trente deux

262 24 4
                                    

Note: belum sempet dibaca ulang, belum direvisi juga, maaf kalo banyak typo;)

Karena kericuhan di depan istana raja tak kunjung mereda, membuat beberapa kesatria yang harusnya berjaga di istana turun tangan ikut menahan amarah para rakyat. Hal itu membuat penjagaan di istana melonggar, sehingga penyusup seperti Margareth dapat masuk dengan mudah.

Anasthasia terus berteriak memberi peringatan pada Margareth untuk tidak mendekatinya. Sebaliknya wanita paruh baya itu terus mendekat dengan langkah perlahan, sembari tersenyum penuh kemenangan. Anasthasia terus mundur sampai bahunya menyentuh dinding kamar.

"Sial kenapa harus dinding." Umpatnya di dalam hati.

Seandainya ia berlari ke arah balkoni, atau setidaknya yang dibelakang punggungnya adalah jendela, Anasthasia bertekad untuk melompat. Ia lebih baik mati karena terjatuh dari pada harus mati di tangan wanita itu.

Di depan istana yang jauh dari kamarnya, Claude sedang menjawab pertanyaan para rakyat yang terlontar satu persatu setelah video ingatan selesai diputar.

Anasthasia memanggil ayahnya, Ace, Lucas, Lili, di dalam hati, berharap salah satu dari mereka mendengar lalu datang untuk menolongnya.

"Ini semua karna dirimu Tuan Putri." Margareth membuka suara setelah lumayan lama tersenyum memandang Anasthasia.

Anasthasia memberanikan diri untuk bertanya. "Kenapa semua ini karna aku?"

"Karna kau aku di usir dari istana, karna hal itu juga semua rencana yang selama ini aku susun hancur berantakan!" jawabnya penuh dengan emosi. Anasthasia sempat takut untuk membalas ucapannya, tapi demi mengulur waktu gadis itu memberanikan diri untuk meladeni ucapan Margareth.

"Tidak. Ini semua karna kesalahan yang kau buat," sanggah Anasthasia.

"Anda benar Tuan Putri, ini semua karna kesalahanku yang terlalu lama menunda kematianmu," balasnya di akhiri senyum jahat.

Anasthasia menelan ludah dengan susah payah. Margareth terus mendekat ke arahnya. "Tetap diam disana dengan tenang, aku akan cepat sampai kau tidak bisa merasakan sakitnya," ujarnya sembari menyeluarkan belati tajam.

Anasthasia duga belati itu bukan belati biasa, melainkan belati yang sudah diberi sihir gelap, sihir yang digunakan untuk membunuh.

Anasthasia menggeleng-gelengkan kepalanya, air matanya menetes tanpa interupsi. "Bagaimana kalau hal ini terjadi pada Putrimu, Marvela?" Meski Anasthasia tau Margareth tidak menyayangi Marvela, ia tetap mengatakan hal itu guna mengulur waktu.

Magareth tertawa, tawa yang terdengar menyeramkan. "Anak itu tidak berguna. Tidak masalah jika dia mati," jawabnya.

Gila. Satu kata yang pas untuk Margareth saat ini. Wanita itu sudah benar benar gila.

...

"Anasthasia"

Lucas bergegas pergi menemui Anasthasia, entah mengapa perasaannya sangat tidak enak. Ia begitu yakin bahwa hal buruk sedang menimpa Tuan Putri.

Karna selama beberapa hari Lucas berusaha menghapus ingatan buruk orang-orang tentang Anasthasia, membuat energinya berkurang. Untuk sementara waktu ia tak bisa melakukan teleportasi, karna dalam kondisinya yang sekarang, apabila ia melakukan teleportasi, entah dimana nantinya ia akan berpindah tempat. Mudahnya, sihir teleportasi yang ia lakukan akan kacau dan tempat mendaratnya akan acak.

"Sial, kenapa kediaman Anasthasia sangat jauh."

Lucas terus berlari, tak peduli berapa kali ia menabrak orang-orang disekitarnya dan tak jarang ia mendapat kata umpatan karna perbuatannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Became a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang