treize

1.4K 149 5
                                    

Matahari beranjak naik, burung-burung keluar dari sarang untuk mencari makan, dedaunan seolah bersorak gembira menyambut sang surya. Pagi itu Anasthasia tengah bergelut dengan hewan kecil berbulu di kamar mandi. Anasthasia bersikeras untuk memandikan kucing itu seorang diri. Lili memperhatikan dengan khawatir. Anasthasia tak mengizinkannya mendekat.

Suara kucing memekik membuat suasana makin gaduh. Kucing itu terus berontak tak ingin terkena air, padahal kemarin—saat Lili yang memandikan—kucing itu diam tak berontak sedikit pun.

"Tuan Putri, anda bisa terluka. Biar saya yang memandikannya." Lili hendak mendekat. Anasthasia menginterupsi.

"Tidak Lili! Dia peliharaanku, aku ingin memandikannya sendiri. Kau jangan ikut campur!" ucapnya tak ingin dibantah.

Meong! Meong!

Kucing itu kembali memekik, beberapa kali ia keluar dari bak mandi membuat Anasthasia harus mengejarnya.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu," ujar gadis itu seraya mengusap kepala si kucing.

Setelah melewati pertarungan dengan kucing kecil, akhirnya Anasthasia menang. Ia berhasil membawa kucing itu keluar dengan keadaan bersih dan wangi. Anasthasia tersenyum bangga sambil mengangkat kucing kecil itu.

Kucing aja gue taklukin, apa lagi kamu... iya kamu para lelaki di luar sana.

"Bagaimana perasaanmu setelah mandi?" tanyanya kepada si kucing.

Kucing itu mengeong dengan lirih. "Apa badanmu kembali segar?" Lagi, kucing itu kembali mengeong, raut wajah si kucing terlihat kesal.

"Berterimakasihlah padaku wahai kucing manis," ucap Anasthasia. Kucing itu tak mengeong seperti sebelumnya, raut wajah si kucing semakin terlihat kesal.

"Tuan Putri, sepertinya kucing itu kedinginan." Lili mengingatkan.

"Kalau begitu, tolong ambilkan selimut untuknya Lili."

"Baik Tuan Putri." Lili pergi dari kamar Anasthasia.

Anasthasia duduk termangu di atas kasur bersama kucing dipangkuannya.

"Hey kucing, apa kau lapar setelah ku mandikan?" Karena bosan menunggu Lili, Anasthasia kembali mengajak kucing itu bicara, walau sia-sia.

Meong~ meong~

Kucing itu mengusak kepalanya kepada tangan Anasthasia. "Jadi kau lapar ya?" Ia kembali mengusakkan kepalanya.

"Baiklah setelah ini mari kita makan." Anasthasia berbaring, tangannya mengangkat si kucing tinggi-tinggi. Kucing itu tampak senang.

Lili datang tergopoh-gopoh sambil membawa selimut berwarna abu-abu, warna yang sama dengan bulu kucing itu. Anasthasia menutup tubuh kucing kecil itu dengan selimut, ia juga melilitkannya beberapa lilitan agar selimut itu tak lepas dari tubuh kecil si kucing. Anasthasia menggendong kucing itu setelahnya.

"Lili, ayo kita pergi sarapan dan beri makan kucing ini."

"Anu... Tuan Putri, anda belum mandi." ujar Lili ragu.

Anasthasia terdiam untuk beberapa detik. Pikirannya berputar ke kejadian beberapa menit yang lalu dimana saat ia bangun tidur, ia langsung membawa kucing yang tidur di sampingnya ke kamar mandi. Dan waktunya habis hanya untuk memandikan kucing yang berada digendongannya.

"Lili, bantu aku mandi dan bersiap." Anasthasia menurunkan kucing itu di atas tempat tidurnya. Ia pergi bersama Lili dan beberapa pelayan yang Lili panggil. Anasthasia lupa jika setiap pagi ia harus menyapa Cloude. Dan lihat dirinya, waktu terus berjalan dan ia bahkan masih mengenakan baju tidurnya.

I Became a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang