5

65 1 0
                                    

"Itu papa!"  teriak leo sembari menunjuk ke arah sosok pria dengan kacamata serta jas hitam yang terlihat agak.. menakutkan.

Mila menurunkan Leo dari gendongannya dan Leo pun langsung berlari memeluk papa nya.

Pria itu membuka kacamatanya. "Sudah puas kelayapannya?" ucap Devian dengan dingin bahkan membuat Mila menelan ludahnya gugup.

"M-maaf pa." Leo menunduk dengan mata berkaca-kaca.

Sungguh Mila tak tega melihatnya.

Devian menatap anaknya lalu beralih menatap Mila.
"Maaf sudah merepotkan anda," katanya.

Mila berdeham sejenak untuk menghilangkan rasa takut serta gugupnya karena aura pria ini sangat kuat.
"Tidak apa-apa pak, oh ya lain kali bapak harus lembut sama anak, apalagi anaknya masih kecil gini," tutur Mila entah dapat keberanian darimana.

Seketika raut muka Devian bertambah dingin serta menakutkan, "Bukan urusan anda." Setelahnya dia pergi dengan menggendong Leo.

Mila mengembuskan napasnya yang sempat tertahan. "ganteng sih tapi galak," gerutunya.

"Nanti leo bakalan baik-baik aja gak ya?" pikirnya.

"Duhh jadi pusing gini, yaudah la palingan juga baik-baik aja orang sama papanya sendiri," gumamnya.

Lalu Mila memutuskan untuk kembali ke apartemen.

***

"Hufft akhirnya sampai juga." Dia mengembuskan napasnya lega.

"Mandi dulu deh abis ini masak," ucapnya pada diri sendiri.

Beberapa jam kemudian.....

"Hehe selesai juga akhirnya, tinggal nunggu kak Rylla."

"Kapan ya kak Rylla pulang? Yah gini gak ada handphone jadi susah buat berkabar," gerutunya tak sabar.

"Hey! Ibu hamil kenapa ni kok ngomel?" ucap Rylla yang entah kapan datangnya.

"Kak Rylla ini ngagetin aja! Kak Rylla kapan sampainya?" tanya Mila penasaran.

"Baru aja..wohh ada makanan enak nih, woww harumnya kuenya pasti enak banget nih!" pujinya seraya hendak mencicipinya namun tangannya tertahan oleh Mila.

"Bu dokter gak boleh jorok, cuci tangan dulu sana!" perintah Mila.

Rylla hanya cengigisan lalu menurutinya.

"Wahhh enak banget kue buatan kamu mil," pujinya tak henti-henti.

"Hehe makasih kak, ini niatnya Mila mau jualan kue, gimana menurut kakak?" Kata Mila meminta saran.

"Wah ide bagus tuh, aku setuju, nanti aku bantuin jualin ya," tawar Rylla dengan semangat.

"Boleh kak boleh, aaaa sekalii lagi makasiii ya kak Rylla." Mila memeluk Rylla dengan erat membuat Rylla keselek (ye orang lagi makan malah dipeluk Astaghfirullah)

"Ekhek ekhek le-pas!" Rylla memukul kecil tangan Mila.

"Eh maaf maaf kak. nih minum dulu." Dia menyodorkan air kepada Rylla yang langsung dihabiskan tandas.

"Kamu mau bunuh aku?!" ucap Rylla kesal.

"Hehe maaf kak sangking antusiasnya." Cengirnya seolah tak merasa bersalah.

"Hufft."

"Eh iya gimana tadi jalan-jalannya? Seru?" tanya Rylla, tadi dia dikirimi pesan oleh pak satpam.

"Seru kak, apalagi di taman tadi Mila ketemu anak kecil yang imut banget tapi sayang papanya galak tapi ganteng," curhatnya sembari memakan kue yang dibuatnya.

"Papanya masih muda?" tanya Rylla dengan mata berbinar.

"Masih kak, kelihatan kaya juga kalo liat dari pakaiannya," jawabnya.

"Wah bisa tuh jadi suamiku di masa depan," gurau Rylla.

Mila menggelengkan kepalanya, "Kak Rylla kenal aja engga yakali udah jadi calon suami aja."

Rylla mengerucutkan bibirnya, "kamu ini main hancurin imajinasiku aja."

Mila hanya tertawa kecil membalasnya.

"Gimana ya keadaan leo? Yah jadi kepikiran lagi," pikir mila gelisah teringat anak kecil yang tampan serta imut itu.

"Semoga kamu baik-baik aja ya, kakak harap kita bisa bertemu lagi." Mila memejamkan matanya berharap pada Tuhan agar bisa mengabulkan permintaannya.

---

Vote nan komennya Kaka ^^

Pecahan kacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang