeong?" Kau bertanya lagi padaku. Kali ini aku sungguh ingin meresponnya.

"Aku hanya ingin melukis langit biru yang cerah," Aku menoleh ke arahmu yang sedang tersenyum menatapku. Rasanya ingin leleh saja.

"Ide yang bagus, kau pasti bisa melukisnya dengan baik kalau kau sambil membayangkannya," kau menjawabnya. Tetap dengan senyuman manismu.

"Kalau kau?" Aku bertanya balik. Penasaran dengan apa yang akan kau lukis.

"Mungkin langit yang gelap," Kau menjawabnya sembari menunjukkan cat warna abu-abumu.

"Langit sebelum turunnya hujan? Padahal, itu sangat menyeramkan," kau terkekeh mendengar tanggapanku.

"Kau masih bingung untuk memilih warnanya?" Aku mengangguk saat mendengar pertanyaanmu.

"Aku jago dalam hal pewarnaan, mau ku-"

"Jim, tolong bantu aku memilihkan warna untuk langit senja dong. Harus kupilih yang mana?" Nayeon memanggilmu saat kau belum menyelesaikan kalimatmu sambil memegang cat akrilik berwarna oranye tua dan oranye muda.

Akhirnya, kau memilih untuk membantu Nayeon. Kukira, awalnya kau akan membantuku untuk memilihkan warna. Aku kecewa.

"Jeong, mau kubantu?" Taehyung menepuk pundakku pelan.

"Kau sudah selesai?" Mataku terbelalak lebar ketika mendapati Taehyung yang sudah menyelesaikan lukisannya. Dia melukis unicorn sky dimana campuran warna ungu, merah muda, biru, dan putih terlihat serasi di kanvasnya. Indah sekali.

Kau tidak membantuku juga tidak masalah kok, Jim. Masih ada Tae.

"Iya, mau kubantu?" jawab Taehyung sambil tersenyum lucu.

"Mau, tolong ajari aku untuk membuat langit biru yang cerah," Aku menyuruh Taehyung untuk mendekat padaku. Membuktikan kalau aku juga bisa kok berduaan sambil melukis.

Taehyung menjelaskan padaku tentang cara menggradasi warna yang benar, memilih warna, serta teknik yang digunakan. Dia bicara panjang lebar, tapi mataku tak bisa lepas untuk menatap kalian berdua.

Aku lihat, kau sangat menikmatinya. Walaupun saat Nayeon menjahilimu dengan mencolekkan cat warna merah di pipimu.

Apa aku harus begitu juga dengan Taehyung agar kau menoleh padaku saat itu? Aish.. menyebalkan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

gimana part ini?
jangan lupa vote dan komen🤪💛

Langit, Hujan, dan Senja✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang