vingt

1.1K 126 0
                                    

Pagi ini setelah Anasthasia menyelesaikan sarapannya, seorang pelayan datang memberi tahu kalau Cloude menunggunya di taman untuk minum teh. Padahal kemarin Cloude mengatakannya sendiri kepada Anasthasia, bahwa acara minum teh di hentikan untuk beberapa waktu karena kesibukan Cloude. Anasthasia tentu tidak masalah dengan itu, kendati demikian ia sedikit gelisah. Pasalnya hari ulang tahunnya hanya tinggal menghitung hari. Apa Cloude akan datang dan merayakannya bersama atau ia hanya akan mengirim hadiah yang Anasthasia mau, seperti sebelumnya?

"Kok dadakan ya? Padahal kemarin bilangnya mau libur minum teh dulu beberapa hari," gumam Anasthasia.

"Anda sudah siap Tuan Putri?" tanya Ace begitu Anasthasia keluar dari pintu besar yang menjulang tinggi.

Anasthasia hanya tersenyum. "Kalau begitu, mari saya antar," Ace memberikan tangannya dengan sopan.

"Ace, aku sudah besar. Kau tidak perlu memegang tanganku," tolak Anasthasia dengan halus.

"Ah, maafkan saya Tuan Putri, saya tidak bermaksud—"

"Tidak apa-apa, Ace. Ayo antar aku kepada ayah," pintanya.

Sebenarnya gue lagi gak mood Ace. Firasat gue gak enak nih, gak tau kenapa.

Acara minum teh bersama Cloude selalu diadakan di luar ruangan, dan tentunya itu adalah keinginan Cloude. Kecuali di musim hujan. Anasthasia tidak keberatan dengan keinginan Cloude. Ah, ngomong-ngomong soal musim, kerajaan Safire memiliki dua musim, musim panas dan hujan.

"Apa anda baik-baik saja?" tanya Ace tiba-tiba.

"Memangnya aku kenapa?" Anasthasia balik bertanya.

"Anda terlihat tidak baik ... apa anda baik-baik saja?"

"Tentu saja aku sangat baik. Kau tidak perlu mengkhawatirkan ku, Ace," jawab Anasthasia dengan riang.

"Saya lega mendengarnya," ungkapnya.

"Hanya saja ... aku bingung, kenapa ayah mengajak minum teh secara tiba-tiba begini? Padahal kemarin ayah bilang ia akan sibuk untuk beberapa hari ke depan, dan tidak bisa diganggu," tutur Anasthasia.

"Ah, itu ... Putri Charlotte yang memintanya," ucap Ace ragu. Ia melirik Anasthasia diam-diam, memperhatikan wajah mungil anak itu.

What! Charlotte ngajak minum teh dan Cloude oke oke aja?!

"Benarkah?" tanya Anasthasia sumringah.

Ace tampak bingung harus beraksi seperti apa, tapi kemudian ia menjawabnya dengan luwes. "Benar Tuan Putri. Tuan Putri Charlotte mengatakan bahwa ia rindu anda dan Yang Mulia," jelas Ace.

Rindu? Masa seh? Bohong tuh si Charlotte. Gue doain pantatnya berbulu kek monyet bekantan. Hahahah.

"Aku juga sangat merindukan kakak. Sudah lama kami tidak minum teh bersama dan juga ... sudah lama sejak terakhir kali aku berbicara dengannya," ujarnya lirih.

Acting dolo guys, biar kayak adekable yang sayang kakaknya.

"Saya yakin Tuan Putri Charlotte pun sangat merindukan anda. Selama ini Tuan Putri Charlotte pasti sangat ingin menemui anda, hanya saja kesibukannya membuat ia tak memiliki waktu luang," jelas Ace. Ace mencoba menenangkan Anasthasia yang terlihat sedih. Karenanya ia meyakinkan Anasthasia seperti itu.

Anasthasia mengangguk lemah. "Kau benar ... sepertinya aku terlalu berlebihan," lirihnya.

Ace panik melihat ekspresi murung Anasthasia. "Itu tidak benar Tuan Putri. Merindukan seseorang adalah hal yang wajar terlebih orang itu adalah orang penting di hidup kita."

I Became a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang