3

66 3 0
                                    

"Anak Bunda baik-baik saja disana kan?" Mila berbicara sendiri pada janin yang bahkan belum membentuk tubuh.

Dia mengelus perutnya lembut. "Sehat-sehat disana ya nak," bisik Mila.

Dia tersenyum tulus dan Haru, sebentar lagi dia akan mempunyai dunia barunya.

Dia tau, dia harus bangkit. Mau sampai kapan dia meratapi nasibnya? Sampai kapan dia menyalahkan takdir Tuhan?

Mungkin Tuhan telah mengambil orang-orang yang dia sayang, tapi bukahkah Tuhan mengantikan kepergian mereka dengan mendatangkan sosok malaikat kecil yang lebih baik.

"Bunda menyayangimu," gumam Mila tersenyum.

---

"Kak Rylla mau ke rumah sakit?" tanya Mila yang tengah berkutat di dapur.

"Iya nih mil, maklum jadi dokter emang jarang punya waktu santai," ujar Rylla mendengus kesal.

Mila terkekeh geli melihatnya, "kakak beruntung bisa menggapai impian kakak, jadi jangan lupa bersyukur ya kak," tutur Mila penuh kelembutan.

"Astaga kamu umur berapa sih? Kok kelihatan lebih dewasa dari aku." Rylla mengerucutkan bibirnya.

"17 tahun kak. Nih bekal buat kakak." Mila menyodorkan Bekalnya yang diterima Rylla dengan senang hati.

"Yaudah kalo gitu aku pergi dulu, bye Mila! Bye debay!" Rylla mengecup kening dan perut Mila bergantian sebelum pergi menuju Rumah Sakit.

Mila tersenyum kecil dengan tingkah Rylla yang menurutnya sangat menggemaskan berbeda dengan Sosok Rylla yang ia temui saat di rumah Sakit.

Mila menatap sebuah browsur di tangannya, dia tersenyum pedih melihatnya.
"Tunggu aku tahun depan ya," gumam Mila seraya mengelus perutnya yang masih Rata.

Ya, itu adalah Browsur Beasiswa Ke Singapura, jika dia tidak mengalami insiden itu dia berkemungkinan besar lolos dan masuk universitas impiannya di Singapura.

"Sudahlah Mila masih ada tahun depan, semangat!" ucap Mila menyemangati dirinya sendiri, dia tidak ingin terus meratapi nasibnya.

Dia harus berjuang, berjuang demi dirinya dan juga calon bayinya nanti.
Dia tidak ingin menjadi seorang Ibu yang lemah, dia harus kuat!

"Jalan-jalan dulu kali ya," gumam Mila.

"Eh tapi harus izin sama kak Rylla dulu biar gak khawatir," ujarnya melupakan bahwa dia tidak memiliki ponsel.

"Hufft!" Dia mengembuskan napas pasrah ketika menyadari dia tidak bisa menghubungi Rylla.

"Bosan ihhh," rengeknya mengerucutkan bibirnya.

"Oh iya aku tau!" teriaknya ketika mendapati sebuah ide jenius.

---

"Pak tolong bilang sama Dokter Rylla Kalo saya mau jalan-jalan keliling dulu ya," pinta Mila pada pak satpam didepannya.

"Emang Neng ini siapanya Non Rylla?" tanya Pak satpam, pasalnya dia belum pernah melihat Mila sebelumnya.

"Saya Karmila Anggraini, saudara jauh Dokter Rylla, pak." jelas Mila berbohong.

Pak satpam mangut-mangut dan melaksanakan permintaan Mila.

"Terimakasih ya pak," ucap Mila tulus.

"Sama-sama neng, hati-hati ya!"

Mila mengangguk seraya melangkah pergi.
Jangan khawatir, Mila tidak akan tersesat karena otaknya mampu mengingat dengan Baik meski hanya sekali lihat maka tak heran jika dia mendapatkan juara umum pertama dan banyak prestasi lainnya yang ia torehkan.

Tapi, malam itu, dia tidak bisa mengingat satupun kejadian, semua bagaikan pecahan kaca yang berhamburan.

"Argh! Sudahlah Mila. Lupakan dan mulai kembali lembaran baru," tuturnya mewanti-wanti.

Dia terus berjalan menuju sebuah taman dekat apartment Rylla.
Waktu dia berada di mobil Rylla, dia sempat tidak sengaja melihat taman ini jadi dia sangat ingin mengunjunginya dan barulah terealisasikan sekarang.

"Udaranya sejuk seperti di desa," gumam Mila yang sudah di sebuah kursi yang terdapat di taman.

Dia menatap sekeliling yang mana banyak keluarga yang tengah menghabiskan waktu di Taman ini.

"Indah ya keluarganya lengkap, anak dan ibu yang cantik, dan ayah yang tampan," komentar Mila yang masih menatap lekat keluarga kecil yang terlihat harmonis dengan bercanda tawa bersama meski sang lelaki hanya tersenyum irit.

"Maafkan Bunda yang gak bisa memberi keluarga yang lengkap buat kamu nak," gumam Mila tak terasa air matanya jatuh menetes.

---

Dukung penulis dengan vote dan komen^^

Pecahan kacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang