Enam belas : It's time to dinner

1K 152 60
                                    

Vote vote vote!

•••

Prilly

Arivali : jam 7 malam jangan lupa ya. Soal tempatnya, nanti aku shareloc.

Mendapati notifikasi dari Ali pagi ini ternyata menjadi salah satu sumber kesenangan sendiri bagiku. God. Kenapa rasanya aku yang tak sabaran ingin jam yang ada di dinding segera berputar dengan cepat. Aku ingin segera tiba disana!

Prilly : iya mas. Semangat untuk final sidangnya hari ini 👌

Aku menghela nafas puas, dan menyenderkan badan pada kursi kerjaku. Tidak terlalu nyaman sebenarnya, namun mungkin karena suasana hati yang tengah berbahagia bisa membuat kursi yang kududuki saat ini menjelma menjadi sangat nyaman untuk ditempati.

Sial.

Jadi ini, aku beneran sudah tak malu mengakui bahwa aku cinta sama ali ternyata.

Ngomong ngomong, hari ini adalah hari jumat. Rencana dinner yang seharusnya dilakukan di kamis malam terpaksa batal dan diganti dengan hari ini nanti. Karena sehubungan dengan sidang Ali yang juga baru dilaksanakan pagi ini.

Ah, andaikan aku seorang pengangguran pasti aku akan segera menuju pengadilan tempat Ali melaksanakan sidangnya untuk melihat bagaimana kerennya Ali saat bekerja. Mengenakan pakaian khusus seorang jaksa. Nampak sangat tampan, sudah pastinya.

"Cengar cengir mulu awas lo kesambet ntar!" Kali ini Sandra untuk kesekian kalinya berhasil aku kaget karena tertangkap basah sedang melamun dijam kerja. "Hayo kenapa? Lo sama Ali habis ngapain kemarin?"

Astaga, memang dengan tipe pertanyaan seperti itu Sandra ingin memperoleh jawaban yang seperti apa. Orang kenyataannya kami terakhir bertemu langsung hari minggu kemarin setelah Ali mengantarkanku pulang. Setelahnya ya kami hanya bisa bertukar kabar via pesan maupun panggilan.

"Gue nemenin Ali begadang."

"Sampe tidur bareng juga?"

"Ya iyalah, kan nunggu Ali selesai begadang baru bisa tidur," jawabku.

"Astagfirullah nak, sadar. Kalian belum halal buat kegiatan tidur bareng."

Aku yang baru memahami alur pemikiran Sandra, seketika melayangkan sebuah laporan untuk ku tampolkan pada Sandra. Jelas jelas dia yang pemikirannya semua berstatus 18 keatas. Aish bisa bisanya ya nih orang.

"Heh, kepala lo aja yang mikirnya terlalu dewasa, San. Garis bawahi ya, yang gue maksud disini dengan arti kata 'tidur bareng' adalah kami tidur di waktu yang bersamaan-barengan gitu, pada jam yang sama gitu maksudnya. Setelah Ali selesaikan pekerjaannya juga. Gue tidur di kasur gue, Ali juga tidur dikasurnya dia lah. Sembarangan aja pemikiran lo." Ini malah kenapa aku yang jadi ngegas gini, kan sialan.

"Ya lo sendiri kasih jawaban yang ambigu begitu, sorry lah." Aku pun berdehem untuk menanggapi perkataan Sandra. "Terus nih ada apa gerangan si Ibu bisa tiba tiba senyum senyum sendiri?"

"Gue ... diajakin dinner sama Ali nanti malam," seru gue tanpa bisa menutupi rasa kesenangan yang ada. "Dan gue berniat meminta kejelasan rencana selanjutnya terkait hubungan kami."

Sandra bertepuk tangan sambil memberikan tanggapan, "good job, gue suka banget gaya lo gini beb." Kufikir niat yang akan kulakukan ini terlalu gegabah bagi seorang wanita karena segera menginginkan status yang lebih jelas. "So, nanti malem gue bisa dapet spoiler tanggal nikah kalian dong ya."

"Bisa sih, asal lo juga harus siapin kado istimewa buat kami setelahnya."

"Gampang-"

"Gue maunya bukan kado yang kaleng kaleng ya, Sand." Aku dengan sengaja memotong kalimatnya, berniat untuk bercanda pastinya. Tapi kalaupun Sandra nantinya memberikan respon serius, malah alhamdulillah juga sih.

We're Engaged [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang