Mila merenung di tempat duduknya. Dia kepikiran bagaimana respon masyarakat pada anaknya nanti?
Jika dia yang dihina dan dicaci maka tak apa, tapi bagaimana jika anaknya turut menjadi korban? Sungguh ia bingung sekarang."Kak?" Mila mendongak dan menemukan sosok kecil yang menggemaskan.
"Hai, namamu siapa?" tanya Mila seraya mengelus rambut anak kecil tersebut.
"Leo," jawabnya.
"Nama yang indah dan menggemaskan seperti yang punya. Leo kesini sama siapa?" Mila menatap sekelilingnya mencoba mencari orangtua leo yang mungkin tengah khawatir mencari leo.
"Sama papa," lirihnya.
Mila mengernyitkan dahinya kebingungan. "Kenapa leo gemetar?"
"Leo takut kak," ucapnya lirih bahkan air matanya sudah tumpah.
Hati Mila serasa mencelos melihat Leo yang menangis dalam diam. Mila mendekapnya erat. "Hey, kalau Leo mau nangis, nangis aja. Jangan ditahan biar lega."
"Kat-kata papa leo gak boleh nangis, kak." Leo terisak didekapan Mila.
Mila membelai rambutnya dengan penuh kelembutan. "Leo kalau mau nangis jangan dihadapan papa kalau gitu. Kalau leo sedih Leo nangis aja jangan ditahan ya sayang?"
"Iya..huwaaa..leo sayang kakak." Leo memeluk erat tubuh Mila.
Mila terkekeh kecil menanggapinya. Dia jadi teringat akan calon buah hatinya, mungkin dia akan setampan Dan semenggemaskan Leo kalau laki-laki.
"Cup...cup. Leo udah lega kan?" tanya Mila dengan senyumannya.
Leo mengangguk, "udah kak."
Mila menghapus jejak air mata dari wajah menggemaskan leo. "Mau eskrim?" tanya Mila.
Dengan semangat leo mengangguk. "Mau!"
"Baiklah, ayo!"
Mila pergi dengan Leo di gendongannya. Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang menatapnya lekat sedari tadi.
----
"Leo mau rasa apa, hmm?"
"Rasa coklat! Leo suka coklat!" Seru Leo dengan riangnya.
Mila tersenyum lalu memesankan es krim coklat untuk leo.
"Kenapa es krimnya cuma satu? Kakak gak mau? Enak loh!" tanya leo dengan wajah menggemaskannya itu.
"Enggak sayang, kakak kenyang," bohong Mila, dia cukup tau diri. Dia tak ingin menggunakan uang Rylla lebih banyak, sungguh dia merasa tak enak terus-menerus menjadi parasit. mungkin sebentar lagi dia akan mencari pekerjaan.
"Nama kakak siapa?"
"Mila, itu nama kakak," jawabnya.
"Kak Mila cantik dan baik, Leo suka!" teriak Leo girang.
Mila terkekeh, "Leo juga ganteng. Oh ya tadi katanya sama papa, terus papa leo dimana?"
Leo mengerucutkan bibir kecilnya, terlihat makin menggemaskan. "Tadi papa sibuk sama hp nya jadi Leo tinggal," adunya.
"Lain kali leo gak boleh gitu ya, kasian nanti papa nyariin," ujar Mila menasehati dengan lembut.
"Gak papa kak, papa sama Mama gak peduli sama leo," lirihnya menahan tangis.
Mila mengelus rambut Leo lagi, "Leo gak boleh ngomong gitu, papa sama mamanya leo sayang kok sama leo tapi mereka gak mau terlalu nunjukin rasa sayang mereka karena takutnya nanti Leo jadi anak yang manja dan biar leo jadi mandiri dan kuat seperti ironman," jelas Mila.
Leo mendongak ke arah Mila dengan mata yang berbinar. "Jadi papa sama Mama sayang sama leo?" Tanyanya penuh harap.
Mila mengangguk, "pasti."
"Oh ya leo umur berapa?"
"Leo umur 5 tahun kak," ucapnya artikulasi yang jelas dan lancar, anak pintar memang.
"Pantesan imut gini!" Mila mengelap bibir leo yang belepotan.
"Hehe banyak yang bilang Leo gitu kak, kalau gitu Leo mau balik ke papa dulu ya, Babay kakak canbaik!" pamit Leo seraya melangkah pergi.
"Leo tunggu!" Leo langsung menoleh ke arah Mila. "Mau kakak anterin gak?" Tentu saja Mila khawatir Jika Leo sendirian, bagaimanapun dia hanyalah seorang anak kecil.
Leo mengangguk penuh semangat. "Ayo kak!"
Leo mengandeng tangan Mila untuk menghampiri sang papa.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Pecahan kaca
General Fictionkarena kejadian malam itu hidupku hancur berantakan. banyak cacian ku dapatkan, serta pelecehan meskipun hanya dalam bentuk ucapan. karena kejadian malam itu pula aku kehilangan sosok ibu yang sangat ku sayangi. namun, Tuhan itu maha pengasih lagi m...