Tiga : Actually Kind

1.1K 177 22
                                    

Tap vote dulunya ya sebelum lanjut scroll 🤍









•••

Ali

"Ya Ma, ada apa?"

"Kamu sekalian jemput Prilly ya Mas di kantornya, kasihan kalau Arshad yang udah disini harus balik lagi jemput Prilly." Apalah daya, yang pasti gue tidak akan bisa menolak keinginan Mama.

"Oke, Ma. Alamat kantor Prilly nanti share aja."

Gue menghela nafas sambil menunduk menenggelamkan wajah gue pada lipatan tangan di meja kerja. Hari ini rasanya berat, apalagi ketika gue harus mendapati hasil penyelidikan investigasi tim yang sudah dilakukan tidak memberikan hasil titik terang yang maksimal. Akibatnya, gue masih harus ngulur waktu lagi buat selesaikan kasus yang gue pegang ini.

Rencana makan malam kali ini di adakan di rumah kedua orang tua gue. Gak tahu apa alasannya, yang jelas gue sendiri baru tahu tadi pagi saat Mama mengingatkan buat pulang cepat. Setelah gue lihat waktu menunjukkan hampir pukul setengah 5, maka gue pun akhirnya segera beranjak pulang.

Gue sekali lagi memastikan gps mobil sudah menunjukkan arah menuju lokasi kantor Prilly. Ya bakalan sangat buruk kalau gue masih harus tersesat apalagi kesasar nantinya. Gue segera menjalankan kendaraan dengan kecepatan rata rata.

Semahir mahirnya gue buat mengendara, tetap saja gue kebagian macet yang untungnya tidak terlalu banyak memakan waktu. Sehingga pada pukul 5, gue pun baru sampai dikawasan kantor Prilly.

Gue segera mengambil ponsel, buat telfon Prilly. Namun sialnya, dia sama sekali gak menjawab panggilan gue. Akhirnya, gue memutuskan buat bawa kendaraan gue masuk ke halaman kantor dan melewati lobby tower. Dan yap, bisa gue lihat perempuan mungil itu tengah berdiri di teras lobby dengan perempuan lain tengah membicarakan sesuatu. Mampu gue lihat, ponselnya ada ditangannya. Namun faktanya tadi dia mengabaikan panggilan gue. Sial bukan.

Gue pun terpaksa melaju dan berhenti didepannya. Kemudian gue pun menurunkan kaca mobil, agar Prilly bisa lihat kalau sekarang ini gue yang terpaksa menjemputnya sudah ada didepannya.

"Ali?" Serunya kaget saat gue menoleh dari dalam mobil. "Ngapain disini?"

Gue sama sekali tak melontarkan jawaban, hanya memberinya lemparan pandangan sebagai kode bahwa dirinya harus segera masuk agar kami bisa segera menuju pulang kerumah.

Prilly yang gue lihat lumayan kesal, akhirnya menghampiri gue namun tidak untuk masuk. "Ngapain disini?" Ulangnya lagi dengan nada yang penuh penekanan.

Gue pun mengambil ponsel, dan segera mencaru ruang obrolan dengan Mama untuk kutunjukkan pada perempuan cerewet yang masih betah menatap tajam ke arahku melalui kaca samping mobil.

"Astaga-"

Belum sempat gue perhatikan respon Prilly, perhatian gue tiba tiba segera teralih pada beberapa orang yang tengah menggotong seseorang yang sepertinya memang butuh bantuan. Dan seakan tergerak, gue pun seketika turun dan menghampiri dan menawarkan agar mengantarkannya menuju rumah sakit terdekat yang seinget gue hanya berjarak 3 km dari sini.

Tiga orang yang menggendong seseorang itupun segera memasukkan orang tersebut pada jok tengah kendaraan. Kemudian disusul dengan seorang wanita yang keadaannya tengah menangis penuh khawatir. Hal itu bikin gue harus segera cabut buat bawa kendaraan milik gue. Karena gue gak tega untuk melihat kondisi tersebut lebih lama lagi.

"Ayo masuk, kasihan orang yang didalam," seru gue pada Prilly sambil setengah berlari menuju seat kemudi.

Tak lama setelahnya Prilly masuk, meskipun wajahnya bisa gue lihat melalui lirikan mata gue bener bener buruk. Gue mengabaikan itu semua untuk saat ini.

We're Engaged [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang