2

85 6 0
                                    

Berada didekat jendela sembari merenungkan nasibnya.
Mila tersenyum kecut mengingatnya.
Dulu, dia adalah Karmila Anggraini yang dipuja-puja karena otak dan wajahnya yang diatas rata-rata. bukan hanya itu, Dia juga orang yang memiliki sopan santun serta ramah membuatnya disukai banyak orang.

Tapi sekarang karena kejadian malam itu membuat dirinya hancur, banyak cacian yang ia dapatkan, orang tua yang meninggalkan dia serta dunia karena sangking terkejutnya atas kehamilan putri semata wayangnya, semua sahabat meninggalkannya karena malu katanya, dan bahkan ia hampir dikeluarkan dari sekolah tapi untung saja berkat sepak terjangnya ia tak jadi dikeluarkan dan berhasil lolos dengan nilai terbaik pada peringkat pertama.

"Nilai terbaik ya? Apa masih berguna sekarang?" gumam Mila tersenyum kecut.

Hancur sudah mimpinya untuk kuliah dengan beasiswa, sekolah tidak merekomendasikannya dan ada bayi di kandungan yang harus ia jaga.

"Beginikah akhirnya? Kenapa harus korban yang menderita? Kenapa pelaku dibebaskan begitu saja?" Mila tak habis pikir dengan pola pikir masyarakat yang memandang korban pemerkosaan itu kotor, padahal Ia adalah korban dan dia dipaksa bukan sukarela.

"Mila?" Suara lembut memasuki telinganya, ia pun menoleh dan mendapati Rylla disana.

"Iya kak?"

"Yang lalu biarlah berlalu, jangan terlalu dipikir apalagi disesali karena percuma, waktu tak bisa diputar kembali," tutur Dokter Rylla dengan bijaknya membuat Mila merenungkan setiap kata.

"--untuk sekarang marilah bangkit. Ada anak yang harus kamu jaga jadi jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran. Percayalah kamu akan mendapat kebahagiaan serta ketenangan jika melupakan masa lalu yang kelam dan mulai menyusun rencana 'tuk masa depan." Sambung Dokter Rylla.

Mila menghela napas sejenak lalu tersenyum tulus, "Terimakasih kak, aku akan mencobanya."

"Oh ya Apa kamu mau ikut berbelanja?" tawar Rylla.

"Boleh?"

"Tentu saja Boleh!"

----

"Mila, ambilin daging disamping kamu." Mila mengangguk dan mengambilnya.

"Daging udah, sayuran udah, buah udah, telur udah ... Apa lagi ya?" gumam Rylla sembari menatap keranjangnya yang dipenuhi berbagai bahan makanan tersebut.

"Kak Rylla?" Panggil Mila dengan suara yang rendah.

"Apa?"

"Bo-boleh gak kalau ditambah bahan buat kue? Mila mau buat." Mila menunduk malu, dia merasa menjadi beban untuk Rylla.

"Boleh kok. Udah gak sabar deh pengen cobain kue buatanmu." Rylla tersenyum manis seraya memasukkan Bahan-bahan untuk membuat kue.

"Sekali lagi terimakasih kak!"

Rylla mengangguk, "santai aja, aku gak merasa dibebani. Kamu seperti adikku."

Mila mengangguk,lagi-lagi dia terharu akan ucapan Rylla.

"Didekat Indomaret ada cafe, habis ini ayo kesana."

"Cafe? Pasti mahal ya kak? Aku gamau ngerepotin kakak lagi, gimana kalau makan di rumah aja? Aku yang masakin."

"Inget ucapan ku tadi? Jadi santai saja. Dokter ini tidak kekurangan Uang." Rylla tertawa kecil.

Dengan ragu Mila mengangguk, "baiklah."

----

"Mau pesen apa?" tanya Rylla seraya menyodorkan buku Menu kepada Mila.

Sekarang mereka telah berada di cafe yang di maksud tadi.

"Ini kak!" Mila menunjuk makanan yang paling murah di buku menu.

Rylla mengangguk seraya memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Kamu mau bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Rylla tiba-tiba, untuk memecah keheningan.

"Apapun yang dikasih tuhan akan ku terima kak, yang penting dia sehat maka itu sudah lebih dari cukup," ujar Mila tersenyum seraya mengelus perut ratanya.

"Sifat keibuan kamu udah muncul ternyata." Rylla terkekeh geli.

"Kan bentar lagi aku jadi Ibu, sudah sewajarnya begitu." Mila ikut terkekeh mendengar ucapannya barusan.

"Iya-iya ibu muda."

---

Dukung penulis dengan vote dan komen^^

Pecahan kacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang